Jakarta, CNN Indonesia -- Indonesia akan menghadapi Jepang di semifinal
Piala Sudirman 2019. Tim Indonesia sudah teruji menghadapi situasi-situasi genting di
Piala Sudirman kali ini, tidak begitu halnya dengan Jepang.
Sebagai unggulan pertama sebelum Piala Sudirman dimulai kemudian unggulan kedua ketika fase knock-out digelar, Jepang adalah calon kuat untuk jadi juara Piala Sudirman. Mereka punya kekuatan merata di lima lini karena berisi pemain-pemain papan atas.
Di nomor tunggal putra, Jepang punya pebulutangkis nomor satu dunia, Kento Momota. Di tunggal putri, mereka memiliki Nozomi Okuhara dan Akane Yamaguchi yang duduk di posisi dua dan empat dunia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada nomor ganda putra, Jepang bisa memilih antara Takeshi Kamura/Keigo Sonoda [nomor 2 dunia] atau Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe [6]. Sementara di nomor ganda campuran, Jepang bisa berharap pada Yuta Watanabe/Arisa Higashino yang merupakan ganda nomor tiga dunia.
Opsi lebih mentereng ada di nomor ganda putri. Jepang punya pemain nomor satu, dua, dan empat dunia lewat nama Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara, Yuki Fukushima/Sayaka Hirota, dan Ayaka Takahashi/Misaki Matsutomo.
 Jepang memiliki pasangan-pasangan ganda putri top dunia. (SADIQ ASYRAF / AFP) |
Melihat komposisi tersebut, Jepang jelas lebih diunggulkan dibandingkan Indonesia. Mungkin hanya nomor ganda putra Indonesia yang tak akan silau dengan nomor ganda putra Jepang. Sedangkan di empat nomor lainnya, Indonesia harus mengakui bahwa lapisan pemain Jepang lebih dalam.
Namun hal itu bukan berarti Indonesia tanpa peluang. Bukan.
Tim Indonesia di Piala Sudirman ini sudah ditempa kesulitan di dua partai. Garis nyawa Indonesia sudah dua kali dipertaruhkan dan Indonesia mampu melakukannya dengan baik.
Pertama kali garis nyawa Indonesia dipertaruhkan adalah ketika mereka menghadapi Denmark di babak penyisihan. Walaupun sudah lolos ke perempat final, Indonesia saat itu bertaruh untuk mendapatkan status juara grup.
Indonesia sempat tertinggal 0-2 di dua partai awal namun Mohammad Ahsan/Hendra setiawan dan Greysia Polii/Apriyani Rahayu mampu merebut dua angka sehingga Indonesia menjadi juara grup meski kalah 2-3 di akhir pertandingan.
Momen kedua garis nyawa Indonesia dipertaruhkan adalah ketika menghadapi Taiwan. Indonesia tertinggal 1-2 dan akhirnya mampu menutup laga dengan kemenangan 3-2.
Indonesia sudah terasah merasakan momen genting di Piala Sudirman kali ini dan hal itu bakal jadi modal berharga untuk menghadapi Jepang di babak semifinal.
Sementara itu Jepang sendiri terbilang cukup mulus dalam perjalanan di Piala Sudirman. Jepang memang hanya menang 3-2 atas Rusia namun saat itu mereka tak menurunkan formasi terbaik. Saat menghadapi Malaysia, Jepang menang 3-0 sehingga ganda putri dan ganda campuran mereka tak turun bertanding.
Tunggal Harus Curi PoinMenilik kedalaman skuat yang dimiliki Jepang, nyaris mustahil mereka melakukan rangkap pemain sehingga urutan laga adalah ganda putra-tunggal putri-tunggal putra-ganda putri-ganda campuran.
Untuk bisa berharap menang dari Jepang, maka Indonesia tentu wajib merebut poin pembuka dari nomor ganda putra. Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon kemungkinan bakal diserahi tugas mulia tersebut.
Selain hal itu, Indonesia juga wajib mencuri poin dari nomor tunggal. Nozomi Okuhara dan Kento Momota adalah pemain papan atas namun status turnamen beregu sepertinya cukup memberi beban tambahan bagi mereka.
 Anthony Sinisuka Ginting memiliki pengalaman mengalahkan Kento Momota. (CNN Indonesia/Safir Makki) |
Dalam laga lawan Malaysia, Nozomi dan Momota mendapat perlawanan ketat dari Soniia Cheah dan Lee Zii Jia di awal laga. Menilik kemampuan, Gregoria Mariska dan Anthony Ginting atau Jonatan Christie punya peluang untuk tak sekadar merepotkan, melainkan juga menyumbang poin.
Gregoria harus bisa lebih percaya diri dan punya keyakinan bahwa ia memiliki potensi untuk meraih kemenangan. Paruh awal tiap gim ketika menghadapi Tai Tzu Ying adalah bukti bahwa Gregoria memiliki cara main yang menyulitkan untuk lawan-lawannya.
Sedangkan di nomor tunggal putra, Ginting atau Jonatan sudah punya pengalaman mengalahkan Momota. Ginting adalah salah satu pemain yang mampu membuat defense Momota menjadi tidak rapat seperti biasanya.
Untuk bisa menang lawan Momota, Ginting sudah harus bisa mendapat ritme sejak awal. Kesalahan ketika menghadapi Viktor Axelsen tidak bisa terulang kembali di hadapan Momota.
Jonatan juga tidak bisa lambat panas di hadapan Momota jika ia yang dipercaya main. Lantaran telat panas, Jonatan akhirnya tak pernah bisa mengeluarkan seluruh potensi dalam dirinya ketika menghadapi Chou Tien Chen.
Dalam turnamen seri BWF, Greysia Polii/Apriyani Rahayu seringkali tersandung oleh wakil-wakil Jepang. Banyaknya pemain-pemain Jepang di level elite merupakan salah satu kendala besar bagi Greysia/Apriyani untuk memenangkan sebuah turnamen.
Namun khusus untuk kali ini, yang dihadapi Greysia/Apriyani hanya satu ganda Jepang, beda halnya ketika turnamen BWF ketika mereka mungkin menghadapi 2-3 ganda Jepang dalam satu turnamen.
Jepang sendiri dipastikan akan kebingungan memilih ganda putri paling tepat untuk menghadapi Greysia/Apriyani meski ketiga ganda mereka unggul
head to head.
 Greysia Polii/Apriyani Rahayu kerap bertemu pasangan-pasangan Jepang. (CNN Indonesia/Hesti Rika) |
Bila menimbang jam terbang dan pengalaman, maka yang bakal turun adalah Ayaka Takahashi/Misaki Matsutomo namun bila menimbang peringkat dunia, maka ganda putri nomor satu dunia Mayu/Wakana yang bakal diturunkan meski minim pengalaman. Fukushima/Hirota sepertinya jadi pilihan yang akan diambil Jepang mengingat mereka sulit ditembus Greysia/Apriyani dalam beberapa waktu terakhir plus punya jam terbang yang lumayan.
Greysia/Apriyani jelas bakal punya semangat berbeda di laga ini. Performa Greysia/Apriyani terlihat menonjol di Piala Sudirman 2019 dan mereka selalu bisa mengakhiri pertandingan dengan poin di tangan pada tiga laga yang telah dilewati.
Untuk nomor ganda campuran, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti adalah pilihan terbaik saat ini. Smes Praveen bisa jadi senjata mematikan duet Praveen/Melati. Yang harus bisa diingat Praveen/Melati adalah mereka tidak bisa larut dalam sebuah kesalahan sehingga memunculkan kesalahan-kesalahan berikutnya.
Jika Praveen/Melati bisa menata fokus di tiap poin dengan baik, maka harapan meraih poin di nomor ini terbuka, terlebih bila nomor ini dimainkan sebagai partai penentuan.
Indonesia punya potensi untuk menyulitkan bahkan menyingkirkan Jepang. Caranya, seperti yang telah diucapkan Susy Susanti, berjuang keras di tiap poin demi poin, sampai akhirnya harapan bahwa apapun bisa terjadi dalam sebuah pertandingan, makin mendekati kenyataan.