Jakarta, CNN Indonesia -- Gelandang
Manchester United,
Paul Pogba, menilai mendapat perlakuan berbeda karena gelandang gagal mencetak banyak gol di klub berjuluk The Red Devils.
Pogba mendapat sorotan pada peralihan musim 2018/2019 ke 2019/2020. Pemain tengah
timnas Prancis itu menjadi salah satu pemain yang kerap diperbincangkan dalam gosip transfer.
Tiga musim membela MU, Pogba merasa diperlakukan secara berbeda. Pemain yang merupakan jebolan akademi MU itu sempat berstatus pemain termahal ketika dibeli MU dari Juventus dengan harga €100 juta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pogba mengangap label pemain mahal selalu dikaitkan dengan gol padahal ia beroperasi di lapangan tengah yang tidak selalu mendapat peluang membobol gawang lawan.
 Paul Pogba ketika menjadi eksekutor penalti untuk Manchester United. (REUTERS/Carl Recine) |
"Karena itu adalah transfer terbesar pada masanya, Anda mendapat penilaian yang berbeda. Mereka berharap lebih dari Anda karena masalah harga," ujar Pogba kepada LifeTimes dikutip dari
AS.
Pogba juga merasa pemain-pemain depan seperti Neymar atau Kylian Mbappe tidak mendapat kritik karena memiliki kontribusi gol.
"Saya rasa itu juga dikarenakan saya adalah seorang gelandang. Orang-orang lebih melihat striker karena mereka mencetak gol, sehingga dianggap menghadirkan efek besar. Saya pikir mereka [Neymar dan Mbappe] tidak mendapat perlakuan berbeda karena mereka striker," kata Pogba.
"Saya tahu akan ada hal-hal seperti ini, tetapi saya tidak berpikir menjadi begitu negatif. Saat saya menandatangani kontrak saya tidak melihat banyak komentar negatif. Ada perubahan besar. Saya terkejut. Saya tidak tahu label harga akan begitu berarti bagi orang banyak," lanjutnya.
Pogba pada musim lalu menjadi pemain MU tersubur di ajang liga domestik dengan 13 gol mengalahkan jumlah gol pemain-pemain depan seperti Marcus Rashford, Anthony Martial, dan Romelu Lukaku.
Real Madrid dan Juventus menjadi dua klub yang kerap dikaitkan dengan Pogba dalam bursa transfer tengah tahun 2019.
(jal)