Jakarta, CNN Indonesia -- Skuat
Arema FC terganggu dengan polusi udara di DKI Jakarta ketika bertanding melawan
Persija Jakarta dalam laga pekan ke-12
Liga 1 2019 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) pada Sabtu (3/8).
Pertandingan antara dua klub yang sama-sama memiliki gelar di level teratas kompetisi sepak bola di Indonesia itu dimulai pukul 15.30 WIB hingga sekitar pukul 17.20 WIB
"Ya, saya menyadarinya [polusi udara di Jakarta]. Sedikit berasap memang di sini," kata penyerang Arema, Sylvano Comvalius, usai pertandingan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tidak mudah bermain di sini, sangat panas. Arema sangat lelah hari ini, jadwal pertandingan kami cukup padat," katanya menambahkan.
 Sylvano Comvalius tampil sebagai starter ketika Arema berhadapan dengan Persija Jakarta. (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra) |
Senada dengan Comvalius, gelandang Hanif Sjahbandi juga merasakan hal yang sama mengenai polusi udara di Jakarta. "Ya, terasa pengap sih," ujar pemain berusia 22 tahun ini.
"Saya sudah tahu Jakarta, maka dari itu tidak kaget," ujarnya melanjutkan.
Dalam pertandingan ini, Arema berhasil menbawa pulang satu poin dengan hasil imbang 2-2 di markas Macan Kemayoran.
Terlepas dari kualitas udara Ibu Kota, Comvalius merasa terkesan bermain di stadion paling besar di Indonesia. Ini adalah kali pertama pemain bernomor punggung 99 itu bermain di SUGBK.
"Fantastis, terima kasih Jakmania dan Aremania sudah datang. Beberapa pekan belakangan sepak bola Indonesia ditempa berita buruk, tapi hari ini para fan berkolaborasi dengan baik. Hasil imbang juga bagus bagi kami," ucap dia.
Sebelumnya Jakarta menjadi sorotan karena dianggap sebagai kota paling berpolusi di dunia. Situs pengukur kualitas udara, Airvisual, menyebut Jakarta menempati peringkat teratas dengan kondisi udara tidak sehat, dengan Air Quality Index (AQI) di angka 160 alias tidak sehat, pada Kamis (1/8) per pukul 10.05 WIB
Rentang nilai dari AQI mulai dari 0 hingga 500. Makin tinggi nilainya menunjukkan makin tinggi pula tingkat polusi udara di wilayah tersebut. Skor 0-5 berarti kualitas udara bagus, 51-100 berarti sedang, 101-150 tidak sehat bagi orang yang sensitif, 151-200 tidak sehat, 201-203 sangat tidak sehat, dan 301-500 ke atas berarti berbahaya.
(map/nva)