Jakarta, CNN Indonesia --
Herry Iman Pierngadi adalah salah satu tokoh penting di balik keberhasilan Indonesia memiliki ganda putra-ganda putra berbakat di dunia
badminton dari dekade ke dekade. Herry IP sudah ada di pelatnas sejak 1993 hingga saat ini, meski sempat keluar pada periode 2008-2011.
Jelang Kejuaraan Dunia Badminton 2019, nomor ganda putra kembali jadi andalan untuk meraih gelar juara. Bagi Herry IP, turnamen besar seperti ini adalah sebuah hal biasa untuknya yang sudah berkiprah sebagai pelatih selama tiga dekade.
Bagaimana kisah Herry IP sebagai pelatih. Berikut wawancara CNNIndonesia.com dengan Herry IP:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelum jadi pelatih, anda adalah seorang pemain. Bisa ceritakan karier anda sebagai pemain?Waktu jadi pemain, saya masuk pelatnas antara tahun 1984 atau 1985. Saat masuk pelatnas, saya berusia 22 tahun. Ketika itu belum ada pelatnas pratama, hanya senior saja. Kami masih berlatih di Hall C.
Saya generasi di bawah Koh Chris dan Liem Swie King. Bila kami ingin berlatih, maka kami harus datang pagi-pagi dan lebih dulu sebelum senior latihan. Begitu senior datang, kami minggir.
Saya tak lama di pelatnas karena terkena sakit kuning. Akhirnya saya keluar dan tidak sampai satu tahun di pelatnas.
Setelah itu saya masih main di tingkat nasional namun tidak masuk lagi ke pelatnas. Saya akhirnya berhenti karena lutut cedera. Sempat coba kembali main, namun kembali cedera lutut kiri.
 Saat Herry IP jadi pelatih pelatnas pratama, nomor ganda putra utama masih dipegang Christian Hadinata. (CNN Indonesia/Arby Rahmat Putratama) |
Gagal sebagai pemain, lalu langsung memutuskan jadi pelatih?Sebenarnya sudah tak mau lagi di dunia bulutangkis. Ada teman saya ajak ke Australia, tinggal di rumah dia. Waktu saya di Australia, ada tawaran dari Lius. Akhirnya saya balik ke Jakarta.
Saya ditawari jadi pelatih oleh Lius Pongoh. Waktu itu saya juga anggota klub Tangkas. "Mau gak ngelatih? Karena Tangkas mau buka nomor ganda putra." Begitu kata Lius waktu itu. Sebelumnya di Tangkas cuma ada pelatih tunggal.
Saya lalu menjawab "Kalau memang dikasih kepercayaan, ya saya coba. Tahun 1989 saya jadi pelatih. Dari situ awal karier saya sebagai pelatih.
Pada awalnya, pengalaman saya sebagai pemain yang dilatih beberapa pelatih saya kombinasikan. Beberapa tahun jadi pelatih saya baru mengikuti penataran pelatih yang diselenggarakan oleh PBSI.
 Herry IP mengawali karier sebagai pelatih di klub PB Tangkas. (CNN Indonesia/ Putra Permata Tegar) |
Kapan akhirnya anda dipanggil oleh Pelatnas PBSI?Saya dipanggil pelatnas tahun 1993. Sebelum itu, ada Kejuaraan Dunia Junior di Indonesia. Saya diberi kepercayaan oleh PBSI jadi pelatih ganda putra untuk turnamen itu.
Tony Gunawan, Candra Wijaya, Amon Santoso, Halim Haryanto, Namrih Suroto adalah pemain-pemain yang ada di tim itu. Tony lalu digantikan Sigit Budiarto. Saat itu All Indonesian Final di ganda putra. Dari situ saya dipanggil ke pelatnas pratama. Saya pelatih pratama pertama di pelatnas, memegang pemain-pemain muda.
Saat itu Koh Chris [Christian Hadinata] masih jadi pelatih dan menangani ganda-ganda senior.
Saya lalu naik menggantikan Koh Chris pada 1999. Koh Chris berkata "Kamu gantikan saya, Saya jadi pengurus."
Pertama kali berangkat All England, Tony/Candra langsung juara All England.
Saat itu saya enggak terlalu merasa beban, karena kami di bawah Korea waktu itu. Sebagai pelatih dan pemain saya adalah underdog.
Setahun berselang, anda mengantar Candra/Tony menjadi juara Olimpiade. Bagaimana kondisi saat itu?Saat itu, ganda Korea Selatan masih ada di 1-2, ganda Indonesia ada di urutan ke 3-4. Dalam beberapa turnamen, Candra/Tony sering terhenti di semifinal. Setelah kalah di semifinal All England, kami lakukan evaluasi dan persiapan kami ubah.
Saya melihat Candra/Tony kalah di tenaga karena ganda Korea besar-besar sedangkan untuk teknik, ganda Indonesia tidak kalah. Saya melakukan perubahan latihan dengan menggunakan raket squash.
 Candra Wijaya/Tony Gunawan berhasil jadi juara Olimpiade Sydney 2000. (AFP PHOTO/Robyn BECK) |
Selain itu saya buat
billboard dengan wajah ganda Korea. Jadi walau Candra/Tony lelah, karena di depan mereka ada 'wajah' musuh, maka mereka lanjutkan terus.
Apa yang dirasakan setelah membawa Candra/Tony juara Olimpiade?Saya merasa jalan ini sudah jadi pilihan, dunia saya dunia bulutangkis. Saya sudah jadi pelatih, tak bisa lari ke hal lain, skill dan ilmu saya sudah ada di sini.
Jenuh pasti ada dan tinggal saya pintar mengatur waktu, antara rekreasi dengan keluarga. Saya juga kebetulan punya hobi, bila jenuh saya main burung.
Periode pertama anda di pelatnas sampai 2008. Apa yang terjadi?Saya keluar dari pelatnas jelang Olimpiade. Saat persiapan saya masih ikut, namun tidak berangkat. Waktu itu saya sudah menyiapkan Markis Kido/Hendra Setiawan.
Kido bilang ke pengurus bahwa dia tidak cocok dilatih oleh saya. Saya kemudian tanya, alasannya apa. Menurut saya, tiap orang tak ada yang sempurna, itu saja. Menurut saya, karena dia mau menaikkan Sigit Pamungkas.
Kenapa tak melatih negara lain begitu keluar dari pelatnas?Saat itu ada tawaran dari Malaysia namun saya belum tertarik karena saya ingin melupakan bulutangkis. Saya tidak siap menghadapi situasi saat itu. Bila melihat prestasi, apapun pekerjaan kita, yang dilihat hasil kerja.
Selain itu, saya masih belum kepikiran untuk keluar. Selama saya masih bisa di Indonesia, kenapa harus di luar. Kecuali bila sudah tak dipakai. Saat ditawari Malaysia, masih belum gencar, saya bilang pikir-pikir dulu.
Saat itu anak saya masih kecil. Istilahnya saya masih bisa cari uang di Jakarta.
Lalu setelah kembali ke pelatnas Cipayung pada 2011, bagaimana awal proses pembentukan duet Ahsan/Hendra?Hendra mengutarakan ke Aryono [Miranat] lebih dulu di Kejuaraan Swiss Open.
Saat tiba di kamar, Aryono bilang "Her, kalau Hendra mau masuk pelatnas lagi, elu masih mau gak?"
"Kenapa dia mau balik lagi? Ya sudah suruh ketemu gua aja." Begitu kata saya waktu itu.
Esok harinya, Hendra bertemu saya di stadion dan ia berkata,"Koh mau ngomong."
Saya bilang mau ngomong apa, padahal saya sudah tahu. Saat itu, pertanyaan pertama Hendra saya tidak bakal lupa.
"Menurut Koh Herry, saya masih bisa prestasi gak?"
 Hendra Setiawan memutuskan kembali ke pelatnas Cipayung pada 2012. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
Saya bilang masih bisa, Hendra masih mampu.
"Gimana kalau saya masuk pelatnas lagi?"
Ya udah lu atur aja, ikut latihan sama saya. Kamu urusin urusan sama Kido dan Sigit, saya bantu berbicara dengan pengurus.
Setelah pulang, saya bicara dengan Koh Chris. Koh Chris bilang kalau saya mau, silahkan. Kemudian berbicara dengan Pak Yacob, kemudian membantu berbicara dengan Pak Joko.
Kabar terakhir, Kido sama Sigit mau masuk pelatnas lagi. Saya cuma bilang 'terserah PBSI, kalau pilih sana [Kido dan Sigit], saya keluar'
Kalau pilih saya, saya tetap di sini. Saya tak mau masuk lubang dua kali. Istilah kasarnya, saya tak mau dikhianati lagi.
Koh Chris bilang tetap pilih saya. Sambil berjalan, saya pertemukan Ahsan dengan Hendra. Hendra pemain depan, Ahsan pemain belakang.
Kami butuh waktu, butuh proses. Salah satu tantangan saya, saya ingin buktikan pada PBSI bahwa pengurus mengeluarkan saya itu sebagai keputusan yang salah.
2013 juara dunia. Ini hasil kerja saya, saya mau membuktikan bahwa saya bisa melatih.
Lalu bagaimana hubungan Anda dengan Kido dan Sigit Pamungkas saat ini?
Soal itu (2008) sudah saya lupakan. Kita tentu tidak boleh dendam.
Selain Kido, anda juga sempat bermasalah dengan Marcus Fernaldi Gideon?
Saya punya cara mendidik atlet, namun dia saat itu masih muda dan tidak menerima. Itulah proses yang harus dilewati Marcus. Setelah itu menurut saya, Marcus berubah drastis.
Proses memiliki banyak jalan dan cara. Bukan saya yang mengeluarkan dia, dia yang mengundurkan diri dengan situasi emosi karena saat itu ia masih muda dan tak berpikir panjang.
Akhirnya dia kembali ke sini. Marcus awal mula ngomong ke Chafidz [Yusuf]. Saya rapat resmi, ada Rexy Mainaky yang waktu itu jadi Kabid Binpres. Rexy tanya saya, "Gimana koh herry mau terima sinyo?"
 Herry IP memuji perubahan Marcus Fernaldi Gideon setelah kembali ke pelatnas Cipayung. (CNN Indonesia/ Putra Permata Tegar) |
Saya lalu berkata,"Saya tak ada masalah, namun harus pakai syarat, mengikuti peraturan yang ada di PBSI, jangan mengambil keputusan sendiri."
Saya berpikir, menurut saya sudah campur tangan Tuhan bisa bertemu Kevin karena Kevin sudah ada partner saat itu. Siapa yang bisa sangka? Saya sebagai pelatih saja tidak menyangka Kevin/Marcus bisa sampai begitu hebat seperti ini.
Saat itu Kevin berpasangan dengan Selvanus, menurut saya sudah lumayan namun belum pas karena keduanya pemain depan. Lalu Selvanus sakit dan akhirnya Kevin berpasangan dengan Marcus. Mereka langsung klop saja, seperti sudah diatur. Sudah memang jalannya.
Seberapa yakin anda bahwa Kevin/Marcus bakal jadi ganda top?Di 2015 mereka sering kalah, sudah sering
ngambek-ngambekan. Saya sempat memanggil Kevin ke kamar. Saat itu ada Kevin, Aryono, dan Richard di kamar.
"Kalau kamu percaya saya, ikuti omongan saya. Kamu tetap sama ini. Menurut saya, partner paling cocok ya Marcus." Begitu kata saya.
Menurut saya, motivasi dan semangat mereka klop. Kevin di depan, Marcus di belakang. Mental bertanding juga pas.
 Kevin/Marcus berhasil jadi pebulutangkis nomor satu dunia dalam beberapa tahun terakhir. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
Apa kehebatan Kevin/Marcus sebagai sepasang ganda?Cerdik, dalam satu gim, bisa ubah-ubah cara main. Bila diberi masukan, bisa cepat mengubah. Pasangan ini pasangan yang bertipe petarung. Istilahnya, ayam aduan. Zaman dulu, lebih kurang mirip Candra/Tony dalam hal fighting spirit di lapangan.
Mungkin Kevin/Marcus juga pernah gugup, namun presentasenya kecil.
Bagaimana pandangan anda tentang sosok ganda ideal?Bermain ganda berarti memadukan cara mereka bermain, dua orang jadi satu. Melihat bagaimana pola yang cocok. Di luarnya, harus saling percaya, itu penting banget. Bila ada satu yang tidak percaya, susah.
Yang terpenting komunikasi di lapangan, di luar lapangan saya tidak terlalu memusingkan meskipun yang ideal adalah komunikasi di dalam dan di luar lapangan sama bagus.
Lalu kondisi ganda putra pelatnas saat ini apakah cukup tegang dan panas dengan banyaknya pemain papan atas?Di luar lapangan, hubungan cair. Mereka tidur juga tak selalu dengan pasangan. Kevin tidur dengan Rian. Marcus dengan Fajar atau yang lain. Hubungan ganda putra cair, malam sebelum bertanding bisa makan bersama.
Teman di luar, di lapangan berantem.
 Herry IP menyebut suasana di ganda putra pelatnas tetap hangat meski ada rivalitas kuat di lapangan. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
Sebenarnya bagaimana aturan teman sekamar di turnamen luar negeri?Awalnya harus partner masing-masing, namun berkembangnya waktu, mereka meminta saya [untuk satu kamar dengan pemain lain]. Bagi saya, itu privasi. Pribadi setiap atlet tak selalu sama.
Beda dengan Korea dan China yang selalu satu pasangan kemana-mana.
Apakah anda benar-benar minum kopi dan tak mengawasi pertandingan saat terjadi All Indonesian Final di sebuah turnamen?Ngopi, tetapi sambil nonton dari atas tribune [tertawa]. Karena setelah final, saya harus diskusi dan ngobrol. Saya harus beritahu kekurangan yang ada di pertandingan tadi.
Apa kunci kebangkitan Ahsan/Hendra?Dari metode permainan, ada perubahan, saat ini lebih ke arah penempatan bola, pengurangan tenaga. Pola mereka saat ini defense, serang balik. Beda tipe main dengan Kevin/Gideon.
Kenapa mereka bisa bertahan di papan atas? Ada motivasi seorang ayah. Mereka tulang punggung keluarga. Tanggung jawab seorang ayah yang coba mereka selalu munculkan di lapangan.
Mereka saat ini profesional. Pembiayaan pemberangkatan mereka sendiri. Jika mereka gagal, maka pembiayaan mereka lebih tinggi. Seperti orang dagang, tentu mereka harus untung.
 Ahsan/Hendra berhasil bangkit di tahun 2019. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
Saat ini ada tiga pasang di papan atas, Kevin/Marcus, Ahsan/Hendra, dan Fajar/Rian. Mereka akan berebut tiket Olimpiade?Tim pelatih melempar hal ini ke mereka. Ada tiga pasang itu, namun siapa yang tahu bila Wahyu/Ade nantinya bisa menyodok ke atas.
Wahyu/Ade mendekati level tiga pasang itu namun sering kurang beruntung. Saya punya empat pasang yang bisa bersaing di level 10 besar saat ini.
Pernahkah anda mengantuk saat mengawasi pertandingan?Selama karier saya, jika saya sudah duduk di belakang pemain, tidak pernah ngantuk. Jika saya fokus, sudah tidak ada ngantuk. Namun kalau duduk di bangku penonton, iya saya bisa mengantuk.
Jika saya sudah di bangku pelatih saya fokus, menikmati. Ini bukan hanya pekerjaan saya, tetapi ini hobi saya.
Kekecewaan terbesar sebagai pelatih?Kejuaraan Dunia 2003. Semua orang bilang Candra/Sigit bakal juara dunia, tak ada yang ngelawan, eh di final gak mau main.
Sigit diberitahu bahwa setelah kejuaraan dunia bakal dipisah. Padahal saya tak pernah bilang seperti itu.
Malam sebelum pertandingan, saya, Koh Chris, Candra, Sigit mengadakan rapat. Di sana mereka marah-marah dan salah-salahan. Ribut. Keduanya sama-sama tak mau kalah.
Set pertama dibuang-buang. Kalah. Set kedua saya agak marah, saya kasih tahu, mereka menang. Namun di set ketiga mepet akhirnya kalah. Saya kecewa berat.
 Kekalahan Candra/Sigit di Kejuaraan Dunia 2003 jadi kekecewaan terbesar Herry IP sebagai pelatih. (AFP PHOTO/Nicolas ASFOURI) |
Apakah sebagai pelatih pernah menangis saat pemain jadi juara?Gembira kok nangis [tertawa]. Tetapi saat senang saya pernah menangis, pas Olimpiade 2000. Belum lagi setelah itu.