Jakarta, CNN Indonesia --
Hendra Setiawan sudah 35 tahun, namun ia masih ada di level atas persaingan bulutangkis. Berikut wawancara Hendra dengan
CNNIndonesia.com.
Bersama
Mohammad Ahsan, Hendra Setiawan baru saja menjadi juara dunia 2019. Untuk duet Ahsan/Hendra, gelar tersebut merupakan gelar juara dunia ketiga dalam karier mereka sebagai pasangan.
Khusus untuk Hendra, ia telah meraih empat gelar juara dunia, membuatnya memegang rekor pebulutangkis Indonesia dengan gelar juara dunia terbanyak bersama Liliyana Natsir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagaimana kisah Hendra. Berikut wawancara
CNNIndonesia.com dengan Hendra:
Kapan terakhir kali Hendra Setiawan marah?
Aduh pertanyaan susah, lupa. Kapan ya? Kalau anak-anak di rumah lagi lari-lari rebutan [mainan], berantem, ya ga marah juga sih. Paling saya bilang 'Ayo anak-anak jangan rebutan.'
Kalau yang benar-benar marah, tidak ingat saya.
Kalau marah di pertandingan?Di pertandingan tidak pernah marah, justru harus mengatur emosi. Jadi, kalau marah atau kesal, mainnya pasti berantakan.
 Hendra Setiawan sudah tiga kali jadi juara dunia bersama Mohammad Ahsan. (Foto: Dok.PBSI) |
Orang kalem biasanya suka mengalah, namun Hendra Setiawan kalem tapi tidak mau mengalah. Bagaimana komentarnya?Kalau di badminton pasti tidak mau kalah, jadi sebisa mungkin maunya menang terus. Cuma kan tidak bisa menang terus, faktor U [umur] Hahaha..
Kalau di luar bulutangkis, saya banyak mengalah.
Pelatih klub dan pelatih pelatnas sering bilang 'Hendra Setiawan adalah contoh ideal, latihan disiplin.' Tapi apakah pernah Hendra bolos latihan dengan pura-pura sakit atau hal lain?Kalau pura-pura sakit sih tidak pernah, bolos juga tidak pernah. Saya memilih ngomong saja, saya bilang 'Saya lagi capek, tidak latihan dulu.' Saya tidak pernah melakukan itu mungkin karena saya senang latihan.
Berarti sebandel-bandelnya Hendra Setiawan itu seperti apa?Saya pernah main game di warnet sampai menginap, saat masih di Jaya Raya. Tetapi saya lakukan itu jelang mau liburan. Saya main counter strike, ragnarok. Saat itu saya umur 13-14 tahun.
Apakah kegemaran main warnet sempat mengganggu pola latihan?Tidak, tidak sampai mengganggu latihan. Namun karena waktu itu belum punya komputer, jadi mainnya di warnet.
[Gambas:Video CNN]Dengan sifat lurus dan disiplin, apakah Anda jadi dicap sulit diajak main?Jarang ada yang mengajak saya. Mungkin saya dulu pendiam, mungkin takut atau sungkan bagi teman-teman untuk mengajak saya. Jadi tidak pernah diajak melakukan hal-hal aneh.
Saya juga harus punya prinsip, saya tidak mau melakukan hal yang tidak-tidak.
Bagaimana saat pertama kali dilepas ke PB Jaya Raya dan jauh dari orang tua?Saya pergi bergabung dengan Jaya Raya umur 13 tahun, orang tua sepertinya tidak khawatir karena sudah ada kakak di Jaya Raya.
Tetapi saat baru seminggu di Jaya Raya, saya sudah mau pulang. Itu pertama kali jauh dari orang tua dan tidak bisa langsung menelepon karena harus pergi ke wartel.
 Markis Kido/Hendra Setiawan berhasil jadi juara dunia dan juara Olimpiade. (Foto: AFP PHOTO/TENGKU BAHAR) |
Saat masuk pelatnas Cipayung, siapa yang paling ditakuti?Takut semua, dahulu galak-galak. Pas 2002 zamannya Koh Candra [Wijaya], Koh Halim [Haryanto], Mas Sigit [Budiarto]. Koh Candra sih yang paling galak. Dia suka menghukum, "sini push up dulu," begitu katanya.
Biar kuat katanya harus push up dan harus dilakukan. Dahulu, kalau senior sedang ada di dalam GOR Cipayung, saya lewatnya melipir.
Tetapi kalau ketahuan dan dipanggil, pasti disuruh, ambilin ini, ambilin itu. Saat itu saya berpikir, ya sudah jalani saja, namanya juga pemain junior.
Sebagai atlet, Anda sering dimintai tanda tangan. Tetapi pernahkah meminta tanda tangan?Pernah dahulu zaman masuk sini harus minta tanda tangan pemain-pemain senior, sebanyak banyaknya. Untuk dapat tanda tangan, itu tidak gratis. Ada syaratnya, harus cuci mobil mereka dahulu, cuci baju.
Tetapi untuk yang benar-benar minta tanda tangan, saya minta tanda tangan Koh Tony [Gunawan] di Surabaya pada 2006. Koh Tony sudah keluar pelatnas waktu saya masuk.
Waktu itu saya bilang
'Koh Tony minta tanda tangan di tas raket saya.'Lalu dia bilang
'Oh buat apa?'Saya jawab
'Ya tidak apa-apa, buat di tas raket saya.' hahaha..
Bukankah waktu itu Anda sudah terkenal?Belum, saya baru 1-2 kali juara.
Sampai kapan kondisi ekonomi mengharuskan Hendra Setiawan harus hemat sebagai pemain bulutangkis?Selama di Jaya Raya hemat terus, pertama masuk sini juga tidak ada kontrak dahulu, tapi ada uang saku Rp250 ribu sebulan. Jumlah itu cukup-cukup saja.
Lalu kapan kondisi keuangan Anda membaik?Saat mulai juara bersama Markis Kido, tahun 2005.
Apakah pernah menangis gara-gara kalah di pertandingan?Pernah. Waktu kecil itu pernah. Kalau kalah, nangis, tetapi diam-diam saja.
Saya langsung menangis di GOR pertandingan, tetapi sembunyi gitu
haha.. Sekarang mikir ngapain nangis ya?
Selama jadi pemain pelatnas tidak pernah menangis?Tidak pernah.
Kalau dilihat dari beberapa pertandingan terakhir, Anda lebih aktif teriak di lapangan dibandingkan tahun sebelumnya. Kenapa?Kemarin mungkin mulai teriak-teriak di semifinal Kejuaraan Dunia. Saat itu Fajar/Rian teriak-teriak terus.
Saya bepikir kalau saya diam saja tentu kalah dalam hawa pertandingan. Ahsan juga diam saja, biasanya dia yang teriak.
Saat itu Ahsan mungkin mainnya sedang tidak enak. Mau tak mau saya ambil inisiatif untuk teriak.
Mendefinisikan Hendra Setiawan itu lebih condong ke bakat atau kerja keras?Kerja keras sih, karena saya latihan keras.
Saat dalam pertandingan, pernah mengalami hal aneh seperti mengantuk atau sakit perut?Mengantuk, kadang menunggu terlalu lama. Kami kan tidak tahu mainnya jam berapa. Sudah datang agak cepat, ternyata masih lama dan kemudian mengantuk.
Tetapi kalau sudah main ya sudah sadar, hilang ngantuknya.
Anda sudah dua dekade jadi pemain badminton, dari zaman penggemar kirim surat hingga sekarang ada media sosial. Bagaimana pengalamannya di dua zaman itu?Dulu sering menerima surat penggemar, dikumpulkan, ketika saya datang, lalu dikasih ke saya.
Saya baru mulai menerima surat penggemar pada 2007. Tahun-tahun sebelumnya belum menerima surat penggemar, mungkin mereka masih berpikir
'Siapa lu?' hahaha..
Surat-suratnya pasti saya baca, ada yang saya balas suratnya. Tetapi tak bisa saya balas semuanya, banyak banget. Sebulan ada sekitar 20-30 surat yang dibalas.
Ada yang minta tanda tangan, ada yang mengirim foto lalu minta tolong ditandatangani lalu dikirim balik.
Zaman sekarang banyak pesan masuk di Instagram. Banyak sekali.
Zaman sekarang cepat banget, langsung viral. Dahulu belum ada medsos, belum ada handphone juga, kita ketemu sama fans di pertandingan saja. Kalo sekarang, kita upload kegiatan keseharian, fans bisa langsung tahu.
 Hendra Setiawan mengalami dua era penggemar, zaman berkirim surat dan media sosial. (Foto: CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
Apakah Anda memiliki haters?Saya tidak tahu. Pas baca-baca sih tidak ada, tapi tidak tahu juga kalau ada yang
keselip. Sepanjang baca sih tidak ada.
Hendra Setiawan dapat julukan Dewa, apakah merasa pantas?Tidak, itu berlebihan. Kalau saya Dewa mah menang terus, tiap pertandingan menang melulu tidak pernah kalah.
Kalau julukan The Daddies tidak berlebihan?Realistis
hahaha..Apakah bila di rumah kesibukan Anda seperti bapak-bapak pada umumnya, misalnya memperbaiki alat-alat rumah tangga yang rusak?Tidak sih, paling rapih-rapih saja sampai dimarahi istri. Kata dia 'Ngapain sudah capek [latihan] masih beres-beres begitu?'
Habis saya
'gatel', lihat cucian sudah bersih menumpuk tetapi belum masuk lemari.
Suka berkumpul dengan tetangga?Ya kadang ngumpul, tetapi mereka juga sering pulang malam yang kerja kantoran.
Apakah ada pertandingan bulutangkis antar RT dan kemudian disuruh main?Paling pertandingan menyambut 17-an [17 Agustus]. Saya disuruh main tetapi tidak bisa karena saya lagi ada pertandingan. Saya belum pernah mewakili RT.
Kenapa tiga Anak anda memiliki inisial RHS semua?Dahulu, pas belum punya anak kan berandai-andai, kalau punya anak cowok Richard, kalo cewek Richelle, terus kemudian setuju.
Pas hamil, tahunya ada dua, ya sudah langsung saja dua-duanya dipakai.
Terus nama belakangnya kan ikut saya [inisial HS], istri maunya tiga kata, ya sudah kemudian dicari.
Untuk nama Russel, anak kembar ini [Richard dan Richelle] yang memberi nama. Kebetulan mereka sering nonton film UP, lalu mereka bilang 'Kasih nama itu aja Mah, Russel saja.
Saat sedang main-main dengan anak-anak, apakah ada rasa takut cedera atau bebas saja?Saya juga menjaga, jangan bercanda yang aneh-aneh
hahaha.. kalau sampai terkilir kan juga bahaya.
Dengan tangan kanan digunakan untuk main bulutangkis, apakah saat gendong anak selalu tangan kiri?Enggak, kan kadang-kadang semuanya minta gendong, jadi dua tangan sekaligus.
Mana yang lebih menegangkan. Malam sebelum pernikahan, malam sebelum final Olimpiade, atau malam sebelum final Kejuaraan Dunia?Olimpiade. Saya susah tidur, susah makan. Saya hanya makan sedikit, saat itu makan daging dan hanya menghabiskan seperempat dari porsi yang ada.
 Istri Hendra Setiawan, Sandiani Arief. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
Jadi malam sebelum pernikahan biasa saja? Tidak ada ketegangan?Saya justru pusing, memikirkan apa yang masih kurang. Walaupun ada Wedding Organizer, tetapi saya tidak tenang.
Apakah ada makanan yang sangat disukai tetapi tak boleh sering dimakan karena profesi atlet?Nasi padang. Kayaknya tidak boleh, boleh asal tidak ketahuan. Santan, otak, jeroan tidak boleh.
Tetapi saya tetap makan, dahulu lumayan sering namun sekarang sudah tidak terlalu sering.
Di luar badminton, apa hal yang ingin bisa dilakukan oleh Anda namun sejauh ini Anda tetap tidak ahli dan lihai?Sepak bola. Saya tidak bisa. Saya senang sepak bola, termasuk bila main play station. Dari kecil saya tidak bisa, jadi kalau main, ada bola datang, langsung ditendang saja.
Di sini banyak yang jago main bola, terutama anak-anak ganda putra.
Dalam beberapa unggahan di media sosial, Anda dekat dengan Liu Yuchen. Apa yang ada di balik cerita tersebut?Dia bilang dia
ngefans sama saya, jadi dia bilang mau foto bareng. Setahun kemudian, saat itu saya masih dikontrak Li Ning, Bos Li Ning bilang si Liu Yuchen minta nomor saya, habis itu saya kasih.
Dia chat saya, terus kemudian pas saya di China diajak makan. Jadi saat ia di sini, gantian saya ajak makan.
Markis Kido dan Mohammad Ahsan adalah dua rekan duet Anda. Apa poin-poin terkuat dari dua orang tersebut?Kalau Kido, mentalnya bagus, cerdik, mengerti cara mencari poin dengan baik.
Kalau Ahsan, kuat, punya stamina bagus di belakang. Mau di depan atau belakang, bisa kuat.
Di balik rivalitas dengan Kevin/Marcus dan Fajar/Rian, apakah Anda sering memberikan saran pada junior-junior tersebut?Kebanyakan saya memilih menunggu mereka yang bertanya, saya takut salah juga.
 Ahsan/Hendra berhasil bangkit di tahun 2019 dan meraih gelar All England plus juara dunia. (Reuters/Andrew Boyers) |
Hubungan di pelatnas Cipayung itu unik, saingan sekaligus teman. Bagaimana Anda melihatnya?Sebenarnya biasa, kalo atlet pasti di dalam lapangan istilahnya harus bunuh-bunuhan. Tetapi kalau di luar ya sudah kita lupakan apa yang terjadi di dalam lapangan. Bersaing secara sehat.
Mana momen paling mengecewakan untuk Hendra Setiawan dalam karier?Olimpiade 2012 dan Olimpiade 2016. Yang paling mengecewakan tentu gagal lolos ke Olimpiade 2012, soalnya beda poin untuk lolos saat itu sangat sedikit.
Apakah kegagalan itu membuat anda sempat down, karena saat itu sudah 28 tahun dan akhirnya pisah dengan Kido?Down sih pasti, cuma saya berpikir mungkin sudah jalannya, kemudian saya mencoba cari tantangan baru. Mungkin itu salah satu upaya saya agar ada motivasi lagi.
Waktu memutuskan pisah dengan Kido, apakah pembicaraan berlangsung lama?Tidak lama, saya bilang ada tawaran untuk kembali dari PBSI, dia bilang 'ya sudah tidak apa-apa'.
Pertama kembali ke pelatnas, apakah ada perasaan segan?Waktu pertama kali kembali lagi ke pelatnas di 2012, rasanya biasa saja. Baru yang kemudian di tahun 2018 kembali lagi masuk pelatnas lebih sungkan. Tetapi ya mungkin jalannya memang seperti itu.
[Gambas:Video CNN]Siapa pebulutangkis luar negeri yang paling akrab dengan anda?Tan Boon Heong, karena bisa komunikasi. Untuk yang lain kenal tetapi tidak bisa berkomunikasi, kalo bertemu, senyum dan menegur saja.
Main bersama Tan Boon Heong di 2017 dianggap sebagai persiapan pensiun Anda, tetapi kemudian malah balik masuk ke pelatnas di 2018. Apa yang terjadi?Saya ditawari masuk sini, PBSI bilang ada Thomas Cup, ada Asian Games. Lalu saya berpikir dan merenung selama dua minggu, apakah saya masih ingin atau tidak berkompetisi di level atas, akhirnya saya memutuskan masih ingin dan kemudian kembali ke pelatnas.
 Hendra Setiawan kembali ke pelatnas pada 2018 dengan status magang. (Dok. Humas PBSI) |
Saat ditawari kembali di 2018, apakah Anda mengajukan syarat harus kembali berpasangan dengan Ahsan kepada Herry IP?Tidak, saya tidak memberikan syarat. Saya kembali ke pelatnas tanpa tahu siapa pasangan saya.
Saya juga tak menyangka kembali dipasangkan dengan Ahsan karena dia juga sempat runner up Kejuaraan Dunia [bersama Rian Agung].
Saat Olimpiade 2016, Ahsan/Hendra tampil jauh di bawah performa terbaik, tetapi begitu kembali dipasangkan bisa langsung naik. Di mana letak perubahannya?Mungkin karena pikiran kami sudah kembali fresh, sedangkan di 2016 memang kami sedang menurun. Trennya benar-benar turun banget.
Apakah di 2016 ada kejenuhan?Tidak ada, saya juga tidak tahu alasan pastinya untuk hal itu.
Apa yang dibicarakan ketika pisah dengan Ahsan pada 2016?Saya bilang 'Saya kan sudah umur 32 tahun, cari partner yang lebih muda lagi saja, biar
fresh.'
Saya berbicara seperti itu karena saya berpikir sudah saatnya untuk pensiun.
Setelah kembali berpasangan dengan Ahsan, apa yang diharapkan saat itu?Kami berharap bisa masuk delapan besar, bisa konsisten.
 Ahsan/Hendra sudah tujuh kali masuk final di tahun 2019. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
Tapi Hendra Setiawan kan sosok yang tak mau kalah. Apa puas dengan target delapan besar?Pokoknya saya bilang tidak usah yang muluk-muluk, masuk ke top 8 saja sudah lumayan, berharap masih bisa bersaing.
Saat tidak terpilih di Asian Games, apakah kecewa?Kalau saya, ya kecewa. Tetapi tentu diam saja tidak protes. Dalam pikiran saya, saya harus bisa buktikan diri lagi.
Saya tahu tidak terpilih setelah melihat berita. Kemudian saya hubungi Ahsan.
Saya tanya, '
Sudah lihat berita belum? Terus saya bilang ya sudah biarkan saja, mau bagaimana lagi.'Saat keluar pelatnas di akhir 2018, apa pertimbangan dari anda, persiapan pensiun atau malah agar lebih leluasa mengejar poin Olimpiade?Sebelum keluar, saya tanya Ahsan dahulu,
'Mau lolos Olimpiade atau tidak?''Kalau mau lolos Olimpiade, pasti yang diprioritaskan yang muda-muda.' 'Kalau mau mengejar lolos Olimpiade, ayo keluar, tetapi kalau tidak, di sini saja. Karena kalau di pelatnas, istilahnya sudah aman.'Jika Ahsan menolak keluar, apakah anda punya Plan B misal berpasangan dengan pemain lain?Tidak. Kalau Ahsan tidak keluar, saya mungkin main tunggal
hahaha...Seandainya Ahsan tidak keluar pelatnas, saya mungkin juga tetap di sini, namun dengan konsekuensi harus menurunkan ekspektasi untuk lolos ke Olimpiade.
Bagaimana persiapan cari sponsor setelah memutuskan keluar pelatnas?Saat itu Ahsan masih bingung, bagaimana jika tidak ada tawaran kontrak. Kami mencari kontrak sponsor dan akhirnya bertemu Mizuno.
[Ahsan/Hendra akhirnya tidak lagi berstatus sebagai pemain pelatnas terhitung sejak 2019. Namun PBSI tetap menawarkan kesempatan berlatih di pelatnas Cipayung seperti pemain-pemain pelatnas lainnya. Alhasil, Ahsan/Hendra tetap berlatih di pelatnas, dengan fasilitas yang sama seperti pemain lain. Perbedaannya hanya soal biaya administrasi mengikuti turnamen yang kini diurus pribadi oleh Ahsan/Hendra].
Berapa biaya yang dikeluarkan untuk ikut tur BWF selama satu tahun?Sekitar Rp500 juta ke atas, untuk satu orang.
Berarti biaya operasional total Ahsan/Hendra bisa sampai Rp1 Miliar setahun?Ya. Saat itu saya tidak memberi tahu Ahsan bahwa butuh duit operasional sebesar itu.
Saya ada kenalan teman pebisnis minyak, lalu saya bilang
'Tolong dibantu beberapa pertandingan, sampai saya dapat sponsor.'Lalu kami dapat kontrak untuk main di Liga India, setelah itu saya yakin bisa menutup biaya operasional
hahaha..Jika ada turnamen Eropa, berapa biaya yang dikeluarkan?Sekitar Rp50 juta satu orang. Tiket Rp17 juta, mungkin juga Rp20 juta. Hotel untuk satu negara bisa mencapai Rp12 juta.
Lalu bagaimana mengatur tiket pulang karena belum tahu hasil di turnamen tersebut?Biasanya kami beli tiket pulang untuk hari Sabtu, karena lebih mudah mengundurkan jadwal, dibandingkan memajukan jadwal.
Jika main di turnamen Eropa, kami tidak memajukan jadwal bila kalah duluan, tetapi kalau di Asia, kami ubah jadwal dan langsung pulang.
 Ahsan/Hendra yang saat ini ada di posisi dua dunia memasang target lolos ke Olimpiade 2020. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak) |
Dengan posisi Ahsan/Hendra ada di posisi dua dunia dan proyeksi menuju Olimpiade, bagaimana bila ada tawaran masuk pelatnas lagi di 2020 demi persiapan Olimpiade?Lebih baik begini saja, karena saya sudah tiga kali keluar pelatnas, 2009, 2016, dan 2018. Hahaha..
Apakah sekarang lebih rileks dan tak memiliki beban seperti dahulu?Saya tekankan untuk sebisa mungkin rileks, bagi kami, masuk semifinal di tiap turnamen sudah bagus.
PBSI belum memutuskan cara pemilihan ke Olimpiade?Saya belum tahu, tetapi kami bakal mencoba terus. Semoga pemilihannya menurut peringkat karena lebih jelas.
Bagaimana melihat kehidupan pensiun Hendra Setiawan nanti? Jadi pelatih atau tidak?Ingin jadi pelatih, tetapi tentu tidak mudah. Saya juga belum tahu mau melatih di mana
hahaha..
Lalu kapan Hendra Setiawan akan pensiun, saat sudah mulai sering kalah atau saat sudah bosan bermain bulutangkis?Aduh susah nih, kalau dibilang bosan tidak mungkin bosan sepertinya, mungkin pensiun saat sering kalah. Mungkin.
Tetapi yang pasti, sejauh ini belum ada rencana pensiun setelah Olimpiade 2020.