Jakarta, CNN Indonesia -- Beberapa
venue Asian Games 2018 masih tampak terawat meski ada beberapa yang mulai terlihat dan mengalami kerusakan, padahal di arena-arena olahraga tersebut atlet-atlet Indonesia meraih prestasi yang membanggakan pada periode pertama kepemimpinan
Presiden Joko Widodo.
Asian Games 2018 telah usai setahun silam, tapi catatan prestasi yang diukir di ajang tersebut tak pernah pudar. Selain torehan medali, hal lain yang abadi selepas perhelatan akbar tersebut adalah lokasi pertandingan dan latihan atau venue.
Mendayagunakan sebuah
venue kerap menimbulkan problem tersendiri setelah sebuah perhelatan olahraga usai. Sudah ada contoh stadion yang terbengkalai dan semata-mata menjadi monumen, tengok saja Stadion Palaran, Stadion Gelora Bandung Lautan Api, atau Stadion Utama Riau yang terbengkalai dan kini teronggok begitu saja.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Total ada sekitar 80
venue yang digunakan sepanjang penyelenggaraan Asian Games 2018, baik untuk berlatih maupun bertanding. Mayoritas berada di Jakarta, ada pula yang berlokasi di Sumatera Selatan, dan beberapa di Jawa Barat.
 Bendera Merah Putih berkibar dalam ajang Indonesia Para Games 2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno. (ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto) |
Kompleks Gelora Bung Karno, area yang sudah dibangun sejak tahun 1960-an, tetap menjadi destinasi bagi orang-orang di Jabodetabek yang ingin berolahraga. Pelbagai
venue Asian Games 2018 yang berada di lokasi tersebut tergolong terawat meski ada cacat-cacat minor seperti air yang tidak keluar di beberapa tempat cuci tangan atau toilet, taman yang kurang terawat, dan palang parkir yang sempat tak bisa berfungsi.
Kompleks GBK dapat menjaga dan merawat berbagai lokasi yang menjadi bagian dalam penyelenggaraan Asian Games 2018 lantaran sebagai Badan Layanan Umum (BLU) mampu mencari dana untuk membiayai pemeliharaan dan sebagainya. Direktur Utama Pusat Pengelolaan Komplek Gelora Bung Karno (PPK GBK), Winarto, menyebut memang sudah memikirkan konsep agar hasil renovasi GBK pada 2016 tidak sia-sia.
"Konsep kami siapkan, setiap
venue diupayakan multifungsi. Tujuannya supaya okupansi baik, pemasukan baik, punya kamampuan merawat, menjaga, memelihara baik," ujar Winarto.
 Hutan kota di kompleks GBK menjadi salah satu destinasi bagi masyarakat Jabodetabek. (CNN Indonesia/Hesti Rika) |
Demi menangguk rupiah, PPK GBK berharap kawasan yang dikelolanya bisa dimanfaatkan kegiatan non-olahraga lain seperti kegiatan kebudayaan, karnaval pawai budaya,
fashion show, pameran, hingga perkawinan.
Mengalihfungsikan Stadion Madya dari tempat latihan dan berlatih atlet atletik menjadi arena tanding sepak bola juga merupakan bagian dari cara PPK GBK mendapat pemasukan demi perawatan.
Kesan ambil untung tampaknya mau tidak mau dilakukan pengelola. Hall Basket yang akan digunakan dalam Piala Dunia Basket 2023 mendatang, kini lebih sering menjadi tuan rumah acara-acara non-olahraga karena biaya sewa yang tergolong mahal untuk event pertandingan atau sekadar latihan bola basket.
 Jakarta International Velodrome dibangun selama 23 bulan dan menelan biaya hingga ratusan miliar rupiah. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
Selain kompleks GBK, beberapa venue Asian Games lain di Jakarta seperti Velodrome di Rawamangun dan venue Equestrian di Pulomas pun secara selintas juga masih terlihat rapi.
Jakarta International Velodrome boleh dibilang jarang digunakan. Namun beruntung, BUMD Jakpro yang pada awalnya hanya berstatus sebagai pembangun beritikad merawat gedung berdesain futuristik tersebut dengan mengeluarkan dana sebesar Rp1,2 miliar setiap bulannya.
Jakpro baru mendapat kepercayaan dari pemerintah provinsi DKI Jakarta untuk mengelola JIV pada September 2019 dan berupaya mengoptimalkan keberadaan venue kelas internasional tersebut.
Sementara Jakarta International Equestrian Park yang berada di bawah PT Pulomas Jaya, anak perusahaan dari Jakpro, saat ini masih digunakan sebagai arena latihan klub berkuda dan sempat pula digunakan sebagai lintasan olahraga lari.
Bagaimana dengan venue di Palembang? Kompleks olahraga Jakabaring Sport City yang menjadi pusat penyelenggaraan Asian Games 2018 di Sumatera Selatan tersebut masih dalam proses perbaikan setelah diterjang puting beliung pada Oktober 2018.
Ketika
CNNIndonesia.com mengunjungi Kompleks JSC pada Rabu (16/10). Setidaknya terdapat empat
venue yang tampak masih rusak, yakni venue tenis dan panjat tebing yang digunakan dalam pesta olahraga Asia terbesar tahun lalu tersebut, serta
venue atletik, serta akuatik.
 Atap venue tenis di JSC mengalami kerusakan usai diterjang angin puting beliung. (CNNIndonesia.com/Hafidz Trijatnika) |
Kerusakan jelas masih terlihat di bagian atap dari venue tenis dan panjat tebing. Pekerjaan perbaikan masih dilakukan namun bagian dalam masih berantakan terdapat sampah maupun serpihan atap rusak. Dari bagian dalam venue akuatik yang semi
outdoor pun terlihat langit berkabut asap yang menyelimuti Palembang dari bagian celah atap yang belum diperbaiki.
Di arena atletik kondisi lebih mengenaskan dengan tiga onggokan besi tiang penyangga lampu stadion yang roboh serta gerbang besi yang sudah rusak.
Selain itu
venue Asian Games 2018 masih terlihat cukup rapi dengan kerusakan minor, seperti huruf yang hilang di depan
venue ski air, venue skateboard dan sepatu roda yang kotor. Sementara venue lainnya masih terlihat apik secara kasatmata.
Direktur Utama PT Jakabaring Sport City (JSC) Meina Paloh mengatakan saat ini perbaikan
venue yang rusak pasca dilanda puting beliung tahun lalu telah mencapai 50 persen. Dari total 22
venue yang ada di Kompleks JSC, 14 di antaranya mengalami kerusakan. Kerusakan yang paling parah diderita
venue tenis, dayung, atletik, serta akuatik. Kerugian ditaksir mencapai Rp20 miliar.
"Sebagian besar untuk kerusakan kecil sudah diperbaiki. Untuk yang besar-besar seperti atap itu
on progress semuanya. Seperti yang di akuatik itu memang terlihat masih berlubang, tapi sebenarnya sudah diperbaiki karena atap membran kami pesan ke Perancis, dirakit di sana, nanti di sini tinggal pasang," kata dia.
Sejak PT JSC dibentuk sebagai BUMD pengelola kompleks olahraga tersebut usai helatan Asian Games 2018, Meina mengaku pihaknya tidak sepeser pun menerima dana dari Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan. Seluruh dana perbaikan serta operasional ditanggung oleh perusahaan serta dari dana Corporate Social Responsibility beberapa perusahaan lain yang juga ikut berkontribusi saat membangun JSC sejak awal.
 Gerbang salah satu venue atletik tampak rusak. (CNNIndonesia.com/Hafidz Trijatnika) |
Sempat kesulitan mendapat dana, dan sempat menunggak tagihan listrik selama enam bulan sebesar Rp3 miliar, PT JSC kini mulai kembali mendapat pemasukan seiring kawasan yang mulai ramai baik oleh kegiatan olahraga maupun non-olahraga. Namun, banyaknya orang yang berminat memanfaatkan lokasi JSC juga dimanfaatkan beberapa oknum yang melakukan pungutan liar.
Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru menyatakan tak akan membantu PT JSC secara finansial, namun mengusulkan beberapa ide agar JSC bisa menutup biaya operasional dan meningkatkan pendapatan. Seperti menyarankan genset untuk mengganti listrik dari PLN dan memfasilitasi kerja sama dengan pihak lain untuk mengelola objek wisata yang akan dibangun di JSC.
"Saran pemprov menjadikan itu bukan hanya
sport center tapi tempat tujuan wisata. Namanya The New JSC. Kombinasi antara
sport dengan pariwisata modern. JSC kerja sama dengan Anajico yang merupakan pengelola Jatim Park," ujar Deru.
"Sekarang dia harus mandiri, makanya tertatih-tatih dulu dengan diputus listrik dan segala macam. Entah berapa nanti 2020 bisa menyumbangkan PAD [Pendapatan Asli Daerah], yang penting lolos dulu [biaya] operasional. Entah berapa [PAD yang dihasilkan], kami terima dulu yang penting akuntabel," sambungnya.