Bagaimana dengan venue di Palembang? Kompleks olahraga Jakabaring Sport City yang menjadi pusat penyelenggaraan Asian Games 2018 di Sumatera Selatan tersebut masih dalam proses perbaikan setelah diterjang puting beliung pada Oktober 2018.
Ketika
CNNIndonesia.com mengunjungi Kompleks JSC pada Rabu (16/10). Setidaknya terdapat empat
venue yang tampak masih rusak, yakni venue tenis dan panjat tebing yang digunakan dalam pesta olahraga Asia terbesar tahun lalu tersebut, serta
venue atletik, serta akuatik.
 Atap venue tenis di JSC mengalami kerusakan usai diterjang angin puting beliung. (CNNIndonesia.com/Hafidz Trijatnika) |
Kerusakan jelas masih terlihat di bagian atap dari venue tenis dan panjat tebing. Pekerjaan perbaikan masih dilakukan namun bagian dalam masih berantakan terdapat sampah maupun serpihan atap rusak. Dari bagian dalam venue akuatik yang semi
outdoor pun terlihat langit berkabut asap yang menyelimuti Palembang dari bagian celah atap yang belum diperbaiki.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di arena atletik kondisi lebih mengenaskan dengan tiga onggokan besi tiang penyangga lampu stadion yang roboh serta gerbang besi yang sudah rusak.
Selain itu
venue Asian Games 2018 masih terlihat cukup rapi dengan kerusakan minor, seperti huruf yang hilang di depan
venue ski air, venue skateboard dan sepatu roda yang kotor. Sementara venue lainnya masih terlihat apik secara kasatmata.
Direktur Utama PT Jakabaring Sport City (JSC) Meina Paloh mengatakan saat ini perbaikan
venue yang rusak pasca dilanda puting beliung tahun lalu telah mencapai 50 persen. Dari total 22
venue yang ada di Kompleks JSC, 14 di antaranya mengalami kerusakan. Kerusakan yang paling parah diderita
venue tenis, dayung, atletik, serta akuatik. Kerugian ditaksir mencapai Rp20 miliar.
"Sebagian besar untuk kerusakan kecil sudah diperbaiki. Untuk yang besar-besar seperti atap itu
on progress semuanya. Seperti yang di akuatik itu memang terlihat masih berlubang, tapi sebenarnya sudah diperbaiki karena atap membran kami pesan ke Perancis, dirakit di sana, nanti di sini tinggal pasang," kata dia.
Sejak PT JSC dibentuk sebagai BUMD pengelola kompleks olahraga tersebut usai helatan Asian Games 2018, Meina mengaku pihaknya tidak sepeser pun menerima dana dari Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan. Seluruh dana perbaikan serta operasional ditanggung oleh perusahaan serta dari dana Corporate Social Responsibility beberapa perusahaan lain yang juga ikut berkontribusi saat membangun JSC sejak awal.
 Gerbang salah satu venue atletik tampak rusak. (CNNIndonesia.com/Hafidz Trijatnika) |
Sempat kesulitan mendapat dana, dan sempat menunggak tagihan listrik selama enam bulan sebesar Rp3 miliar, PT JSC kini mulai kembali mendapat pemasukan seiring kawasan yang mulai ramai baik oleh kegiatan olahraga maupun non-olahraga. Namun, banyaknya orang yang berminat memanfaatkan lokasi JSC juga dimanfaatkan beberapa oknum yang melakukan pungutan liar.
Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru menyatakan tak akan membantu PT JSC secara finansial, namun mengusulkan beberapa ide agar JSC bisa menutup biaya operasional dan meningkatkan pendapatan. Seperti menyarankan genset untuk mengganti listrik dari PLN dan memfasilitasi kerja sama dengan pihak lain untuk mengelola objek wisata yang akan dibangun di JSC.
"Saran pemprov menjadikan itu bukan hanya
sport center tapi tempat tujuan wisata. Namanya The New JSC. Kombinasi antara
sport dengan pariwisata modern. JSC kerja sama dengan Anajico yang merupakan pengelola Jatim Park," ujar Deru.
"Sekarang dia harus mandiri, makanya tertatih-tatih dulu dengan diputus listrik dan segala macam. Entah berapa nanti 2020 bisa menyumbangkan PAD [Pendapatan Asli Daerah], yang penting lolos dulu [biaya] operasional. Entah berapa [PAD yang dihasilkan], kami terima dulu yang penting akuntabel," sambungnya.
(ttf/idz/nva)