TESTIMONI

Jejak Lompatan Maria Londa

Maria Natalia Londa | CNN Indonesia
Rabu, 08 Jan 2020 20:19 WIB
Maria Londa telah melompat jauh dalam perjalanan kariernya. Kini ia jadi salah satu atlet terbaik yang dimiliki Indonesia.
Maria Londa awalnya tak suka dengan olahraga atletik. (CNN Indonesia/Surya Sumirat_
Harus saya akui saat awal-awal karier saya di atletik itu memang melelahkan. Merasa lelah, karena saya dari keluarga yang jauh di bawah rata-rata juga.

Ibu saya PNS di Bali. Bapak saya waktu itu punya usaha interior. Cuma bisa membuat bangga keluarga dengan olahraga menjadi atlet. Jadi itu desakan orang tua yang saya terima.

Desakan itu berbuah manis, karena dari keterpaksaan lalu senang dan jadi benar-benar kecanduan di atletik. Karena kalau dengan materi saja, saya rasa orang tua saya berpikir tidak akan bisa mengangkat nama keluarga. Tapi dengan berprestasi bisa mengangkat nama keluarga.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bapak adalah orang yang paling berperan besar dalam karier saya di atletik. Beliau yang memberikan dukungan paling besar kepada saya. Karena bapak saya hobi ke lapangan, hobi olahraga.

Jadi saat meraih emas itu dia seperti bilang, “Wah anak saya benar-benar jadi atlet”. Jadi yang dukung penuh yang besar secara asupan makanan itu bapak saya, dia yang mengantar saya, waktu ke kejuaraan di usia dini di Ragunan juga diantar bapak.

Karena itu ketika bapak meninggal pada 2011 dua bulan sebelum SEA Games di Indonesia, kepergian bapak jadi kehilangan terbesar saya.

Itu momen terberat. Karena dia satu-satunya orang yang buat saya ada di atletik, yang benar-benar tahu kondisi saya yang menjaga saya dari segi makan, istirahat, latihan itu dia. Sudah seperti satpam pribadi saya saja.

Setelah bapak meninggal, saya menggantikan peran beliau menjadi tulang punggung, membesarkan kedua adik saya. Sebelum dan setelah perlombaan saya pasti ke rumah bapak, ke makam bapak untuk minta restu. Sudah rutin itu.


Jejak Lompatan Maria Londa
Selain kepergian bapak, cedera di 2015 itu juga jadi momen yang tidak mengenakkan. Sejak 2015 saya selalu berjuang dengan rasa sakit. Saya juga bertanding dengan kepercayaan diri yang tidak sepenuhnya, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya.

Pada 2019 sebelum SEA Games saya masih terapi. Tanpa terapi rasa percaya diri saya tidak penuh. Karena memang di lutut itu benar-benar jadi senjata saya.


Kalau dalam beberapa bulan latihan saya merasa tidak enak di lutut, saya akan kembali fisioterapi, mengecek segala macam kondisi kaki saya. Biar lebih meyakinkan diri saja sebenarnya.

Selama saya berlatih saya akan tetap melakukan cek kondisi. Untuk aktivitas sehari-hari tetap butuh fisioterapi. Karena setiap melakukan latihan suka ada hal-hal kecil yang membuat kaki mengalami perubahan seperti di pergelangan kaki, tumit dan segala macam. Jadi perlu medical check-up untuk kaki.


Karena cedera itu sampai sekarang pun untuk insole di sepatu mesti custom, itu mesti sepasang. Ada usaha lain dari cedera ini. Custom insole itu saran dari dokter. Karena panjang telapak kaki saya di kanan dan kiri berbeda. Setelah itu faktor cedera di lutut juga mempengaruhi. Jadi ya sudah kami custom dan masih bertahan sampai saat ini.

Dulu belum cedera lutut, saya sering cedera pergelangan kaki, setelah itu baru ke lutut ke pinggang, saya sudah merasakan semua cedera. Cuma rambut saja yang belum cedera.

Saya jenuh itu pasti. Jenuh saya lebih ke bosan dengan sakit, melihat yang lain latihan tapi saya enggak bisa latihan. Lihat orang kok mereka dikasih sehat malah malas latihan. Saya yang ingin latihan dikasih sakit. Itu yang bikin saya sakit hati.

Tapi saking cintanya dengan atletik itu semua dilupakan. Saya berusaha terapi berusaha buat badan saya sehat dan meyakinkan diri untuk berlatih lagi.

Setelah SEA Games 2019 saya masih menimbang-nimbang soal rencana pensiun. Ada rencana ingin pensiun, melihat usia yang segini tapi regenerasi juga masih jauh. Saya hanya bisa bersyukur kemarin dikasih rezeki sama Tuhan dapat medali.

Mau bilang pensiun tapi ragu, karena jarak yang jauh dan masih belum banyak regenerasi di nomor lompat. Jadi paling aktivitas saya ditambah dengan mendampingi adik-adik junior berlatih biar setidaknya mendekati prestasi saya, tidak langsung putus.

Selain itu, saya juga sedang dalam program hamil. Jadi lebih mengutamakan program anak lebih dahulu.
(har)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER