Jakarta, CNN Indonesia -- Bek
Bhayangkara FC,
Ruben Karel Sanadi, berencana untuk mengambil lisensi kepelatihan sebagai tabungan ketika ia memilih pensiun suatu hari nanti.
Ruben merupakan satu di antara pemain veteran yang masih moncer di lapangan. Ia masih jadi rebutan tim papan atas dan mendapat kepercayaan membela
Timnas Indonesia pada usia 32 tahun.
Debutnya bersama skuat Garuda dimulai ketika ia tampil di SEA Games 2009 dan berlanjut di tim senior Garuda di Pra Piala Asia tahun 2013. Namun, ia tak lagi mendapat kesempatan hingga kembali dipanggil ke timnas pada 2019.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada masa-masa sulit akibat pandemi wabah Covid-2019, Ruben tetap bersyukur atas berkat yang diberikan Tuhan kepadanya. Meskipun ia mengaku ada juga rasa khawatir yang dirasakannya.
Bagaimana ia mengawali kariernya sebagai pesepakbola? Pengalaman apa yang paling berkesan ketika ia membela Timnas Indonesia? Berikut wawancara khusus CNNIndonesia.com bersama Ruben Sanadi;
Bisa diceritakan awal karier Anda bermain sepak bola?Dulu waktu masih kecil, saya di Manokwari, Papua ikut Liga Bogasari U-15 kemudian lolos ke Jayapura dan saya terpilih masuk ke PPLP [Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar] Papua. Setahun kemudian, saya ikut POPNAS [Pekan Olahraga Pelajar Nasional] di Makassar.
Di Makassar itu ada semacam
talent scouting buat masuk ke SKO [Sekolah Khusus Olahraga] Ragunan. Nah, saya dipanggil ikut seleksi dan puji Tuhan saya lolos.
 Ruben Sanadipernah menjadi kapten Persebaya Surabaya. (CNN Indonesia/Juprianto Alexander) |
Di SKO Ragunan, sebelum lulus SMA sering uji coba lawan tim-tim liga.
Coach Mundari Karya lihat saya dan bawa saya ke Persikota. Jadi c
oach Mundari adalah pelatih pertama saya.
Sebenarnya sebelum ke Persikota saya pernah di Persipasi Bekasi dulu ikut Pra PON, kemudian ke Persita Tangerang junior. Seniornya dan klub profesional pertama itu baru di Persikota.
Setelah tiga tahun main profesional baru pulang ke Papua, apa alasan Anda?Saya di Persikota tiga tahun, setelah itu ke PSMS Medan baru kembali ke Persipasi lagi. Sebenarnya waktu di PSMS itu ada tawaran dari Sriwijaya dan PSM, tapi saya pilih Persipasi karena dekat rumah.
Tidak sampai setahun, saya pindah ke Pelita Jaya ada
coach Rahmad Darmawan ada
coach Djajang Nurdjaman juga.
Sejak di Pelita itu sebenarnya sudah ada tawaran dari Persipura atau dua tahun sebelum saya pilih gabung dengan Persipura. Tapi saya mencari momen yang pas untuk gabung.
Soalnya saat itu di Persipura masih ada Ortizan Solossa dan Erol Iba yang merupakan pemain senior di sana. Saya belum berani pulang. Karena kalau saya pulang saya juga belum tentu bisa main. Makanya saya cari momentum bisa main kalau ke Persipura.
[Gambas:Video CNN]Pada 2013 momen apa yang membuat Ruben akhirnya memilih bergabung dengan Persipura?Waktu itu Boaz Solossa dan Ian Kabes telepon saya menawari saya gabung ke Persipura buat bantu-bantu di sana. Mereka bujuk saya pulang ke Papua.
Saat itu momennya juga pas, kak Ortizan sudah makin senior jadi saya bisa gantikan posisinya. Ya menurut saya itu jadi momen yang pas.
Lalu, apa yang membuat Anda mau gabung Persebaya setelah lima tahun di Papua?Pertama adalah
coach Alfredo Verra. Dia orang baik dan jujur. Dia yang pertama ajak saya ke Surabaya.
Coach Alfredo tidak peduli siapapun, pemain yang siap dialah yang dimainkan. Dia tidak suka ada intervensi. Saya suka karakter dia.
Selain itu, ada manajer Persebaya dulu Pak Abud [Chairul Basalamah]. Dia juga orang baik, dia yang membantu saya selama di Surabaya.
Lalu Anda memutuskan pulang lagi ke Jakarta dan bergabung dengan Bhayangkara FC?Pertama, karena Bhayangkara dekat dengan rumah saya di Bekasi. Sudah lama rumah itu saya tinggal ke sana-ke sini. Kalau saya di Jakarta dekat pulang ke rumah jadi saya bisa tempati.
Kalau di Jakarta saya juga bisa dekat dengan anak dan istri. Saya bisa rawat rumah saya. BFC juga tim yang bagus ya manajemennya. Puji Tuhan, sejak saya datang semua
wellcome luar biasa.
Debut di Timnas Indonesia pada SEA Games 2009 Laos?Saya sangat bersyukur dan sangat bangga saat itu bisa gabung dengan Timnas Indonesia di usia muda. Dulu itu pemain Papua mau masuk timnas di usia muda susah banget.
Saya bangga, karena dengan masuk timnas saya jadi punya jam terbang dan punya nama. Tapi waktu di SEA Games itu kita kalah dan bahkan tidak lolos fase grup.
 Ruben Sanadi kini berseragam Bhayangkara FC. (ANTARA FOTO/Moch Asim) |
Tapi yang paling saya ingat itu masa-masa TC [
Training Center] nya lama banget di Palembang. Setiap hari program latihan sampai bosan sekali. Tapi saya tetap nikmati sampai selesai.
Pengalaman tampil di Pra Piala Asia bersama skuat Garuda?Di timnas senior ini beda suasananya. Ketemu pemain senior pengalaman. Ini pengalaman berharga sekali buat saya. Tapi saya bersyukur bisa masuk ke timnas senior ini juga karena saya ada di Persipura.
Paling berkesan itu waktu pas uji coba ke Korea Utara sebelum ke China. Pengalaman langka sekali ya bisa menginjakkan kaki di Korea Utara.
Waktu baru turun pesawat di Bandara sama sekali tidak boleh pegang
handphone sampai di hotel. Dijaga sama
bodyguard super ketat.
Kotanya seperti kota mati, tapi pemandangannya bagus sekali. Beruntung saja saya bisa ke sana.
Bagaimana tanggapan Anda soal kebijakan gaji 25 persen dari PSSI?Saya berdoa dan berharap pandemi ini cepat berakhir biar liga bisa jalan lagi. Kalau hanya dapat maksimal 25 persen gaji lumayan terasa juga, apalagi kami ini sudah berkeluarga.
Tapi ini kebijakan dari PSSI, semoga bisa diubah nantinya. Semoga liga jalan lagi. Dampaknya juga kan enggak cuma ke saya, tapi ke seluruh pemain.
 Ruben Sanadi sempat dipanggil Timnas Indonesia arahan Simon McMenemy di Kualifikasi Piala Dunia. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A) |
Kondisi ini buat saya ada plus minusnya. Saya pribadi ambil hikmahnya saja, tetap bersyukur karena berkat Tuhan pasti selalu ada. Jangan terlalu khawatir, yang penting kita mau berusaha.
Kalau ditanya saya khawatir enggak? Ya enggak terlalu. Walaupun setiap hari kondisi semakin menipis, tapi setiap hari juga harus bersyukur.
Ada usaha atau bisnis lain di luar sepak bola?Ada, tapi saya tidak suka diumbar. Cukup Warung Kopi (warkop) saya di Surabaya saja yang terlanjur sudah dikenal orang. Tapi warkopnya tutup dulu sementara.
Yang penting bersyukur saja. Kita lakukan apa saja lah, masa dapur enggak
ngebul? Apa saja yang bisa dilakukan kita kerjakan dan berusaha.
Apa keinginan Anda yang belum tercapai dan ingin tercapai saat ini?Ambil lisensi kepelatihan, itu yang ingin dituju. Saya juga ingin membahagiakan keluarga dan persiapkan diri saat pensiun nanti, supaya kita tidak kaget dan persiapkan tabungan buat anak-anak juga. Kondisi seperti sekarang ini kan tidak ada yang tahu.
Ada keinginan melatih nanti kalau pensiun. Tapi saya mau istirahat dulu setelah pensiun, baru melatih.
(ttf/jun)