TESTIMONI

Elie Aiboy: Legenda Selangor dan Tragedi Timnas Abal-abal

Elie Aiboy | CNN Indonesia
Rabu, 08 Jul 2020 19:01 WIB
Indonesia's Elie Aiboy (L) controls the ball against Malaysia's Azammuddin Akil during their AFF Suzuki Cup group B football match in Bukit Jalil Stadium outside Kuala Lumpur on December 1, 2012. AFP PHOTO / MOHD RASFAN (Photo by MOHD RASFAN / AFP)
Elie Aiboy kapten Timnas Indonesia di era dualisme PSSI. (AFP/MOHD RASFAN)

Pada 1997 saya memulai karier profesional bersama PSB Bogor. Setahun kemudian saya membela tim idola sejak kecil, Persipura Jayapura.

Sayang, karier saya di Persipura hanya berlangsung satu musim dan harus bertualang lagi keluar Papua. Puji Tuhan karier saya meningkat bersama klub-klub elite di Indonesia seperti Semen Padang, Persija Jakarta, Arema Malang, dan PSMS Medan.

Tapi, momen terbaik saya di level klub terjadi ketika menjadi pemain asing di Selangor FA. Jujur, saya tertarik gabung Selangor karena ajakan Bambang Pamungkas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Semula pada 2005 pelatih dan manajemen Selangor datang ke Jakarta untuk menggelar pertemuan dengan Bambang. Nah, sebelum bertemu di hotel mereka tonton pertandingan dan lihat saya bermain klop dengan Bambang.

Saya kirim dua umpan silang yang berhasil dituntaskan heading Bambang. Ternyata mereka jadi tertarik merekrut saya.

Bambang telepon saya bahwa awalnya orang Selangor mengira saya pemain asing asal Afrika. Bambang tertawa dan menjelaskan bahwa saya orang Indonesia asal Papua.

Indonesian Elie Aiboy controls the ball to score during their Asian Cup 2007 Group D football match at the Bung Karno stadium in Jakarta, 14 July 2007. The score is 1-1 as the match continues.  AFP PHOTO/Adek BERRY (Photo by ADEK BERRY / AFP)Winger legendaris Timnas Indonesia, Elie Aiboy. (AFP/ADEK BERRY)

Bepe bilang bahwa orang Selangor juga tertarik rekrut saya. "Kalau kamu bersedia, saya juga mau. Saya tidak mau sendiri karena kamu yang pertama dilirik," kata saya saat itu.

Jadilah kami berangkat berdua atas persetujuan Bang Yos (Sutiyoso) yang saat itu jadi Ketua Umum Persija.

Di Selangor, saya dan Bepe makin klop. Kami berhasil membawa Selangor meraih treble dengan menjuarai Liga Perdana Malaysia, Piala Malaysia, dan Piala FA Malaysia 2005/2006.

Pada saat itu Bambang menjadi top skor di Liga Perdana Malaysia, saya pemain terbaik Piala FA Malaysia. Selangor FC pun promosi ke Liga Super Malaysia 2006.

Pada 2007 kami berdua kembali ke Indonesia karena Liga Malaysia membuat regulasi tanpa pemain asing. Setahun kemudian mereka meminta kami kembali ke Malaysia setelah terjadi perubahan regulasi.

Bambang memutuskan tetap di Persija, sementara saya sendiri kembali ke Selangor pada 2008. Saya dan Bambang sudah dianggap sebagai legenda Selangor FC.

[Gambas:Instagram]

Tak hanya berkontribusi lewat prestasi, kehadiran saya dan Bambang saat itu ikut mengangkat finansial klub. Tiket pertandingan hampir selalu ludes dan jersey Elie Aiboy dan Bambang Pamungkas paling laris diburu suporter.

Tapi, momen paling mengharukan adalah selalu ada bendera Indonesia di tribune ketika Selangor FC bertanding. Mereka sebagian besar para pekerja Indonesia di Malaysia yang tetap setia mendukung kami. Itu sangat berarti buat saya.

Dualisme Timnas Indonesia

Banyak kenangan manis bersama Timnas Indonesia yang sulit disebut satu persatu. Salah satu yang tak terlupakan adalah masa bakti terakhir saya di Piala AFF 2012. Saat itu PSSI konflik hingga terjadi dualisme Timnas.

Akibat konflik pengurus PSSI pemain yang jadi korban. Banyak yang sebut Timnas yang kami bela abal-abal. Sedih sekali rasanya.

Saya tak peduli konflik PSSI. Yang saya tahu saya dipanggil Timnas Indonesia yang diakui AFC. Saya tak bisa tolak bela negara.

Indonesia's Bambang Pamungkas celebrates his team's third goal against Myanmar during the AFF Suzuki Cup football match in Jakarta on December 5, 2008. Indonesia won 3-0. AFP PHOTO/ADEK BERRY / AFP PHOTO / ADEK BERRYBambang Pamungkas bersama Elie Aiboy bela Timnas Indonesia di era dualisme PSSI. (AFP PHOTO/ADEK BERRY)

Yang mau ikut bela negara silakan, yang menolak ya sah saja. Mungkin klub mereka larang karena konflik PSSI itulah. Tapi, seorang Bambang Pamungkas datang bantu kami. Saya senang sekali.

Bambang sebenarnya bermain di Persija ISL, tapi dia punya prinsip yang sama dengan saya: Pantang menolak panggilan negara. Persetan dengan konflik kepengurusan PSSI!

Saya tidak pernah merasa pemain yang hadir saat itu adalah kelas kedua. Pertama, mereka adalah pemain terbaik yang bermain di kompetisi PSSI. Kedua dan terpenting, mereka punya jiwa dan semangat bela Timnas Indonesia.

Saya yakin semua pemain yang dipanggil saat itu mau datang. Tapi terbentur dengan larangan klub. Kami pemain tidak ada masalah, buktinya saya komunikasi terus dengan Ponaryo Astaman, kapten Timnas bentukan KPSI.

Saya ingat betul bagaimana saya dan Bambang, selalu berusaha membangkitkan kepercayaan diri adik-adik di Timnas. Kami berdua selalu bikin suasana cair, enjoy agar mereka tidak khawatir, dan harus membuktikan diri kalau tim ini bisa.

Saya ajak adik-adik fokus all out di Timnas dan jangan pedulikan komentar di luar lapangan. Kalaupun saat itu ada pemain lain yang merasa jago dan bilang kami adalah Timnas abal-abal, saya ingin bilang, "Sini datang dan bantu kami. Tolong jangan hina perjuangan kami!"

Bagaimanapun kami sudah berusaha memberikan yang terbaik. Dengan situasi konflik PSSI, kami gagal tembus semifinal karena kalah dari tuan rumah Malaysia di laga terakhir fase grup. Kalau menang kita lolos semifinal.

Pesepak bola Bali United Taufiq berlatih secara mandiri di Lapangan Trisakti Sakti, Legian, Badung, Bali, Kamis (25/6/2020). Sejumlah pesepak bola Bali United melakukan latihan secara mandiri untuk menjaga kondisi mereka selama masa pandemi COVID-19. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/aww.Taufiq pernah jadi bagian Timnas Indonesia di era dualisme PSSI. (ANTARA FOTO/FIKRI YUSUF)

Bagi saya pribadi tidak masalah. Yang penting kami sudah berjuang maksimal. Saya bilang ke adik-adik, kita sudah berjuang dan hasil akhir bukan manusia yang tentukan. Sekarang biarkan PSSI yang tanggung jawab.

Tanggung jawab saya di Timnas Indonesia selesai dengan baik. Tentu saja bukan soal prestasi tapi bagaimana perjuangan yang saya berikan di usia 34 tahun. Apalagi harus merasakan tekanan dari publik bahwa kami bukan Timnas yang ideal.

Saya pernah tergabung dengan Timnas Indonesia yang dihuni pemain top Tanah Air dan dilatih pelatih luar negeri. Hasilnya sama saja, belum pernah juara juga. Apa yang harus disombongkan?

Kalau sepak bola Indonesia mau sukses, ya harus bersatu. Cukup sudah dualisme PSSI dan dua Timnas, tolong jangan pernah ada lagi. Cukup kami-kami saja yang jadi saksi sejarah kelam itu.

Jika mau sukses kita harus sejalan, searah, satu kapal, satu tujuan, dan saling dukung. Mulai tataran pengurus PSSI, manajer klub, sampai ke pemain. Kalau kalian (PSSI) ribut-ribut terus, pemain yang bakal jadi korban lagi.

Semoga sepenggal cerita saya bisa jadi inspirasi sekaligus motivasi bagi para pemain muda. Jangan pernah mudah puas dan tetap semangat!

(jun/har)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER