Pengamat sepak bola nasional, M. Kusnaeni menyebut butuh peran ganda pemain dari semua klub selama berlangsungnya lanjutan Liga 1 2020 di tengah pandemi covid-19.
Seperti diketahui, Satgas Penanganan Covid-19 telah mengeluarkan rekomendasi untuk Liga 1 2020 kembali bergulir di tengah pandemi. Pertandingan tanpa kehadiran penonton jadi salah satu syarat utamanya.
Ketua Satgas Penanganan Covid-19, Doni Monardo menegaskan bukan hanya tanpa kehadiran penonton di dalam stadion, suporter klub juga dilarang untuk berada di sekitar area stadion maupun menonton latihan klub selama kompetisi digelar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sisi lain, PSSI dan operator komperisi PT. Liga Indonesia Baru (LIB) juga telah memusatkan gelaran Liga 1 2020 di Pulau Jawa untuk mengurangi risiko paparan covid-19 terhadap tim, ofisial dan panitia pelaksana pertandingan.
"Suporter juga harus punya kesadaran akan disiplin untuk tidak boleh datang ke stadion atau sekalipun hanya di area sekitar stadion. Tapi ini sulit kalau hanya mengandalkan kesadaran saja. Klub melalui pemain juga harus mendorong suporter untuk memahami kondisi ini," kata Kusnaeni melalui sambungan telepon kepada CNNIndonesia.com, Jumat (18/9).
Menurut Kusnaeni, yang bisa mengendalikan suporter untuk tidak datang ke stadion adalah pemain. Sebab itu, seluruh pemain di semua klub memiliki peran ganda selama mengarungi musim kompetisi Liga 1 2020.
Artinya pemain selain tugasnya bermain di lapangan juga harus bisa jadi influencer kepada penggemarnya untuk tidak datang ke stadion.
"Yang bisa mengendalikan suporter adalah pemain, karena pemain yang dicintai suporter. Mereka datang ke stadion bukan untuk pelatih apalagi ofisial, tapi mereka mau melihat pemain kesayangan mereka di tim."
"Pemain harus memainkan peran sebagai influencer positif untuk kompetisi kali ini. Bukan hanya sekadar perannya sebagai pemain untuk berlatih secara fisik, taktik maupun strategi," ujarnya.
Tidak hanya pemain, seluruh komponen dalam pelaksanaan Liga 1 2020 di tengah pandemi juga harus mengambil peran lebih. Termasuk LIB dan PSSI untuk mengawasi jika terjadi pelanggaran terhadap protokol kesehatan yang telah ditetapkan.
Bahkan, disebutkan Kusnaeni, LIB juga harus siap memberikan sanksi tegas jika terjadi pelanggaran terhadap protokol kesehatan di masa pandemi covid-19.
"Kalau perlu LIB keluarkan sanksi tegas karena ini menyangkut kelanjutan kompetisi itu sendiri dan kesehatan serta keselamatan semua pihak. Tentunya kita semua tidak ingin jika pelaksanaan kompetisi menjadi kluster baru penyebaran covid-19," sebut Kusnaeni.
Lihat juga:Stefan Bradl Absen di MotoGP Emilia Romagna |
Begitu juga halnya dengan pelatih yang harus ekstra disiplin untuk memastikan kelayakannya datang ke stadion dengan rajin memeriksakan kesehatan. Itu dilakukan sesuai imbauan dari Satgas Penanganan Covid-19 yang meminta untuk memastikan seluruh peserta, pemain, panitia dan ofisial adalah mereka yang secara fisik sehat dan tidak memiliki penyakit bawaan.
Bukan tanpa maksud, sebab menurut Doni orang yang bermasalah dengan kesehatan fisik dan penyakit bawaan sangat cepat untuk terinfeksi covid-29. Terlebih, 90 persen pelatih di 18 klub peserta Liga 1 2020 berusia di atas 45 tahun.
Berdasarkan data yang diterima Satgas, 85-92 persen angka kematian akibat covid-19 adalah mereka yang punya komorbid atau penyakit bawaan, seperti hipertensi, asma, diabetes. Sebab itu, mereka yang memiliki penyakit bawaan sangat dianjurkan untuk tidak ikut serta di kompetisi.
"Artinya jelas. kita butuh disiplin tidak hanya pemain ikut latihan, cuci tangan, pakai masker saja. Tapi juga disiplin keseluruhan. Pelatih juga harus sadar dia juga tidak hanya bertanggung jawab di kompetisi, tapi juga disiplin memeriksakan diri. Kalau tidak dia tidak bertanggung jawab terhadap kompetisi dan tim yang dia bina. Supaya kalau ada gejala segera terdeteksi."
"Pelatih yang punya penyakit bawaan untuk tidak melibatkan diri. Ini tidak mudah, butuh disiplin dari klub. Klub melakukan pencegahan bukan pembiaran, klub yang paling tahu rekam medis semua orang di tim. Saya sebut ini kedisiplinan kolektif, klub, panpel, operator. Dengan disiplin, amanat Satgas bisa dijaga. Kalau tidak disiplin, akan muncul kluster dan membahayakan kompetisi," jelasnya.
(ttf/osc)