Liga 1 2020 Tak Menentu, Imbas PSSI Tidak Becus

CNN Indonesia
Kamis, 15 Okt 2020 12:02 WIB
Nasib kompetisi Liga 1 dinilai merupakan cermin ketidakbecusan PSSI dalam mematangkan dan mengeksekusi program-program yang telah mereka buat.
Nasib kelanjutan Liga 1 dan Liga 2 tak menentu usai pada 1 Oktober lalu Polri tidak mengeluarkan izin keramaian. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia --

Pengamat sepak bola nasional, Tomy Welly, menyebut ketidakjelasan nasib kompetisi Liga 1 di tengah pandemi covid-19 merupakan buah ketidakbecusan PSSI.

Alhasil, stakeholder sepak bola nasional yang ada di dalamnya, mulai dari klub, pemain, pelatih dan ofisial turut merasakan imbasnya.

Tomy menjelaskan PSSI bersikeras melanjutkan kembali kompetisi Liga 1 maupun Liga 2 di tengah pandemi yang kemudian sempat mendapat kritikan publik. Mulai dari izin sampai kondisi finansial klub yang berdampak akibat pandemi berkepanjangan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tapi PSSI ngotot bahwa kompetisi harus jalan dengan mengeluarkan Surat Keputusan (SK). Artinya, publik menunggu bagaimana PSSI dan LIB [Liga Indonesia Baru] mengeksekusi rencana tersebut," ucap Tomy kepada CNNIndonesia.com, Kamis (15/10).

Pertemuan demi pertemuan digelar untuk memuluskan rencana bergulirnya kompetisi Liga 1. Mulai dari penentuan awal kompetisi dilanjutkan pada 1 Oktober sampai permohonan izin dan persiapan pelaksanaan protokol kesehatan yang menjadi syarat wajib pertandingan.

Namun, dua hari jelang dimulainya kembali kompetisi yang telah ditetapkan 1 Oktober, PSSI mengumumkan bahwa mereka tidak mendapat izin keramaian dari kepolisian. Pandemi dan masa periode Pilkada serentak yang baru berakhir awal Desember mendatang jadi alasan Polri ngotot tidak mengeluarkan izin.

Banner Live Streaming MotoGP 2020

Di sini yang digarisbawahi. Karena dengan ditundanya kompetisi dari jadwal semula 1 Oktober membuat kerugian besar bagi klub-klub. Banyak dari mereka yang telah mempersiapkan untuk kembali berkompetisi, namun batal.

"Artinya, PSSI dan LIB sebagai otoritas tertinggi sepak bola nasional gagal. Mereka tidak mampu mengeksekusi finalisasi step dari sebuah kompetisi, yaitu izin kepolisian."

"Pertanyaannya, komunikasi yang dibangun selama ini antara PSSI, LIB dan kepolisian bagaimana? Pendekatannya seperti apa? Karena kalau mengacu alasan kepolisian yang tidak bisa diganggu gugat tidak akan memberikan izin keramaian, harusnya sudah diketahui PSSI dan LIB sejak jauh hari sebelum H-2," tegas pengamat yang akrab disapa Bung Towel itu.

Pasca tidak dikeluarkannya izin, PSSI dan LIB kembali menggelar pertemuan darurat dengan klub-klub peserta. Hasilnya, PSSI mengakomodir keinginan klub untuk memberikan kepastian kelanjutan Liga 1 2020 meskipun izin kepolisian belum juga dikantongi. Harapannya pada 1 November kompetisi bisa berjalan lagi.

Bakal Calon Ketua PSSI Komjen Pol Mochamad Iriawan memberikan p[andangan pada acara Ketum PSSI Mochamad Iriawan berharap kompetisi kembali bergulir 1 November mendatang usai Polri tak memberi izin pada 1 Oktober lalu. (ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah).

Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan atau Iwan Bule mengatakan bahwa sebagai anak, PSSI tidak akan melawan dan akan mematuhi serta menuruti keputusan Kepolisian yang ngotot tidak akan memberikan izin buat Liga 1. Jika harapan Liga 1 bisa bergulir 1 November gagal, PSSI akan terus mencoba memohon sampai diberikan izin, entah mulai 1 Desember ataupun 1 Januari 2021.

Artinya, tidak ada kepastian buat klub-klub peserta kapan kompetisi akan kembali bergulir. Ketidakpastian ini menjadi tanggung jawab PSSI dan LIB kepada para pemilik saham terbesar, yakni klub peserta dalam tatanan perusahaan.

"Saya kira sejak awal tidak dapat izin sudah ada langkah-langkah yang dilakukan PSSI. Misalnya komunikasi dengan kepolisian atau lainnya, tapi ternyata nihil dan tetap tidak pasti," ucap Tomy.

"Ini semakin memperlihatkan ketidakmampuan PSSI dan LIB melaksanakan kompetisi yang sudah jadi keputusan. Secara sepak bola ini jadi preseden buruk bagi pihak yang terlibat di kompetisi, klub sponsor, pemilik hak siar yang akhirnya menimbulkan ketidakpastian yang makin besar," ujarnya.

Sementara itu, publik dinilai Tomy memahami kekhawatiran pihak kepolisian yang tidak berani memberikan izin buat Liga 1 2020 dilanjutkan. Meskipun protokol kesehatan sudah dibuat sedemikan rupa ketat untuk meminimalisir risiko penularan maupun terjadinya klaster baru Covid-19 dari sepak bola.

Dia menekankan pengumuman 'telat' dari PSSI dan PT LIB membuat klub dan pihak lain merugi karena persiapan sudah dilakukan mereka sejak jauh hari.

"Kita paham kepolisian adalah posisi penting di pemerintahan, kita ngerti, tapi waktu penyampaiannya kalau dari jauh hari akan lebih elok. Secara finansial klub sangat rugi, planning sudah dibuat dengan menetapkan budget. Nasib pemain dan pelatih seperti apa sekarang, putus kontrak atau jalan terus?" tanya dia.

Selain keuangan, para pelatih juga terpaksa menyusun ulang strategi dan pematangan kembali teknik. Pun dengan para pemain yang selama ini telah menyiapkan kebugaran fisik mereka dalam rangka kembali bermain di kompetisi menjadi sia-sia.

"Buat pelatih pasti sulit mengukur latihan, kondisi pemain disiapkan untuk 1 Oktober, kemudian ambyar dan tidak ada jadwal baru jadi sulit menyusun program. Bagaimana nasib Timnas senior?" terangnya.

Untuk itu Tomy meminta PSSI tegas dalam memberikan pernyataan supaya keputusan yang diambil tidak menggantung buat klub. Jadwal yang tidak pasti akhirnya jadi olok-olok publik dan semakin memberikan sebuah ketidakpastian.

"Maka itu, PSSI dan LIB harus menyiapkan ini masak-masak atau semakin terlihat bahwa mereka tidak siap dan tidak cakap mengeksekusi program yang telah dibuat sendiri," tutup Towel.

(ttf/jun)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER