TESTIMONI

Aji Santoso: Rumor Suap 0-10 dan Penolakan Sopir Mikrolet

Aji Santoso | CNN Indonesia
Rabu, 28 Okt 2020 19:12 WIB
Aji Santoso merupakan mantan pemain dan pelatih Timnas Indonesia yang juga pernah memainkan peran ganda di Arema serta Persebaya.
Aji Santoso tenar sebagai pemain spesialis bek kiri. (CNN Indonesia/Martinus Adinata)

Selepas 2000 saya pindah dari PSM ke Arema dan kemudian ke Persema. Saya juga tidak lagi main di Timnas Indonesia. Bisa dibilang memang sudah persiapan pensiun. Saya masih sanggup main sebenarnya, sampai akhirnya merasa sudah cukup mengakhiri karier tahun 2004 dan saya mendalami ilmu pelatih.

Cukup banyak tempat saya melatih, ada tim PON Jawa Timur, Persekam Metro Malang, Persik Kediri, Persebaya Surabaya, Persela Lamongan, PSIM Yogyakarta, dan sekarang kembali ke Persebaya. Sempat juga saya ditunjuk jadi pelatih Timnas Indonesia.

Mungkin saya menjadi pelatih Timnas Indonesia di momen yang tidak tepat karena pada waktu itu terjadi dualisme di sepak bola nasional yang berpengaruh besar pada Tim Merah Putih.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ada dua pengurus, PSSI dan KPSI [Komite Penyelamat Sepak bola Indonesia], ada juga dua liga, IPL [Indonesia Premier League] dan ISL [Indonesia Super League]. Seperti kita tahu, PSSI hanya bisa memanggil pemain-pemain dari IPL. Padahal saya sebagai pelatih butuh pemain berkualitas dan itu ada di ISL.

Sementara dari IPL ini ada pemain yang bahkan statusnya pemain amatir kemudian saya tarik jadi pemain Timnas. Tidak pernah terjadi sepertinya di manapun kecuali saya waktu itu jadi pelatih.

Memang ada nama-nama seperti Bambang Pamungkas atau Irfan Bachdim, tetapi kan butuh juga pemain nomor satu di posisi lainnya.

Pelatih Kepala Tim Sepak Bola Nasional U-23 Aji Santoso (kiri) mengamati anak asuhnya berlatih di Pemusatan Latihan Nasional (Pelatnas) di Lapangan Sutasoma, Halim Perdanakusumah, Jakarta, Senin (2/3). Mereka berlatih untuk persiapan Kualifikasi Piala Asia U-23 akhir Maret dan SEA Games ke-28 Singapura Juni Tahun 2015. ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf/Rei/nz/15.Aji Santoso memimpin latihan Timnas Indonesia jelang SEA Games 2015. (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf/Rei/nz/15.

Soal kekalahan 0-10 dari Bahrain di Kualifikasi Piala Dunia 2014 itu kemudian kan menimbulkan pertanyaan, apa saya disuap? Enggak, jujur saya ini orangnya susah diatur-atur. Jadi ya memang itu murni perbedaan kualitas. Ibaratnya pemainnya benar-benar masih baru, masih amatir, belum pernah ada yang bermain di level internasional.

Biar demikian saya tidak merasa dijadikan tumbal atau dikorbankan. Saya menganggap itu tugas yang harus dilaksanakan sebagai pelatih dan saya mengambil risiko di tengah situasi yang kisruh.

Kemudian ada kekalahan di Asian Games 2014. Di situ menurut saya murni karena kualitas, kita memang kalah dari Korea dan tim-tim seperti itu.

Selain pengalaman buruk itu, ada juga SEA Games 2015. Waktu itu zamannya Evan Dimas, Hansamu Yama Pranata baru-baru muncul. Kami gagal dapat medali, kalah dari Thailand di semifinal dan Vietnam di perebutan peringkat keempat.

Penyelenggaraan SEA Games bertepatan dengan momen hukuman FIFA untuk Indonesia. Jadi seluruh tim itu gamang. Berangkat ke Singapura dengan tanda tanya. "Ini sebenarnya kita boleh berangkat enggak sih?" begitu pikiran anak-anak.

Di tengah pikiran seperti itu, terus juga ini pemain-pemain muda, saya pikir memang berat buat mereka.

Setelah itu karier saya kembali ke klub-klub Indonesia. Saya mungkin identik dengan pemain-pemain muda.

Contohnya Saddil Ramdani. Waktu itu saya ambil dia dari ASIFA (Aji Santoso International Football Academy), kemudian saya coba dia main di Persela Lamongan dan moncer. Hasilnya bisa dilihat sekarang.

Begitu pula waktu di Arema saya memainkan pemain-pemain seperti Adam Alis, Hanif Sjahbandi, Bagas Adi Nugroho juga Dedik Setiawan. Dengan pemain muda seperti itu saya bisa membawa Arema jadi juara Piala Presiden 2017.

Sekarang di Persebaya saya juga masih mengandalkan pemain-pemain muda. Seperti Rizky Ridho dan Koko Ari Araya, pemain-pemain yang orang tidak kenal sebelumnya tetapi sekarang mereka dipanggil ke Timnas.

Bukannya tidak suka dengan pemain senior, tetapi saya kalau melihat pemain muda dan punya bakat itu menurut saya ya tinggal diberi kesempatan waktu bermain saja. Kalau memang dia bagus, dikasih menit bermain ya sudah jadi. Itu tinggal kita tunggu saja, hanya itu persoalannya.

Pendirian ASIFA juga tidak lepas dari kepedulian saya terhadap masa depan sepak bola Indonesia yang akan bertumpu pada anak-anak usia dini.

(nva/har)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER