Di tengah riuh persiapan Timnas Indonesia U-19 dan kabar mengenai Brylian Aldama dan Bagus Kahfi yang menapak karier di luar negeri, dua pemain Garuda Muda lainnya justru menarik perhatian dengan cara tersendiri.
Shin Tae Yong pun mencoret pemain-pemain yang indisipliner. Pulang pagi, tidak ikut timbang badan, dan tak latihan bersama jadi noktah tanpa penawar.
Lihat juga:Cedera Tambah Parah, Marquez Salahkan Dokter |
Tak lama setelah berita pencoretan menjadi headline, muncul potongan video singkat di dunia maya mengenai aktivitas dua pemain yang baru saja dicoret Shin Tae Yong itu. Jika saja dua orang yang berada di video tersebut bukan Serdy Ephy Fano dan Mochamad Yudha Febrian bisa jadi video tersebut sekadar lewat begitu saja dan tak akan viral.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun lacur, Serdy dan Yudha kini sudah mendapat cap buruk. Dua pemain Timnas Indonesia U-19 di kualifikasi Piala Asia itu menjalani babak baru kehidupan. Serdy dilepas Bhayangkara FC, Yudha dimasukkan pesantren oleh Barito Putera.
Layaknya pemuda yang mencari jati diri, keduanya memiliki gairah kawula muda yang tak beda dengan remaja-remaja sepantaran. Status pemain Timnas Indonesia U-19 membuat mereka berbeda dari anak-anak lain seusianya yang baru lulus SMA atau sedang menjalani kuliah tahun pertama.
![]() |
Sepak bola adalah sebuah impian bangsa. Timnas Indonesia kadung jadi tempat sakral lantaran harapan pada prestasi yang tidak kunjung diraih sejak lama. Hal demikian membuat orang-orang menaruh asa agar Tim Merah Putih, level junior sekalipun, bisa menuntaskan tugas negara dengan berkalung medali juara.
Pesepakbola bukan profesi yang bersih dari dosa, bahkan sudah banyak contoh kasus atlet-atlet sepak bola melakukan sesuatu yang tabu, namun patut diingat ada ekspektasi tinggi dari orang banyak yang kemudian membuat Serdy dan Yudha mendapat label minus.
Orang-orang sudah jengah dengan banyak bakat bertalenta di negeri ini yang musnah begitu saja karena beragam faktor di luar lapangan. Mereka ingin memastikan tak ada lagi talenta yang layu sebelum berkembang dan memuaskan hasrat mengangkat piala dan harkat martabat Timnas Indonesia di pentas dunia.
Belum lagi ada pula kedisiplinan yang datang berbarengan dengan keberadaan Shin Tae Yong di Timnas Indonesia, sehingga menambah banyak coreng di muka dua pemain muda itu.
Sejatinya jalan masih panjang bagi pemain Timnas Indonesia U-19, termasuk Serdy dan Yudha yang kini sudah tidak menyandang embel-embel tersebut. Tak ada yang bisa memastikan masa depan pemuda Maluku dan Bekasi itu akan lebih buruk dibanding rekan-rekan seangkatannya. Ada banyak pengaruh yang bisa mengubah jalan hidup keduanya.
Dua kali dicoret lantaran indisipliner dan mendapat kecaman netizen, bisa menjadi lecutan Serdy mengubah diri. Begitu pula bagi Yudha yang baru sekali ini mendapat sorotan warganet.
Penting bagi keduanya menyikapi hal ini secara positif. Dengan semangat perubahan yang baik, tak mustahil ada kesempatan datang pada tahun-tahun selanjutnya di level senior.
![]() |
Kesempatan selalu tersedia dan masing-masing individu yang akan menentukan langkah guna mewujudkan cita-cita awal sebagai penggawa Timnas Indonesia.
Satu pelajaran penting bagi banyak pihak mengenai insiden ini adalah kesadaran diri atlet yang harus ditanamkan sedari dini. Bahwasanya pilihan hidup sebagai atlet bukan main-main karena dituntut tanggung jawab sejak level usia muda.
Kedisiplinan di segala sektor mutlak diperlukan, seperti menjaga kesehatan dengan mengonsumsi makanan, atau menjalani pola hidup sehat dan teratur, termasuk pula menjaga citra di media sosial.
Dalam zaman di mana unggahan media sosial bisa tersebar cepat dengan seketika, bijak bermedsos tak kalah penting ketimbang mengonsumsi makanan bernutrisi seimbang yang dibarengi dengan beragam latihan.
Karier pendek bagi atlet di cabang olahraga sepak bola menuntut pelakunya mengorbankan banyak hal demi kesuksesan di lapangan hijau.
Perlu diingat pula bagi para pemain muda mengenai beragam suka ria namun berbuntut penyesalan yang selalu datang di akhir.
(sry)