Herry IP: Badminton, Memori 1998 dan Imlek

Titi Fajriyah | CNN Indonesia
Jumat, 12 Feb 2021 08:17 WIB
Kepala Pelatih Ganda Putra Pelatnas PBSI bercerita soal memori tragedi 1998 dan harapan pada tahun baru Imlek tahun ini.
Herry IP masih ingat tragedi 1998. (CNN Indonesia/Aulia Bintang Pratama)

Sejak umur enam tahun Herry IP yang kelahiran Pangkal Pinang, Bangka Belitung, itu sudah dibawa pindah ke Jakarta oleh kedua orang tuanya. Di Jakarta kali pertama ia tinggal di daerah Grogol, Jakarta Barat. Di sana, ia bermain membaur dengan berbagai orang dari suku dan agama serta ras yang berbeda.

"Zaman dulu kita semua membaur. Saya tinggal di kampung, teman saya berasal dari berbagai macam. Kalau dibanding sekarang sama dulu, lebih membaur dulu. Kita tidak ada batasan rasis. Kami main sepak bola bareng, main kelereng semua bareng," ujarnya.

Sebelum badminton, Herry IP sempat menekuni sepak bola, namun dilarang sang ibu karena kalau main saat hujan ia pulang dalam kondisi baju kotor. Kemudian tak jauh dari rumahnya ada lapangan badminton yang sering dimainkan orang dewasa. Dari Kampung Susilo, Grogol, itu juga Herry IP memulai hobi badminton.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sang ibu juga ikut memodali Herry IP dengan membelikannya raket badminton. Padahal, tidak ada turunan untuk menjadi seorang olahragawan dari keluarganya. Ayah Herry IP seorang karyawan swasta yang kerja di sebuah gudang, sedangkan ibunya seorang ibu rumah tangga biasa.

Meski isu rasial terhadap etnis Tionghoa masih sering terjadi, Herry IP tak pernah merasa kesal. Sebab ia tak pernah merasa dibedakan atau diintimidasi oleh lingkungan yang mayoritas penduduk muslim.

"Bapak saya bergaulnya hebat, dengan siapapun. Kalau bapak saya bilang, nenek moyang saya itu orang Indonesia asli di Bangka Belitung. Kondisi mulai nyaman dan agak cair setelah Gusdur jadi presiden. Sekarang bergaul lebih nyaman," sebut Herry IP.

Kepala Pelatih ganda putra PBSI, Herry Iman Pierngadi berkumpul bersama keluarga besar saat perayaan Imlek 2018.Kepala Pelatih ganda putra PBSI, Herry Iman Pierngadi berkumpul bersama keluarga besar saat perayaan Imlek 2018. (Arsip Pribadi)

Sikap saling menghargai perbedaan itu juga terus diterapkannya sebagai Kepala Pelatih ganda putra Pelatnas PBSI saat ini. Ia tak pernah memilih pemain berkualitas untuk masuk pelatnas berdasarkan suku, ras apalagi agama.

"Kebetulan saya sebagai pelatih, saya punya prinsip kalau milih pemain masuk pelatnas itu saya lihat skill nomor satu. Saya tidak mau lihat itu orang mana, turunan mana, orang apa. Saya tidak pernah membedakan ras. Saya tidak mau, pantang buat saya. Salah satu saya bisa sampai sekarang karena saya tidak mengkotak-kotakkan itu," ujar Herry IP.

Memasuki Tahun Baru Imlek 2021, Herry IP yang dijuluki 'Coach Naga Api' di lingkungan penggemar badminton itu berharap isu rasial tak lagi diangkat sebagai masalah. Menurutnya, masyarakat Indonesia saat ini sudah bisa hidup berdampingan secara damai di atas segala perbedaan.

Ia juga berhadap kondisi Indonesia bisa lebih baik dari sebelumnya. Terutama bisa bangkit dari keterpurukan akibat pandemi Covid-19.

"Saat lahir, kita tidak bisa memilih takdir mau jadi ras apa, agama apa. Semua harus bisa berbaur supaya Indonesia bisa lebih baik lagi," ucap Herry IP.

Dalam perayaan imlek, jika biasanya sanak saudara dan keluarga besar berkumpul, tahun ini Herry IP memutuskan hanya untuk keluarga inti karena takut bahaya paparan Covid-19.

Makanan khas imlek seperti ayam hong, terpang dan berbagai jenis ikan laut tersedia sebagai santapan makan malam keluarga.

"Kumpul di rumah ibu itu lalu makan malam bareng itu tradisi dari jaman dulu. Besok paginya kumpul lagi, ngobrol dan pai-pai. Saya berharap tahun depan lebih baik lagi, yang paling utama doanya semoga cepat hilang Covid-19, sehat dulu itu nomor satu dan selalu dilindungi Tuhan," harapnya.

(har)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER