PODIUM HIJAB

Hajar Abulfazl, Pejuang Atlet Wanita Afghanistan

CNN Indonesia
Senin, 19 Apr 2021 16:00 WIB
Hajar Abulfazl merupakan generasi pertama pesepakbola wanita pertama di Afghanistan setelah jatuhnya Taliban pada 2001.
Hajar Abulfazl beruntung mendapatkan dukungan dari keluarga. (Getty Images via AFP/NICHOLAS HUNT)

Di mata Hajar Abulfazl, paradigma kolot di Afghanistan soal keterlibatan wanita dalam olahraga menjadi salah satu tugas berat di dalam hidupnya yang mesti dituntaskan.

Wanita di Afghanistan tidak saja dilarang bermain sepak bola atau berolahraga. Ketika wanita mencoba keluar dari lingkungan norma dan budaya tersebut, tekanan sosial berlaku dan serta berdampak cemoohan bagi yang berani meninggalkan batasan-batasan itu.

Masalah tersebut yang menguatkan Hajar Abulfazl memperjuangkan hak-hak wanita di Afghanistan. Hajar ingin seluruh wanita memiliki kesetaraan dengan pria dan bisa menekuni olahraga dengan tenang tanpa rasa was-was atau ketakutan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu upaya Hajar menuntut kesetaraan hak wanita Afghanistan di olahraga khususnya sepak bola, dia merangkap sebagai pemain timnas sekaligus Kepala Komite Sepak Bola Wanita di Federasi Sepak Bola Afghanistan sejak 2012 hingga 2014.

Akan tetapi, upaya tersebut belum cukup. Ketika sebagian wanita di Afghanistan mulai turun ke lapangan, masalah-masalah lain muncul. Di antaranya pesepakbola wanita di Afghanistan berhenti bermain setelah menikah, karena tidak mendapatkan dukungan dari mertua.

"Saya kenal beberapa rekan pemain yang berhenti bermain bola setelah terus menerus dikritik dan dihina secara sosial. Tapi banyak orang lain yang saya kenal, yang terus bermain diam-diam, bahkan setelah mengalami penyiksaan fisik, semuanya demi kecintaan pada permainan," Hajar menjelaskan.

Tidak semua wanita di Afghanistan seperti Hajar Abulfazl yang mendapat dukungan dari keluarga. Di saat sebagian orang tua lain menjauhkan anak-anak perempuan mereka dari lapangan dengan alasan memberikan perlindungan atau mempertahankan pandangan konservatif, dia mendapatkan dorongan dari keluarganya.

Guna mengurangi atau menghilangkan hambatan dan diskriminasi yang bisa membunuh impian perempuan serta anak perempuan di seluruh dunia, Hajar berharap dukungan dari masing-masing keluarga.

"Kesetaraan bagi saya berarti perempuan dan laki-laki memiliki kebebasan yang sama untuk berpikir, membuat keputusan, memilih jalan hidup kita sendiri, dan mencari pencapaian kita sendiri. Kesetaraan berarti wanita diizinkan menjadi juara dan superstar dalam kehidupan mereka sendiri," tutur mantan pelatih timnas putri Afghanistan U-17 itu.

Menurut Hajar yang kini seorang dokter, dia ingin menunjukkan olahraga itu positif bagi individu, keluarga, dan masyarakat. Dengan olahraga, perempuan lebih kuat dan produktif.

Hajar mengakui sepak bola yang digemarinya mengajarinya hidup disiplin dan berkomitmen, kesuksesan serta kegagalan.

Karena sepak bola juga, lanjut Hajar, dia bisa berkeliling dunia serta berpartisipasi dalam ajang lintas budaya. Lewat si kulit bundar, Hajar bisa berkontribusi dalam perdamaian melalui olahraga.

"Saya tahu manfaat olahraga dan orang tidak bisa menyembunyikan pandangan mereka tentang itu. Anda belajar bagaimana menjadi pekerja keras dan bagaimana ketika Anda kalah, Anda belajar bekerja lebih keras untuk sukses di lain waktu. Itu membuat Anda merasa seperti, Anda bisa melakukan apa saja. Saya tidak mungkin mempelajarinya tanpa olahraga," ucap Hajar.

Selain bicara soal pandangan tabu soal sepak bola dan olahraga bagi wanita di Afghanistan, Hajar juga buka suara tentang hijab yang dinilai sebagai salah satu kendala bagi wanita dalam berolahraga.

Banner Video Highlights MotoGP 2021

Di Afghanistan, seragam sepak bola pada umumnya dianggap tidak sopan, meskipun untuk wanita telah menggunakan lengan panjang dan juga bahan guna menutup kaki mereka.

"Bagi kami, berdandan untuk sebuah pertandingan sedikit [lebih] sulit daripada bagi sebagian besar pemain wanita dari negara-negara Barat. Pakaian kami harus peka secara budaya, dan selama bertahun-tahun kami menjadi terbiasa bermain dengan jilbab," kata Hajar.

Bagi Hajar Abulfazl, hijab tidak menghalangi wanita dalam berolahraga, termasuk berkompetisi. Keyakinan itu juga yang ditunjukkan Hajar dengan tetap mengenakan hijab saat bersepakbola. Dia menuturkan, sejauh ini banyak desain jilbab yang bisa digunakan untuk berolahraga.

"Sebagai panutan pemberdayaan olahraga wanita, saya memakainya untuk menunjukkan kepada generasi berikutnya dan orang tua mereka bagaimana wanita dan anak perempuan Afghanistan dapat mempertahankan rasa hormat terhadap agama dan budaya sambil mengejar prestasi olahraga dan manfaat dalam mengembangkan kemandirian serta kesetaraan dalam masyarakat," ujar Hajar.

(har)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER