Melihat gelar Liga Champions, tak salah jika Real Madrid disebut penguasa. Namun di semifinal musim ini, El Real tampak kurang layak diusung sebagai jagoan lantaran Chelsea terlihat lebih meyakinkan pada leg pertama.
Setelah imbang 1-1 di leg pertama, partai Chelsea vs Real Madrid bakal menjadi laga penentu siapa yang akan melawan (Manchester City/Paris Saint-Germain) dalam final Liga Champions musim ini.
Skor imbang di Stadion Alfedo di Stefano belum memberi keuntungan mutlak bagi salah satu di antara dua klub yang akan bertanding di Stadion Stamford Bridge, dini hari nanti. Keunggulan gol tandang yang hanya berjumlah satu, belum bisa memastikan langkah terbuka bagi Chelsea menuju final.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tetapi jika dilihat dari cara bermain yang diperagakan, Chelsea punya peluang membuat Madrid harus menunggu lebih lama untuk meraih gelar ke 14 di ajang Liga Champions. Thomas Tuchel sudah mengantongi sebuah poin ketika anak asuhnya mendominasi babak pertama pekan lalu. Bisa jadi formula yang sama akan digunakan demi mematikan gerak pemain Madrid sekaligus menyudahi kiprah Los Merengues di Liga Champions musim ini.
Permainan yang agresif dan variatif menyulitkan Madrid yang tampil tanpa susunan pemain terbaik. Melihat kondisi skuad Madrid di leg kedua yang juga belum full, Chelsea sekali lagi memiliki keuntungan.
Gol yang dibuat Christian Pulisic menjadi contoh Chelsea bisa saja menambah jumlah gelar Liga Champions menjadi dua lantaran mampu memainkan sepak bola simpel dan langsung menghujam pertahanan lawan.
High press Chelsea yang membuat pemain-pemain Madrid salah posisi dan keseimbangan permainan terganggu juga membuat Zinedine Zidane pusing.
Satu hal yang patut disesalkan Chelsea adalah gol semata wayang Pulisic. Jika Chelsea bisa lebih tajam, leg kedua akan berlangsung sebagai syarat belaka.
Kegagalan Chelsesa menyarangkan banyak gol di leg pertama adalah berkah bagi Madrid. Zidane dan anak asuhnya punya waktu mengevaluasi kesalahan-kesalahan yang dilakukan pada leg pertama. Termasuk soal formasi dan penempatan pemain.
Babak kedua di leg pertama menunjukkan kepiawaian Zidane membaca kondisi dan situasi. Perubahan yang dilakukan membuat Chelsea tak lagi mendominasi, meski tetap ada serangan-serangan yang masuk ke kotak penalti Madrid.
Kendati keadaan berubah di babak kedua. Madrid juga tidak sukses-sukses amat sebenarnya. Ketika Zidane mengubah keadaan, Tuchel juga sanggup melakukan penyesuaian dengan memasukkan beberapa pemain pengganti.