Jakarta, CNN Indonesia --
Ketua Panitia Penyelenggara Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2015, Achmad Budiharto, mengaku kesulitan saat mengurus izin kedatangan pebulutangkis asal Israel, Misha Zilberman.
Kejuaraan Dunia BWF 2015 merupakan edisi ke-22 dari Kejuaraan Dunia BWF yang diadakan oleh Federasi Bulu Tangkis Dunia pada 10-16 Agustus 2015 di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta.
Sebagai Ketua Panitia Penyelenggara, Budi, sapaan Budiharto, ikut mengurus perizinan masuk Misha ke Indonesia yang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Satu kata yang diingat Budi ketika mengurus izin kedatangan peserta asal Israel, Misha Zilberman untuk tampil di Kejuaraan Dunia Bulutangkis di Jakarta pada 2015 lalu yaitu ribet.
"Yang saya inget satu, ngurusinnya ribet. Pastinya itu kami koordinasi dengan Kementerian Luar Negeri dan Kemenpora. Kami waktu itu banyak dibantu Pak Gatot sebagai Sesmenpora, karena kan pengurusan visa pemain [Israel] di kita [Indonesia] tidak ada. Jadinya ribet," kata Budi kepada CNNIndonesia.com, Selasa (18/5).
Pihak Panpel mau tidak mau mengurus perizinan dan administrasi masuknya pemain tunggal putra asal Israel ke Indonesia. Sebab, sesuai aturan dari BWF (Badminton World Federation), Israel masuk dalam daftar negara yang berhak menjadi peserta di Kejuaraan Dunia.
[Gambas:Instagram]
"Masalahnya, kalau sampai pemain Israel itu tidak bisa main, Kejuaraan Dunianya dianggap tidak resmi. Jadi kami harus berusaha membuat dia bisa datang dan bertanding," ucapnya Budi.
Lanjut Budi, sebenarnya tidak ada kesepakatan khusus yang terjadi antara Kementerian Luar Negeri, Kemenpora maupun Panpel dan pemain yang bersangkutan.
Namun, karena tidak adanya hubungan diplomatik antara Indonesia dan Israel membuat segala bentuk pengurusan administrasi kedatangan menjadi cukup rumit dengan risiko yang cukup berat.
Alhasil, Misha harus menunggu selama dua pekan di Singapura, negara terdekat yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel untuk menunggu izin masuk ke Indonesia.
Akhirnya, Misha baru bisa masuk ke Indonesia dari Singapura pada malam sebelum pertandingan pertamanya di babak 32 besar.
"Sebetulnya bukan begitu [harus menunggu dua minggu di Singapura]. Tapi memang dapat visanya itu baru last minute setelah kesana-kemari. Itu setelah Sabtu-Minggu Kantor Kedutaan tutup. Jadi baru dapat izin last minute. Jadi mengurusnya itu melalui kedutaan di Singapura. Sampai orang-orang di Kedutaan di Singapura maupun yang di Indonesia menunggu, memastikan dia dapat visa."
"Harus ada jaminan dari Indonesia juga melalui surat clearance dan komitmen antara kedutaan mereka dengan pihak Kementerian Luar Negeri kita untuk memasukkan dia. Kemudian visa keluar, dia [Misha] sampai di sini, dia diamankan, dijaga ketat tidak boleh keluyuran. Harus ada jaminan dari Indonsia juga untuk memasukkan dia," ucap Budi.
Budi sedikit bersyukur karena Misha, pebulutangkis asal Israel itu langsung kalah di pertandingan pertamanya. Ia kalah dari wakli Taiwan, Hsu Jen Hao dua gim langsung, 14-21 dan 14-21 yang membuatnya langsung angkat koper dari Indonesia.
"Pokoknya ribet, ngurusnya ribet. Saya sih tidak mau ya kalau disuruh mengurus yang begitu lagi. Enggak tahu kalau yang pengurus sekarang," celetuk Budi.
 Pasangan ganda putra Indonesia Mohammad Ahsan dan Hendra Setiawan menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang meraih emas pada Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2015 di Jakarta. (Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra) |
Ingatan yang sama juga diungkapkan Yuni Kartika yang pada Kejuaraan Dunia 2015 lalu menjabat sebagai Bidang Humas dan Media PP PBSI. Seingat Yuni, kondisi saat itu sangat diribetkan oleh urusan kedatangan satu pemain Israel tersebut.
"Ya bagaimana, kalau Kejuaraan Dunia kita tidak bisa menolak peserta dari negara manapun. Waktu itu juga kami bilang ada kendala enggak untuk visa masuk dan lain-lain ke Indonesia? Karena kalau dari sisi pertandingan sebagai panitia ya boleh-boleh saja. Kami juga tidak bisa melarang karena BWF mengizinkan," ujar Yuni Kartika dihubungi terpisah.
Satu hal yang paling diingat Yuni kala itu adalah ketika mulai datang ke Indonesia, mulai dari hotel sampai ke lapangan pertandingan, Misha mendapatkan penjagaan ketat dari aparat keamanan di Indonesia.
"Pokoknya selama dia di Indonesia dikawal ketat, kemanapun pergi di kawal. Untungnya cuma sampai 32 besar. Habis kalah, langsung dipulangkan lagi," terangnya.
[Gambas:Video CNN]