Untuk berangkat ke PON Papua 2020, Ari hanya diberi Rp2,5 juta oleh KONI Sumatera Barat. Jumlah tersebut tak mencukupi segala kebutuhan selama berada di ujung timur Indonesia.
Jangankan untuk berbagi dengan anak istri di kampung, untuk biaya hidup selama di Papua saja tidak cukup, kata Ari.
Padahal melihat perjuangannya demi memberikan yang terbaik untuk daerah, Ari rela tidak bekerja sebagai tenaga honorer di Pemerintah Kota Sawahlunto agar dapat fokus menjalani latihan demi latihan jelang PON XX.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kerelaan Ari untuk daerah tentu berimbas kepada pendapatan yang ia peroleh. Tidak adanya pemasukan, sementara ia harus bolak-balik Sawahlunto-Padang membuatnya terpaksa meminjam uang.
Sedikit menilik ke belakang, sebelum turun di PON edisi ke-20, Ari sebenarnya menerima bonus atas kemenangannya di Pekan Olahraga Wilayah (Porwil) yang diadakan di Bengkulu pada 2019.
Namun, tragisnya, alih-alih menikmati bonus dari kerja keras, Ari mesti menggunakan uang itu untuk melunasi semua utang yang ia miliki. Lagi-lagi Ari enggan menceritakan seberapa besar utang yang tengah melilit perekonomiannya.
"Jadi biaya saya bolak balik dari Kota Sawahlunto ke Kota Padang itu saya yang tanggung," ujarnya.
Sebagai atlet peraih medali emas di PON Papua, tentu saja Ari akan dihadiahi bonus. Tetapi, sebagaimana dikatakannya, uang itu hanya cukup untuk membayar utang-utang yang menggunung.
Oleh karena itu, dengan capaian dan keberhasilan di pesta olahraga terbesar di Tanah Air, ia sangat berharap pemerintah pusat maupun daerah memerhatikan nasib para atlet terutama memberikan pekerjaan.
Selepas PON Papua Ari berencana menagih janji pemerintah provinsi setempat yang sebelumnya menjanjikan peraih medali emas akan diangkat menjadi aparatur sipil negara (ASN).
"Saya mau menagih itu. Benar tidak atau sesuai tidak dengan janjinya," kata dia.
Meskipun perjalanan Ari tergolong pahit, ternyata Pemerintah Kota Sawahlunto masih peduli dengan nasibnya. Ia didukung penuh mengikuti PON Papua demi memberikan yang terbaik bagi Ranah Minang.
Ari yang sehari-harinya bekerja sebagai honorer di Pemerintah Kota Sawahlunto diberi kelonggaran. Pemerintah setempat tidak mempermasalahkan ia libur selama dua tahun di masa pandemi Covid-19.
Nasib Ari sepertinya tak jauh beda dengan yang dihadapi Muswar Iwan alias Iwan Samuray, binaragawan Sumatera Barat yang juga penyumbang medali emas dari cabang olahraga yang diikutinya. Binaragawan itu terlilit utang Rp1,7 miliar.
(jun/har)