TESTIMONI

Citra Febrianti dan Cerita Miris Perak Olimpiade 2012

Citra Febrianti | CNN Indonesia
Kamis, 07 Jul 2022 19:00 WIB
Citra Febrianti memiliki jalan berliku dalam menjalani karier sebagai atlet angkat besi, termasuk saat meraih perak Olimpiade 2012 di London.
Citra Febrianti memiliki banyak persoalan jelang Olimpiade 2012. (AP/Hassan Ammar)
Jakarta, CNN Indonesia --

Cerita saya berangkat ke Olimpiade 2012 di London itu sebenarnya sudah banyak persoalan sejak awal, termasuk saat masih di Indonesia, di Jakarta.

Waktu ingin memutuskan siapa atlet putri yang berangkat ke London, PB PABBSI melarang saya berangkat. Yang diminta berangkat dari PB itu atlet asal Bali, Sinta Darmariani.

Dua bulan sebelum ke London itu saya setiap hari dicecar oleh pengurus dengan kata-kata yang luar biasa, seperti diteror. Waktu itu saya dibantu Pak Imron [Rosadi] dan keluarganya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

PB ingin berangkatkan Sinta yang kelasnya di atas saya, tetapi secara peringkat saya lebih baik dari dia. Kami ini beda kelas.

Alasan PB tidak ingin saya berangkat karena khawatir saya bermasalah saat bertanding di Olimpiade 2012. Karena dulu saya ada cedera di leher, jadi setiap pertandingan itu kaya bocor keluar darah gitu.

Jadi seperti setiap clean and jerk, setiap besi menempel di leher saya, langsung kayak blackout kaya kejang-kejang. Takutnya karena bawa nama Indonesia dan karena saya sering blackout itu makanya dilarang ke London.

Kami dari dulu atlet Lampung itu memang selalu dicekal. Makanya kami tidak pernah pemusatan latihan di pelatnas di Jakarta. Selalu di Lampung saja. Kalau tidak mau diberangkatkan ya sudah.

Untuk buktikan saya tidak layak berangkat saja harus dicek MRI. Tapi alhamdulillah, setelah dicek kesehatan, semuanya bagus.

Citra FebriantiCitra Febrianti resmi naik peringkat pada 2020, atau delapan tahun usai Olimpiade 2012. (Arsip Kemenpora)

Jadi waktu itu, kita ini sebagai atlet bukannya persiapan Olimpiade untuk tanding, malah harus urus masalah ini masalah itu. Ingin bertanding saja kok mental kita ditekan seperti ini.

Akhirnya tetap diberangkatkan, tapi sampai London ya dipermasalahkan lagi. Satu hari sebelum bertanding, Pak Lukman sebagai manajer meminta pelatih saya Pak Edi Santoso membuat surat pernyataan, yang isinya siap bertanggung jawab kalau saya kenapa-kenapa saat bertanding.

"Jika saya dimainkan, jika misalnya terjadi apa-apa pada diri saya semua itu dijatuhkan ke Pak Edi Santoso," begitu kira-kira isi pernyataannya.

Marahlah Pak Edi. Langsung minta pulang ke Indonesia saat itu juga kalau dipaksa tanda tangan. Kata Pak Edi semua itu urusan Tuhan. Kok Olimpiade harus ada ancaman dan buat surat pernyataan semacam itu.

Saya juga tidak tahu kenapa akhirnya tetap didaftarkan. Saya dan Sinta tetap berangkat ke London dan didaftarkan. Tetapi besoknya ingin bertanding, hari ini kami berdua dites dahulu.

Saya dan Sinta dites untuk penentuan di tempat pemanasan. Waktu itu semuanya menyaksikan, ada tentara, pokoknya kaya anggota berseragam begitulah, ada tim medis, ada tim dokter.

Akhirnya saya bisa mengangkat maksimal dan enggak kejadian apa-apa. Sinta akhirnya makin lama makin drop, karena Sinta itu tidak ingin berangkat, tapi dipaksa.

Sinta udah bilang sama Ketua PB, "Saya tidak mau berangkat karena merasa enggak mau merampas hak orang". Makanya di London itu Sinta beban mental juga dia.

Kami ini jadi atlet kasihan sekali, sedih sekali, bawa nama negara sampai begitu dramanya. Sinta itu menangis di kamar mandi, teriak-teriak, karena saya yang terpilih.

Kami akhirnya menghabiskan waktu pelukan di kamar mandi. Sinta lalu titip pesan ke saya, "Kamu bisa, kamu bisa buktiin ke mereka, kamu bisa berikan yang terbaik". Saya cuma bisa terima kasih Sinta.

Saat bertanding saya cuma bisa dengar suara dari atlet-atlet Indonesia saja. Ketika di panggung cuma wajah pengurus-pengurus itu, yang menolak saya bertanding. Orang-orang itu duduknya tepat di depan saya, amarah saya meledak waktu itu.

Di sana yang cuma saya rasakan rasa semangat yang lebih besar dari rasa marah saya. Ingin saya tunjukkan, bahwa saya itu bisa. Kalian bilang saya enggak bisa, saya itu buruk, saya ingin tunjukkan kalau saya bisa.

Banner live streaming MotoGP 2022

Saya lupa nama-nama pengurus itu, tapi ingat mukanya. Itu karena pengaruh obat penghilang rasa sakit. Obat penghilang rasa sakit itu berpengaruh ke syaraf. Apalagi kalau diminum melebihi dosis, kalau lagi sakit luar biasa, kan kita minumnya juga harus banyak.

Karena saya sering sakit, jadi sering lupa. Saya sering seperti terkena amnesia, apa yang saya lakukan lupa, nama orang pun lupa.

Alhamdulillah angkatan saya itu melebihi saat latihan. Saya cetak rekor. Itu yang luar biasa.

Waktu di London itu saya cuma satu kali gagal. Rekor saya snatch itu cuma 90kg saat latihan di padepokan, saat pertandingan biasa bisa angkat 88kg.

Jadi di London itu rekor terbaik saya, angkatan saya 91kg dan clean and jerk 115kg, jadi totalnya itu 206kg. Saya gagal di angkatan ketiga, waktu angkat 93kg apa berapa pokoknya di atas 91kg.

Saat final penentuan medali saya di urutan keempat, jadi setelah selesai bertanding saya pulang, tidak tahu hasil angkatan yang lain.

Begitu sampai di athlete village, saya ditelepon, "Citra kamu naik peringkat", saya bilang alhamdulillah. Pak Hadi Wihardja juga ucapkan selamat, saya enggak percaya waktu itu.

Pas masih di London itu senang banget dengar kabar naik peringkat, karena kan saya satu-satunya atlet wanita di kontingen Indonesia, yang lainnya laki-laki.

Maka dari itu, bagaimana saya enggak berjuang mati-matian untuk ikut Olimpiade meski diadu sama Sinta. Olimpiade itu impian bagi atlet.

Jadi kabarnya lifter Moldova itu (Cristina Lovu) tidak mau dites doping. Dia memilih kabur, meski katanya dikejar. Dia konsumsi steroid itu malam hari sebelum bertanding. Yang peraih emas di kelas saya dari Kazakhstan (Zulfiya Chinshanlo) ternyata doping juga.

Nah yang awalnya meraih perak si atlet dari Taiwan (Hsu Shu Ching) katanya sih pakai doping juga, cuma dosisnya tidak melebihi standar.

Waktu sampai di Indonesia itu saya menunggu kabar. Menunggu, ditunggu sekian tahun kok enggak ada kabarnya. Saya sampai tanya juga ke senior saya (Lisa Rumbewas) yang alami kayak begitu.

Baca kelanjutan berita ini pada halaman berikutnya>>>

Terjerumus 'Politik' Ayam Goreng

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER