Hanya saja gas air mata tak hanya ditembakkan di lapangan. Polisi yang berjaga malah menembakkan gas yang bisa membuat mata perih dan pernafasan sesak tersebut ke tribune Stadion Kanjuruhan. Ada puluhan tembakan dilepas.
Ini membuat tribune dikepung asap. Seperti hujan yang datang tiba-tiba, ruang udara dipenuhi beragam bahan kimia seperti chloroacetophenone, chlorobenzyliden amalonotrile, chloropicrin dan bromobenzyl cyanide.
Ini membuat sebagian besar penonton panik. Di antara penonton itu adalah ibu-ibu, anak-anak, juga remaja putri. Mereka umumnya belum pernah menghirup gas air mata. Gas ini membuat mereka kalang kabut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pintu terdekat langsung jadi sasaran. Maka diserbu gate 13, 12, dan 11. Nahasnya pintu keluar tiga gate tersebut masih tertutup. Menurut PSSI, petugas security officer yang berjaga lalai membuka pintu menjelang laga usai.
Desak-desakan tak terhindarkan. Yang di depan pintu tak bisa keluar, sedangkan gelombang dari belakang terus mengalir. Mereka yang ada di depan akhirnya terhimpit. Jeritan, tangisan, dan makian menguap di sana.
Sebagai gambaran, lorong menuju pintu keluar cukup tinggi. Sekitar tiga meter. Ada pagar besi yang dipasang di sana. Ini membuat ruang gerak makin sempit. Sudah begitu tidak ada cukup penerangan sehingga membuat pengap.
![]() |
Peristiwa mencekam itu berlangsung sekitar setengah jam. Dalam kurun waktu tersebut banyak yang tumbang. Ada yang pingsan, tak sadarkan diri, lemas, hingga meregang nyawa. Diyakini lebih dari 50 orang meninggal di gate 13.
Agak beruntun bagi mereka yang sudah berpengalaman dengan gas air mata. Begitu gas air mata ditembakkan polisi, mereka tak buru-buru keluar, melainkan menuju ujung atas tribune untuk mencari ruang udara lebih terbuka.
Tak jauh dari gate 13, ada sebuah warung kopi. Penjualnya seorang ibu bersama sang suami. Saat kejadian, si ibu bersembunyi. Ia takut. Perasaannya tak keruan. Jeritan histeris hingga kini masih menghantuinya.
"Takut saya," begitu ucap sang ibu sambil mencoba menghindar dari pertanyaan-pertanyaan lanjutan. Rasa trauma masih tergambar di wajahnya. Ibu ini juga ikut tahlilan bersama Aremania setiap malamnya.