Jakarta, CNN Indonesia --
Satu per satu pemilik suara (voters) PSSI mulai menyatakan sikap menuntut segera diadakan Kongres Luar Biasa (KLB). Apakah riak ini akan menjadi titik restorasi federasi?
Persis Solo dan Persebaya Surabaya menjadi dua voters pertama yang meminta KLB digelar. Sejurus kemudian klub Liga 1 lainnya, seperti Madura United dan PSM Makassar juga meminta hal serupa segera diagendakan.
Diketahui voters PSSI adalah 87. Itu terdiri dari 34 asosiasi provinsi (asprov), 18 klub Liga 1, 16 klub Liga 2, 16 klub Liga 3, Federasi Futsal Indonesia (FFI), dan dua asosiasi yakni sepak bola putri dan pelatih.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengacu Statuta PSSI, KLB bisa terlaksana jika 50 persen voters menginginkan. Artinya KLB baru bisa dirancang PSSI selambat-lambatnya tiga bulan sejak 44 voters mengajukan surat resmi permohonan ke federasi.
Jika permohonan itu tidak diindahkan PSSI, 50 persen voters tersebut berhak melaksanakan KLB secara mandiri. Namun sebelum itu voters harus meminta bantuan atau arahan dari FIFA dan AFC agar agenda ini dianggap sah.
Jika ada tuntutan semacam itu biasanya FIFA tak langsung menganjurkan KLB. Perwakilan FIFA lebih sering memediasi voters untuk jalan terbaik. Namun, biasa pula, tak ada jalan tengah sehingga KLB terpaksa digelar.
Sejauh ini tuntutan KLB masih belum ranum. Jumlah voters yang meminta KLB terlalu sedikit dan tak memenuhi syarat. Karenanya klub pencetus KLB, Persis dan Persebaya, harus bergerak menjalin koalisi agar tuntutannya bisa terwujud.
Sejauh ini PSSI enggan merespons tuntutan KLB. PSSI baru akan bergerak jika voters yang meminta KLB telah memenuhi syarat. Namun PSSI berencana mengundang klub Liga 1, Liga 2, dan Liga 3 untuk menjaring opini sekaligus membahas kelanjutan kompetisi.
Masalahnya, KLB sering tidak menjadi solusi karut marut PSSI. Sejak 2011 misalnya, sudah ada sembilan KLB dan sering kali malah menimbulkan perpecahan. Ini berdampak pada jalannya kompetisi.
Saat ini kompetisi sedang dihentikan karena Tragedi Kanjuruhan. Entah kapan liga akan kembali bergulir. Hal inilah yang menjadi klub resah. Klub ingin segera dipastikan liga berjalan dan bukan perombakan Komite Eksekutif.
Baca lanjutan berita ini di halaman berikut >>>
Tak jelasnya nasib kompetisi membuat klub-klub peserta liga akan menjerit. Pasalnya mereka harus terus menanggung biaya latihan tim beserta dengan gaji sesuai dengan kontrak.
Pada saat yang sama, selama kompetisi tak bergulir, rekanan atau sponsor tak bisa mencairkan hasil kerja sama. Ini sama artinya membuat kas klub terus mengalir, sedangkan pemasukan tak bertambah.
Saat ini mayoritas klub Liga 1 2022/2023 telah kembali menggelar latihan. Ini sebagai siasat agar kondisi pemain tidak menurun saat ada pengumuman liga digulirkan kembali. Meliburkan pemain sama juga mengambil risiko besar.
Risikonya kebugaran dan stamina pemain menurun. Itu artinya tim akan memulai dari nol lagi untuk kelanjutan kompetisi. Ini yang berbahaya bagi peserta liga. Bagi tim papan atas ada potensi menurun, untuk tim papan bawah ancaman degradasi.
Namun latihan tanpa pertandingan sama juga bohong. Untuk apa pemain berlatih setiap hari, tetapi kapan kelanjutan kompetisi akan digelar masih samar. Kerugian besar dari kisah pandemi Covid-19 pada 2020 jadi bukti nyata.
Ketika itu, yakni pada awal Covid-19 melanda pada Maret 2020, kompetisi ditunda. Nyatanya kompetisi tak berlangsung dalam durasi panjang. Ada klub yang meliburkan, ada yang terus berlatih seperti Persebaya.
 Kondisi keuangan klub bakal terganggu seiring ketidakjelasan kompetisi Liga 1. (ANTARA FOTO/ABRIAWAN ABHE) |
Akhirnya, setelah dinanti berbulan-bulan, PSSI memutuskan menghentikan kompetisi musim 2020. Ini membuat lega sekaligus membuat kerugian besar sebab biaya yang dikeluarkan selama masa penantian sudah menyulitkan kas klub.
Hal sama tentu tak ingin dirasakan klub. Bagi mereka yang terpenting saat ini adalah kepastian kapan kompetisi akan bergulir. Soalnya ini terkait dengan kontrak, sponsorship, dan juga program jangka panjang tim.
Itu bagi klub Liga 1, bagi klub Liga 2 dan Liga 3 lebih pelik lagi. Keuangan mereka tidak sebaik klub Liga 1 sehingga tidak adanya kepastian liga membuat mereka main aman. Tim diliburkan sementara hingga batas waktu.
Harapan dan asa promosi atau terhindar dari degradasi yang mungkin telah dirancang, harus ditimbang ulang. Sikap realistis harus diambil agar tidak berdampak buruk, yaitu membuat utang klub makin meluber.
Karenanya pemerintah selayaknya bisa memberi kepastian kapan tenggat akhir kompetisi akan dimulai. PSSI sebagai pihak yang paling disorot saat ini, sewajarnya pula menjamin ada kepastian dalam waktu dekat.
[Gambas:Video CNN]