LIPUTAN KHUSUS

Paradoks Wasit Indonesia: Honor Tertinggi di ASEAN, Kualitas Amburadul

Jun Mahares & Abdul Susila | CNN Indonesia
Rabu, 12 Apr 2023 12:01 WIB
Peningkatan honor wasit Indonesia tak serta merta meningkatkan kualitas mereka sebagai pengadil di sepak bola Tanah Air.
Ilustrasi wasit. (CNN Indonesia/Abdul Susila)

Redaksi CNNIndonesia.com berhasil meminta keterangan wasit nasional berlisensi FIFA, Thoriq Alkatiri, di sela jeda kesibukan bertugas sebagai wasit Liga 1. Wawancara khusus dengan Thoriq bisa kami tempuh setelah mendapat izin resmi dari PSSI.

Hanya saja, Thoriq enggan memberi penilaian lebih jauh soal kinerja wasit. Selain berstatus wasit aktif, Thoriq merasa tidak etis untuk mengomentari keputusan keliru beberapa pengadil di Indonesia.

"Saya tidak bisa mengomentari lebih jauh kinerja teman-teman. Cuma mungkin faktor penyebabnya karena lamanya kompetisi yang vakum. Setelah Tragedi Kanjuruhan itu kan ada beberapa bulan ini kompetisi off. Sebelumnya pandemi kita juga off. Feeling itu memang susah didapat," kata Thoriq yang ditemui di Jakarta pada Januari 2023.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Thoriq memang tak membantah soal banyaknya keputusan kontroversi yang belakangan menyita perhatian publik. Menurutnya, faktor human error akan terus berpeluang terjadi karena wasit adalah manusia.

"Semua wasit pasti tidak mau membuat kesalahan. Karena kalau kita membuat kesalahan, pasti akan malu sekali apalagi sekarang zamannya teknologi dan media sosial. Kembali lagi, namanya human error kadang-kadang tak bisa dihindari," sambung Thoriq.

Wasit kelahiran Purwakarta, Jawa Barat, itu juga menyebut sudut pandang wasit bisa jadi tak segamblang angle yang didapat kamera televisi. Oleh karena itu, keputusan kurang tepat masih mungkin terjadi.

Faktor human error itu, lanjut Thoriq, yang mendasari FIFA membuat inovasi teknologi lewat VAR (video assistant referee). Namun yang perlu diingat manusia juga yang akan berada di balik VAR.

Wasit Liga 1 Thoriq Alkatiri saat ditemui di Jakarta Barat, Minggu (5/2). (CNNIndonesia/Abdul Susila)Wasit Liga 1 Thoriq Alkatiri saat ditemui di Jakarta Barat, Minggu (5/2). (CNNIndonesia/Abdul Susila)

"Mengapa FIFA terus berinovasi sampai menemukan VAR? Karena dengan latihan apapun, namanya manusia pasti akan melakukan kesalahan. Makanya sekarang sistem offside pun menggunakan robot. FIFA saja sampai berpikir ke sana, untuk menghindari human error itu," tandasnya.

Thoriq juga menilai segala keputusan keliru tak serta merta jadi kesalahan wasit tengah. Asisten wasit, terutama wasit tambahan di belakang garis gawang (AAR) di Indonesia minim jam terbang sehingga belum mampu bertugas maksimal.

Dia juga memahami risiko menjadi wasit yang kerap jadi kambing hitam kekalahan salah satu tim yang bertanding. Artinya lumrah bila wasit sering dipojokkan tim yang kalah.

"Dari awal memutuskan jadi wasit, saya sudah tahu wasit bakal berada di ujung tanduk dan sangat bisa dijadikan kambing hitam. Hal ini terjadi bukan di Indonesia saja, di luar negeri juga begitu. Saya juga pernah diprotes saat memimpin pertandingan di luar [Piala AFC], jadi lumrah saja," terang Thoriq.

Meski begitu Thoriq tak membantah bahwa pembenahan kualitas wasit di Indonesia perlu dilakukan. Setidaknya seminar tentang perkembangan LOTG perlu sering-sering dilakukan untuk menambah wawasan wasit.

Thoriq adalah satu dari lima wasit tengah asal Indonesia yang mengantongi lisensi FIFA. Sementara ada tujuh asisten wasit Indonesia yang juga berlabel FIFA.

Artinya Indonesia memiliki 12 perangkat pertandingan berstandar FIFA. Hanya saja, kehadiran mereka dirasa kurang cukup mendongkrak kualitas pengadil lapangan di tanah air.

Berlanjut ke halaman berikutnya >>>

Tantangan Berat PSSI

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER