Direktur Wasit PSSI Andes Lestyanto kepada CNNIndonesia.com mengakui peningkatan honor wasit saat ini belum seimbang dengan kinerja mereka di lapangan.
"Salah satu cara PSSI untuk memperbaiki kinerja wasit lewat peningkatan gaji. Angkanya jauh meningkat dari sebelumnya. Bahkan mungkin yang tertinggi di ASEAN. Tujuannya tentu memacu wasit dapat bertugas lebih baik. Tapi, inilah tantangan yang harus kita hadapi bersama," kata Andes.
Andes juga tak membantah bahwa saat ini masih banyak keputusan kontroversi yang dilakukan wasit Liga 1. Namun ia meminta semua pihak memahami regulasi pertandingan, termasuk cara penyampaian protes resmi ke PSSI.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kesalahan yang dilakukan beberapa wasit kita mungkin mendasar, ya. Masih soal offside yang faktanya onside. Harusnya penalti tapi malah tidak. Tapi, saya berharap kita semua menyamakan persepsi untuk menghargai tugas seorang wasit," urai Andes.
"Setelah pertandingan, ada tugas dari departemen wasit yang akan menilai kinerja mereka. Nanti ada konsekuensi dari kekeliruan yang mereka perbuat. Kalau klub merasa dirugikan, boleh mengirimkan surat protes. Yang penting sesuai prosedur," tutur Andes.
Selain meningkatkan pendapatan dan melibatkan AAR, PSSI sejak 2019 mulai melibatkan referee assessor atau penilai wasit yang kebanyakan dihuni mantan wasit nasional.
Tugas referee assessor adalah memantau langsung kinerja wasit. Mulai dari persiapan fisik sebelum pertandingan, menilai kinerja wasit saat pertandingan berlangsung, dan memberikan evaluasi serta laporan wasit yang bertugas sebagai catatan untuk PSSI.
![]() |
Salah satu penilai wasit PSSI Fakhrizal M Kahar mengapresiasi kebijakan PSSI untuk meningkatkan honor wasit. Langkah ini dinilai bisa membantu wasit lebih fokus menjalani pekerjaan untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
"Peningkatan gaji wasit itu sekarang bagus sekali. Dulu mah palingan Rp800 ribu sampai Rp1 juta. Saya ingat, waktu zamannya Nurdin Halid, gaji Rp5 juta untuk wasit tengah, Rp3,5 juta untuk asisten, dan wasit cadangan mungkin Rp2 juta. Sekarang paling bagus," ujar Fakhrizal.
Hanya saja mantan asisten wasit Liga Super Indonesia (ISL) tersebut mengakui kinerja wasit Liga 1 saat ini masih harus diperbaiki. Program latihan-latihan dari PSSI juga masih kurang.
"Porsi pelatihan untuk wasit harus diperbanyak, karena wasit yang datang itu datang dari berbagai daerah. Jumlah pertandingannya kan berbeda-beda. Tingkat pengetahuan dan pengalaman juga beda-beda. Mungkin satu-dua bisa mengimbangi, tapi kebanyakan tidak begitu. Makanya butuh banyak pelatihan," kata pria yang akrab disapa Rambo itu.
![]() |
"Jangan hanya disanksi. Dihukum lalu didiamkan. Wasit harus diawasi, didampingi dengan program latihan. Setelah dilatih lagi baru kita coba kasih memimpin lagi. Semakin banyak pelatihan, kualitasnya akan meningkat," ujar Rambo lagi.
Sementara itu anggota Komite Wasit PSSI Ahmad Romadhon menyebut peningkatan gaji wasit layak diapresiasi. Kini tinggal bagaimana wasit menjaga integritas di lapangan.
"Peningkatan gaji wasit tujuan utamanya agar kinerja wasit semakin baik dan semakin sejahtera. Tapi, ini harus dijaga masing-masing individu wasit karena ini masuk kategori pekerjaan profesional."
"Bagi saya, siapa yang kerjanya baik dan profesional pasti akan diberi kepercayaan lagi. Sementara yang kurang bagus saya istirahatkan," tegas Romadhon.
Kendati sudah meningkatkan honor serta melibatkan AAR dan referee assessor, kualitas wasit Indonesia masih memprihatinkan. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi Ketua Umum PSSI baru, Erick Thohir, yang menjanjikan kompetisi berkualitas dan bersih dari mafia bola.
(har)