Puas menggali sejarah di Port Rotterdam, CNNIndonesia.com bersama rombongan bergegas menuju lokasi wisata di daerah Kabupaten Maros. CNNIndonesia.com melaju menggunakan Datsun Go.
Perjalanan tidak membutuhkan waktu lama, dengan sedikit masuk ke jalur bebas hambatan (tol) dan suasana jalan yang lengang, tidak membutuhkan waktu lama untuk mencapai Maros. Sekejap, pusat kota berganti dengan keindahan alam khas pedesaan. Memasuki waktu makan siang, tim sudah tiba di lokasi tujuan kawasan wisata alam Rammang-Rammang, Taman Batu Kampung Laku, Desa Salenrang, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
Dari jalan besar, ke pintu masuk Rammang-Rammang membutuhkan waktu sekitar 45 menit, belum ditambah perjalanan di sungai. Harap hati-hati jika memakai kendaraan roda empat, jalur yang disediakan hanya bermuatan satu kendaraan, jika terdapat lawan harus bergantian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat pertama memasuki kawasan tersebut, sepintas Rammang-Rammang terlihat seperti lokasi persembunyian Kong, dalam film Kong Skull Island yang belum lama dirilis. Batu-batu besar terungguk setinggi bukit, mempertegas kemiripan tersebut.
Perjalanan berlanjut, dari darat dengan menggunakan perahu kayu kecil untuk sampai ke Rammang-Rammang. Tetapi sebelumnya, menyempatkan diri singgah menuju kedai untuk sekedar mengisi perut dengan menggunakan perahu, tidak jauh dari kami memarkirkan kendaraan.
Sembari menunggu sajian makan siang, ada baiknya melihat beberapa keindahan di lokasi sekitar kedai. Sangat disarankan, untuk mengabadikan moment-moment terbaik atau berselfie ria melalui jepretan kamera dengan latar bukit batu beserta beberapa tempat penginapan khas Sulawesi Selatan.
Ikan kakap bakar, udang bakar, pergedel jagung, kerupuk dan sambal menjadi menu sebagai pengganjal di siang hari.
Tenaga kembali terisi, rombongan kembali naik ke atas kapal dengan tujuan Rammang-Rammang. Sedikitnya pengunjung wajib merogoh kocek sebesar Rp250 ribu untuk satu kali perjalanan menikmati keindahan di sepanjang aliran Sungai Pute, menuju Rammang-Rammang.
Ya, hanya kekaguman yang bisa dirasakan saat berjalan menyisir sungai. Aliran sungai menuju Rammang-Rammang, pada sisi kanan dan kiri lebat ditumbuhi oleh Pohon Nipah, yang buahnya biasa digunakan sebagai bahan baku pembuat tuak.
Jangan sekali-kali memejamkan mata bila berkunjung pada lokasi tersebut. Selain dikeliling oleh indahnya bukit batu, terdapat juga beberapa terowongan dari batu sebagai spot lain untuk mengabadikan gambar di atas perahu kayu.
Tidak terasa, perjalanan terhenti pada dermaga ramang-ramang. Pada lokasi ini memang terlihat lebih terawat, karena sudah terdapat jalur setapak untuk mengunjungi bukit-bukit batu dan tidak lagi ditumbuhi semak-belukar. Pusat Rammang-Rammang kini di kelola oleh warga lokal desa tersebut.
Pengelola Rammang-Rammang, Maudu mengatakan lokasi tersebut baru muncul ke permukaan sekitar 2015 silam serta mendapat perhatian dari masyarakat hingga pemerintah di tahun lalu.
Ternyata ada kisah di balik munculnya Rammang-Rammang. Maudu bercerita, dahulunya lokasi tersebut ialah lautan lepas yang mana kini sudah berubah menjadi pemukiman penduduk. Cerita tersebut cukup masuk akal, mengingat batu-batu berbukitan ternyata adalah karang. Percaya tidak percaya, itulah cerita rakyat.
"Ini dulunya air (laut)," kata Maudu.
Kata dia, dirinya yang pertama memulai membersihkan kawasan tersebut dari semak-semak yang menimbun bebatuan. Upanya dimulai sejak 1983. Belum bisa dibayangkan keindahannya kelak, jika pembenahan dilakukan secara menyeluruh.
Lahan Rammang-Rammang juga berstatus milik warga lokal bahkan, Maudu merupakan warga dengan pemilik lahan terluas.
"Tahun 1983 masih banyak pohon. Pas dibersiin jadi tambang batu," ujarnya.
Uniknya, Sungai Pute memiliki air payau. Maudu berujar, air sungai akan terasa lebih asin jika musim memasuki kemarau. Ia berujar, bahwa memang hulu sungai tersebut masih menyatu dengan laut.
Untuk masuk ke pusat dari Rammang-Rammang, pengunjung tidak akan diberi patokan harga masuk. Biaya masuk lebih diserahkan kepada pengunjung, tanpa ada patokan harga. "Ya seikhlasnya aja," kata dia.
Meski begitu, nampaknya peran pemerintah dalam mengelola lahan tersebut bisa sangat diperlukan. Tujuannya, tidak lain ialah mencegah adanya perebutan lahan secara perlahan dari pihak lain untuk kepentingan pribadi yang dapat mengikis keindahan Rammang-Rammang.
Pasalnya, terdapat beberapa pabrik semen berdekatan dengan lokasi tersebut dan tentunya memungkinkan, menjadikan batu-batu Rammang-Rammang sebagai bahan baku pembuatan semen. Apalagi pabrik sudah mulai terlihat menggali perbukitan di sekitar Rammang-Rammang untuk mencari material hasil produksinya.