Nikuba diklaim alat pengubah air menjadi bahan bakar kendaraan melalui proses elektrolisis akan dijual Rp15 miliar. Penawaran ini terbuka bagi siapa pun yang tertarik teknologinya.
"Itu mau saya tawarkan Rp15 miliar," kata Aryanto dalam tayangan televisi yang viral dalam beberapa waktu terakhir.
Menurut Aryanto, dana yang ia dapatkan untuk kembali mengembangkan Nikuba.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya enggak sayang, Pak, enggak sayang, yang penting saya ini kan istilahnya kalau dapat duit dari sana bisa melanjutkan riset kembali, karena saya kan butuh dana juga, memang saya tidak mau didanai dari pihak mana pun," ucap Aryanto.
Nikuba merupakan singkatan dari 'Niku Banyu' atau 'Ini Air'. Nama Nikuba bukan barang baru, Nikuba banyak terpasang pada motor Bintara Pembina Desa (Babinsa) Kodam III/Slw dengan tujuan memperoleh data-data untuk penyempurnaan terhadap inovasi tersebut. Kemudian alat itu sempat viral pada Mei 2022.
Aryanto mengklaim cara kerja Nikuba sangat sederhana. Nikuba mengandalkan generator elektrolisis yang mampu mengubah air menjadi energi mesin motor atau mobil.
Air yang akan digunakan harus dipastikan tidak mengandung logam berat untuk bisa sesuai dengan mesin kendaraan.
Nikuba memisahkan Hidrogen (H2) dengan Oksigen (O2) pada air (H2O) melalui proses elektrolisis. Hidrogen yang sudah terpisah dari O2 kemudian masuk ke ruang pembakaran kendaraan sebagai bahan bakar pengganti BBM. Nikuba juga diklaim bisa menghemat konsumsi BMM yang semakin mahal harganya.
Dalam uji coba hanya butuh 1 liter air yang telah dikonversi menjadi hidrogen melalui proses elektolisis Nikuba untuk bisa menjalankan kendaraan pulang-pergi dari Cirebon ke Semarang.
Deni Shidqi Khaerudin Peneliti Madya Pusat Riset Material Maju BRIN mengatakan Nikuba bukan alat penghasil hidrogen sebagai pengganti bahan bakar kendaraan, namun berguna untuk menghemat bahan bakar.
Menurut Deni konsep yang dipakai di Nikuba adalah menggunakan HHO, bukan hidrogen murni. HHO atau Hidrogen Hidrogen Oksigen ini disebut gas Brown, yang diambil dari nama penemunya, Yull Brown. HHO berfungsi menjadi penghemat bukan sebagai pengganti bahan bakar.
"Jadi bukan pengganti BBM, tapi fuel saver, sebab tetap ada peranan BBM, yakni hidrokarbon yang ketika dibakar di piston maka efisiensi pembakarannya jadi lebih baik," kata Deni saat dihubungi beberapa waktu lalu.
Menyikapi hal ini Aryanto menjelaskan jika ia tak butuh bantuan pemerintah terkait inovasinya itu.
"Saya tidak butuh mereka," kata Aryanto dikutip Minggu (9/7).
Ia mengungkapkan kekecewaannya kepada pemerintah karena ia menganggap telah dikucilkan selama ini.
"Saya tidak butuh mereka, saya sudah dibantai habis, tidak mau," ucapnya.