Jakarta, CNN Indonesia -- Partai Amanat Nasional menolak rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak. PAN menuding kenaikan harga BBM merupakan jalan pintas pemerintah untuk mendapatkan dana guna membiayai program-programnya.
“Harusnya dilakukan efisiensi. Penyelundupan (minyak) ke luar negeri ditindak. Semua pekerjaan rumah itu belum dikerjakan. Saya masih dengar ada industri makan BBM subsidi. Tapi pemerintah daripada pusing, menaikkan BBM saja,” kata Wasekjen PAN Teguh Juwarno di gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (6/11).
Dengan menaikkan harga BBM, Teguh menuduh pemerintah mengorbankan rakyat tak mampu. Padahal, kata dia, subsidi BBM seharusnya dibuat tepat sasaran seperti program yang tidak membolehkan mobil dengan kekuatan tertentu menggunakan BBM bersubsidi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Teguh pun menyindir pemerintah Jokowi. “Yang katanya mewakili wong cilik, ternyata mengorbankan wong cilik. Nanti wong cilik yang akan menghukum,” ujar pria asal Wonosobo tersebut.
Alasan lain yang membuat PAN menolak kenaikan harga BBM adalah karena harga minyak dunia saat ini justru sedang turun. Ia meminta pemerintah menjelaskan berapa harga sesungguhnya produksi BBM Indonesia, dan berapa subsidi yang sesungguhnya harus dikeluarkan.
Penolakan dengan argumen harga minyak dunia sedang turun juga datang dari Demokrat. “Harga minyak sekarang sedang turun. Jadi subsidi yang dibutuhkan untuk BBM tidak perlu sebesar sekarang ini,” kata Ketua Harian Demokrat Syarif Hasan.
Sikap PAN yang menentang kenaikan harga BBM tersebut sebetulnya kontras dengan ucapan pendiri PAN Amien Rais pekan lalu yang menyebut
tidak mempermasalahkan upaya pemerintah menaikkan tarif BBM.
“Kita semua tahu agar APBN tidak jebol, BBM harus naik. Tapi pasar banyak yang menyangsikan. Saya kira inilah saatnya kita sebagai bangsa bersatu,” kata Amien usai bertemu Wakil Presiden Jusuf Kalla di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Rabu (29/11).
Untuk diketahui, BBM bersubsidi yang disalurkan Pertamina dalam sepuluh bulan terakhir mencapai 39,07 juta kiloliter atau 86,1 persen dari batas kuota APBN-P sebesar 46 juta kiloliter. Jika distribusi BBM bersubsidi ini tak diperketat, Pertamina memprediksi kuota BBM bersubsidi akan jebol sebesar 1,9 juta kiloliter pada akhir tahun.
“Jika tidak ada upaya untuk mengerem konsumsi BBM secara drastis, maka jatah BBM subsidi seperti solar habis pada 15 Desember. Sementara premium bakal habis pada 25 Desember tahun ini,” ujar Vice President Corporate Communication Pertamina, Ali Mundakir.