Simbiosis Mutualisme Pesohor dan Partai Politik

Yohannie Linggasari | CNN Indonesia
Sabtu, 31 Jan 2015 10:03 WIB
"Pesohor itu dua langkah lebih maju dibanding mereka yang tidak terkenal," kata pembalap Moreno Soeprapto. Mereka bagai magnet yang bisa menarik suara pemilih.
Dede Yusuf dalam sebuah sidang di DPR RI. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pesohor yang terjun ke dunia politik selalu jadi sorotan. Kehadiran mereka di partai politik kerap dianggap membawa keuntungan. Namun tak jarang pula mereka dikritik karena profesinya.

Anggota Komisi X DPR dari Gerindra, Moreno Soeprapto, berpendapat kehadiran pesohor dalam sebuah partai politik bernilai cukup signifikan. Pasalnya, wajah yang sudah populer bisa lebih mudah mendulang suara sehingga meningkatkan perolehan suara partai.

"Pesohor itu dua langkah lebih maju dibanding mereka yang tidak terkenal. Namun tentu saja, kembali lagi ke kepribadian pesohor itu," kata Moreno kepada CNN Indonesia, Jumat (30/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Atlet balap mobil itu menganggap pesohor yang terjun ke dunia politik lebih mudah saat berkampanye. "Kalau dari pengalaman saya begitu," ujar Moreno.

Pandangan berbeda dikemukakan Dede Yusuf. Meski benar partai diuntungkan oleh kehadiran pesohor, namun tak selamanya popularitas jadi kartu sakti untuk meraup suara rakyat.

“Dari sekian pesohor yang mencalonkan diri jadi anggota DPR, ternyata hanya sedikit yang lolos," kata Dede.

Menurut politisi Demokrat itu, masyarakat sudah dalam memilih wakilnya. Keterbukaan informasi membuat pemilih dapat dengan mudah mengecek latar belakang dan rekam jejak sang calon wakil rakyat.

"Sekarang yang paling penting adalah portofolio dari calon anggota DPR, bukan popularitasnya," ujar mantan Wakil Gubernur Jawa Barat itu.

Meski demikia, Dede membenarkan pesohor bisa memanfaatkan ketenarannya untuk meraih suara. "Bila dibandingkan dengan politisi yang benar-benar baru dan tidak terkenal, pesohor bisa menang," kata dia.

Pendapat senada dikemukakan Eko Patrio. "Percuma kalau terkenal tetapi tidak tahu apa-apa," kata dia.

Politisi PAN itu meminta calon anggota DPR dari kalangan pesohor sebaiknya tidak dibedakan dengan calon anggota DPR yang punya latar belakang profesi lain.

"Buat saya, sudah tidak zaman lagi untuk membedakan pesohor dengan profesi lain. Yang penting bagaimana kemampuan untuk memetakan masalah dan menjadi 'jembatan' bagi rakyat," kata Eko.

Apapun, Eko sepakat wajah yang terkenal bisa jadi senjata untuk menjajakan diri kepada para pemilih. "Akan menolong untuk langkah awal. Namun bila visi misinya tidak jelas, tidak akan terpilih," kata politisi yang telah menjadi anggota DPR dua periode itu.

Sementara anggota Komisi X Venna Melinda berpendapat partai politik dan pesohor saling menguntungkan, semacam simbiosis mutualisme. "Di satu sisi, partai butuh penarik suara agar menang, dan pesohor juga diuntungkan karena mendapat kesempatan jadi calon anggota Dewan," kata Venna.

Bak magnet yang saling tarik-menarik, itulah pesohor dan partai politik. (agk)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER