Jakarta, CNN Indonesia --
Sekelompok ilmuwan menemukan cara baru mendeteksi penyakit malaria menggunakan magnetic resonance relaxometry (MRR). Metode ini mendeteksi parasit dan kotoran dalam darah pasien malaria untuk memberi diagnosa andal.
Tim dari Singapura-MIT Alliance for Research (SMART) mendeteksi produk limbah parasit yang disebut hemozoin. Hemozoin berwujud kristal dengan pergerakan yang lemah dan ukuran yang sangat kecil.
Ketika parasit hemozoin ini menginfeksi sel darah merah, mereka memakan hemoglobin kaya nutrisi yang dibawa oleh sel. Hemoglobin yang rusak akan melepas zat besi yang dapat menjadi racun sehingga parasit mengubah zat besi ini menjadi hemozoin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagaimana cara hemozoin mendeteksi malaria?
Dikutip dari EurekAlert
, kristal tersebut (hemozoin) mengganggu jalannya putaran magnetik yang ada pada atom dalam hidrogen. Jika terkena medan magnet yang kuat, atom hidrogen yang terganggu akan memperbaiki gerakan dengan sendirinya.
Nah, pergerakan inilah yang nantinya akan dideteksi untuk mengetahui apakah orang yang diambil darahnya terinfeksi malaria atau tidak.
Profesor teknik listrik dan teknik biologi di MIT, Jongyoon Han, mengatakan teknik ini menawarkan cara yang lebih dapat diandalkan untuk mendeteksi malaria.
“Ini didasarkan pada biomarker alami yang tidak memerlukan pengolahan sampel biokimia,” kata Han dalam makalahnya, seperti dikutip dari
EurekAlert.Proses ini merupakan gabungan antara fisika, kimia dan biologi. Alat purwarupa yang digunakan untuk mendeteksi penyakit ini juga memiliki ukuran yang tidak kecil serta rumit dalam penggunaannya. Namun, para peneliti berusaha membuat alat yang relatif lebih kecil dan mudah digunakan.
Metode baru yang ditemukan SMART membantu peneliti agar tidak harus menggunakan banyak darah seseorang sebagai sampel. Analisis sampel memakan waktu kurang dari satu menit.
Dengan metode ini, hanya diperlukan setetes darah dari pasien untuk mendeteksinya.
Han juga mengklaim sistem ini memakan biaya rendah, relatif lebih murah jika dibandingkan dengan mesin
magnetic resonance imaging (MRI) seharga jutaan dollar di rumah sakit.