Jakarta, CNN Indonesia -- Sisi lain bulan dianggap punya tampilan yang menyerupai wajah manusia. Aneh. Selama puluhan tahun banyak ilmuwan coba mencari jawabannya.
Potret wajah manusia di permukaan bulan ditangkap oleh pesawat ruang angkasa Soviet, Luna 3 pada tahun 1959. Sejak saat itu banyak teori yang coba mengungkap penyebab bentuk permukaan tersebut.
Para astrofisikawan dan beberapa beberapa mahasiswa pascasarjana bidang astronomi dan astrofisika meyakini bahwa, bentuk 'wajah' itu terjadi karena perbedaan waktu pembetukan bulan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada pula teori yang menyebutkan bahwa 'wajah' itu adalah dampak dari benturan asteroid. Sehingga membentuk sebuah cekungan, gelap, dan memiliki bentuk seperti wajah manusia.
Semua teori itu akhirnya dibantah oleh badan antariksa Amerika Serikat, NASA yang meyakini bahwa permukaan tersebut akibat gumpalan yang mencuat dari dalam perut Bulan.
Hal itu disimpulkan berkat data yang didapat oleh gabungan peneliti Institut Teknologi Massachusetts (MIT), Colorado School of Mines dan lembaga lain yang menggunakan pesawat antariksa GRAIL milik NASA. Pesawat tersebut sudah mengitari bulan sejak 2012 silam.
Berdasarkan data tersebut para peneliti akhirnya bisa membuat pemetaan bulan dengan sangat terperinci, dan dari sini terlihat bahwa planet itu punya kandungan Procellarum yang besar.
"Kami melihat Procellarum ini membentuk persegi panjang yang besar. Bentuk ini secara kuat menunjukkan asal usul bagian dalam bulan. Bagaimana gumpalan itu muncul memang masih menjadi misteri,” kata Jim Head, profesor Ilmu Geologi Universitas Brown, dikutip dari Cnet, Kamis (2/10).
Dengan kata lain, permukaan yang sering disebut sebagai 'Man in the Moon' itu bukan disebabkan oleh tabrakan asteroid yang selama ini diyakini, tapi hasil ledakan-ledakan yang terjadi dari dalam perut bulan.