Jakarta, CNN Indonesia -- Pemanfaatan mesin cetak tiga dimensi (
printer 3D) terus diperluas. Para ilmuwan memadukan komputasi tomografi (computed tomopgraphy/CT) dengan
printer 3D untuk operasi transplantasi wajah.
Menurut para ahli bedah,
printer 3D dapat memberi sebuah standar prosedur baru yang lebih cepat dengan potensi hasil yang akurat.
Penelitian ini dipimpin oleh Frank J. Rybicki (Ahli Radiologi dan Direktur Applied Imaging Science Laboratory), Bohmad Pomahac serta Amir Imanzadeh (Ahli Transplantasi Wajah). Penelitian ini dipresentasikan dalam acara yang digelar oleh Masyarakat Radiologi Amerika Utara (RSNA) pada Senin (1/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rybicki mengatakan bahwa proses transplantasi wajah dengan
printer 3D ini terbilang kompleks dan keberhasilannya tergantung pada perencanaan bedah. Karena itu, setiap pasien transplantasi harus melewati proses CT sebelum operasi dengan visualisasi 3D.
Untuk menyesuaikan hasil cetakan dengan struktur tengkorak, gambar kepala pasien harus diolah dengan peranti lunak tambahan lalu datanya dihubungkan dengan
printer 3D.
"Pada beberapa pasien, kita perlu memodifikasi tulang wajah pasien sebelum transplantasi," kata Imanzadeh. "Model 3D yang telah dicetak membantu kita mempersiapkan struktur wajah sehingga jika transplantasi sebenarnya terjadi, operasi bisa berjalan lancar."
Para peneliti berharap teknologi ini dapat membantu pasien yang tidak memiliki wajah sama sekali agar dapat berbicara, makan, dan bernapas dengan baik. Ada potensi meningkatkan peluang pasien untuk selamat dan tetap hidup.
Menurut ahli bedah plastik yang terlibat dalam penelitian ini, Edward Caterson, seorang dokter yang hendak melakukan transplantasi dengan bantuan
printer 3D ini harus memiliki pemahaman mendalam tentang anatomi wajah agar hasilnya akurat.
Sebagai contoh, ketika rahang seseorang hancur, maka dokter akan menggunakan sepotong tulang rusuk atau tulang kaki untuk menggantikan rahang yang hilang. Tulang kaki, misalnya, memiliki bentuk cukup lurus, maka dokter harus melakukan pemotongan agar tulang itu cocok dengan tulang rahang.
Mesin pencetak 3D memang sebuah inovasi yang memberi kemudahan untuk berbagai bidang. Bahkan, badan antariksa Amerika Serikat, NASA, menggunakan mesin ini untuk mencetak peralatan ruang angkasa yang dibutuhkan peneliti di Stasiun Ruang Angkasa (ISS).