Jakarta, CNN Indonesia -- Ide lift sebagai alat transit manusia ke ruang angkasa dan Bulan sudah muncul seabad yang lalu. Pada 1895, Konstantin Tsiolkovsky, seorang ilmuwan roket dari Rusia, menggambarkan idenya soal elevator ke ruang angkasa.
Ide Tsiolkovsky adalah mendirikan menara tinggi ke sebuah stasiun ruang angkasa di orbit. Seperti umumnya bangunan, menara Tsiolkovsky ditopang oleh pondasinya di Bumi.
Tapi perbedaan mendasar, yang membuat ide Tsiolkovsky tak praktis, adalah menurut dia menara itu ditopang dari Bumi. Ide teranyar menyebutkan, kabel elevator ke ruang angkasa seharusnya ditopang dari atas.
Terlepas dari berbagai ide itu, permasalahan mendasarnya adalah mungkinkah membangun elevator itu? Apa bahan materialnya?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti dilansir oleh Gizmodo beberapa waktu lalu, tantangan mendasar dari upaya mewujudkan ide itu adalah mencari material yang terkuat untuk menopang elevator itu sampai ke Bulan.
Material itu harus tahan goncangan dan benturan. Misalnya terhadap benturan benda-benda langit atau sampah ruang angkasa.
Fisikawan Bradley Edward percaya bahwa material karbon serat nano adalah material yang tepat. Selain ringan, material ini tangguh. Ketangguhannya 100 kali baja.
Masalahnya, belum pernah ada yang membuat tabung dari bahan itu yang panjangnya lebih dari satu meter. Padahal, jarak yang mesti ditempuh adalah sekitar 250 ribu kilometer.
Ide lain dicetuskan Profesor John Badding dari Penn State. Dia menyebut material bernama benang berlian nano. Tapi mungkinkah membuat material sebanyak yang diperlukan untuk membangun elevator ke Bulan?