Jakarta, CNN Indonesia -- Pelaku serangan siber yang meretas Sony Pictures Entertainment menyerukan agar film produksi terbarunya yang berjudul "The Interview" ditarik dari peredaran. Tapi benarkah film itu satu-satunya alasan peretas 'mengerjai' Sony?
Ancaman itu datang setelah sistem komputer Sony Pictures berhasil dilumpuhkan. Lima film produksi Sony yang belum dirilis bocor secara online, dan data internal perusahaan termasuk informasi pribadi milik sejumlah tokoh Hollywood tersebar di mana-mana.
Tidak ada yang tahu penyebab peretas, yang mengaku bernama Guardian of Peace atau #GoP itu. Tapi pihak pemerintah Amerika Serikat kemudian berspekulasi bahwa Korea Utara adalah otak di balik peretasan itu. Diduga upaya tersebut sebagai aksi balas dendam karena dirilisnya film "The Interview".
"The Interview" sendiri adalah film genre komedi yang menceritakan tentang upaya pembunuhan terhadap pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un.
Pada Juni lalu juru bicara Kementerian Luar Negeri Korea Utara sempat mengatakan film yang dibintangi oleh aktor James Franco dan Seth Roger tersebut adalah "tindakan terorisme" dan berjanji akan melakukan "pembalasan tanpa ampun" jika film itu sampai dirilis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tapi Korea Utara sudah membantah bahwa peretasan terbaru yang melanda Sony ada hubungannya dengan mereka.
Meski begitu, ancaman peretas rupanya bikin jerih Sony. Apalagi kemudian #GoP mengancam akan menyerang bioskop yang menayangkan film "The Interview". Mereka sampai menyinggung serangan 9/11, aksi terorisme ke gedung World Trade Centre di Manhattan, New York, tanggal 11 September 2001.
Sony pun menyerah. Film itu batal dirilis atau diputar di berbagai jaringan bioskop.
Pihak Hollywood mengkritisi keputusan Sony. Aktor Rob Lowe mencuit di akun Twitternya, "Wow. Semua orang menyerah. Para hacker menang. Kemenangan seutuhnya untuk mereka. Wow."
Komedian Jimmy Kimmel juga sempat mengungkapkan kekecewaannya melalui Twitter. Dia bilang keputusan Sony adalah tindakan pengecut.