TEKNOLOGI PELACAK

Fungsi Penting ELT dan Pinger untuk Lacak Pesawat

CNN Indonesia
Senin, 29 Des 2014 15:05 WIB
Kotak hitam yang bisa mengungkap penyebab kecelakaan pesawat dibekali komponen navigasi penting, yaitu ELT dan Pinger untuk memancarkan sinyal darurat.
Komponen ELT dan Pinger di pesawat berfungsi melacak keberadaan pesawat yang hilang kontak. (Antara/Eric Ireng)
Jakarta, CNN Indonesia -- Perangkat kotak hitam (black box) punya peran penting ketika terjadi malapetaka pada pesawat seperti hilang kontak yang terjadi pada pesawat AirAsia QZ8501 pada Minggu (28/12). Kotak hitam yang bisa membantu investigasi soal penyebab kecelakaan pesawat, dibekali dua komponen navigasi penting yaitu Emergency Locator Transmitter (ELT) dan Pinger.

ELT merupakan pemancar darurat yang dirancang untuk mengirimkan sinyal ke satelit agar koordinat GPS terjadinya kecelakaan penerbangan bisa dapat dilacak.

ELT akan aktif secara otomatis ketika komponen ini menghantam suatu permukaan pada saat insiden berlangsung. Sinyal darurat yang terkirim oleh ELT berjalan di frekuensi 121.5, 243.0 MHz. Sementara ELT baru berjalan di frekuensi 406 MHz.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketiganya mengikuti standar teknis regulator penerbangan sipil Amerika Serikat, atau Federal Aviation Administration (FAA).

ELT baru di frekuensi 406 MHz diklaim dapat mengirim sinyal darurat yang lebih akurat dan telah memanfaatkan teknologi digital. ELT ini dihargai sekitar US$ 1.000 per unit tidak termasuk instalasi, lebih mahal dibandingkan generasi sebelumnya yang dihargai US$ 200 sampai US$ 500.

Sementara Pinger adalah alat yang berfungsi untuk mengeluarkan suara atau bunyi apabila kecelakaan pesawat yang terjadi jatuh ke dalam air. Bunyi Pinger sejatinya akan terdeteksi oleh detektor sonar.

Menurut Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam, Ridwan Djamaluddin, sinyal sonar dapat dikirim dengan mengandalkan gelombang suara bawah air. Sinyal pantulan sonar akan diterima kembali oleh pusat kontrol di kapal untuk mengukur jarak, lalu mengkonversi menjadi objek visual.

"Kami bisa menerima gambar bentuk suatu objek yang ada di bawah laut," jelas Ridwan. Kapal ini juga dapat mendeteksi material logam yang ada di dasar laut.

Untuk melacak keberadaan AirAsia QZ8501, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) akan mengirim kapal laut Baruna Jaya yang telah dibekali teknologi sonar.

Baruna Jaya sejatinya adalah kapal untuk kegiatan riset batimetri atau memetakan permukaan laut. Ia juga biasa dimanfaatkan untuk melacak harta karun.

Hingga kini, pencarian AirAsia QZ8501 belum menemukan hasil salah satunya karena ELT dan Pinger pesawat itu belum memancarkan sinyal yang bisa dilacak, kata Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Tatang Kurniadi.

Tatan memprediksi, ada beberapa hal yang membuat dua alat penting tersebut tak memancarkan sinyal, seperti lokasinya yang ada di antara pegunungan, kabel ELT yang terputus, atau ELT yang rusak saat pesawat mengalami benturan.

Padahal, sejatinya ELT maupun Pinger dirancang agar tahan banting saat kecelakaan terjadi.

Koordinat terakhir pesawat yang terekam pusat kontrol lalu lintas udara berada di 03.36.31 Lintang Selatan dan 109.41.46 Bujur Timur. Koordinat tersebut menunjukkan lokasi berada di sekitar Tanjung Pandan dan Pontianak atau di sekitar Selat Karimata antara Sumatera dan Kalimantan yang menghubungkan Laut Jawa dengan Laut China Selatan.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER