Riset: Marah-marah di Twitter Picu Serangan Jantung

Trisno Heriyanto | CNN Indonesia
Minggu, 25 Jan 2015 11:36 WIB
Marah atau memaki yang biasa dilontarkan melalui media sosial ternyata menimbulkan efek buruk. Berdasarkan riset, prilaku itu bisa memicu serangan jantung.
Para peneliti dari Univeritas Pennsylvania menilai bahwa cuitan di Twiiter berkaitan erat dengan kesehatan penggunanya (Bethany Clarke/Getty Images)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sikap marah atau memaki yang biasa dilontarkan melalui media sosial ternyata menimbulkan efek buruk. Berdasarkan riset, prilaku itu bisa memicu serangan jantung.

Hal itu dipaparkan para peneliti dari Univeritas Pennsylvania. Mereka menyimpulkan adanya ikatan kuat antara tweet bermuatan negatif dengan penyakit jantung. Sebaliknya, cuitan bernada positif justru dianggap bakal memberikan dampak baik untuk kesehatan.

Para peneliti mengumpulkan kicauan publik yang dibuat sekitar 2009 sampai 2010. Beberapa cuitan bernada negatif kemudian diambil, dan dilihat korelasinya dengan dampak emosional terhadap pengguna.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Twitter merupakan jendela ke kondisi mental masyarakat yang berguna dalam analisis epidemiologi,” kata Johannes Eichstaedt, pemimpin penelitian tersebut. Seperti dikutip dari Science Daily, Minggu (25/1). Penelitian itu ditulis dalam jurnal Psychological Science yang diterbitkan 20 Januari 2015.

Eichstaedt menganggap dengan memantau kicauan pengguna mereka bisa lebih mudah memantau kondisi mental masyarakat. Pasalnya, banyak orang justru lebih terbuka di media sosial ketimbang saat pemeriksaan medis.

Namun tak semua ahli sepakat dengan hasil riset tersebut. H. Andrew Schwartz selaku dosen dari Sekolah Teknik dan Ilmu Terapan Komputer dan Informasi, menilai bahwa hasil riset itu keliru.

Kicauan marah dianggap sama sekali tidak ada hubungannya dengan penyakit jantung. "Itu berarti, jika banyak tetangga Anda marah, Anda mungkin akan meninggal karena penyakit jantung," ungkap Schwartz, seperti dikutip dari Telegraph.

Pun begitu bukan pertama kalinya kicauan Twitter dipakai untuk bahan riset. 2013 lalu sekelompok ilmuwan dari Johns Hopkins University membuat sebuah metode yang merekam sejumlah cuitan. Hal ini dilakukan untuk melihat peredaran penyakit flu secara real time.

(eno/eno)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER