Riset: Ponsel Tiongkok Semakin Laris di Indonesia

Aditya Panji | CNN Indonesia
Rabu, 28 Jan 2015 17:18 WIB
Kehadiran Xiaomi dan OnePlus turut mendorong citra merek ponsel pintar asal Tiongkok yang mulai diterima secara terbuka oleh konsumen di Indonesia.
Lini produk ponsel pintar Xiaomi asal Tiongok. (REUTERS/Anindito Mukherjee)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ponsel pintar (smartphone) asal Tiongkok mulai menarik perhatian konsumen di Indonesia, terutama didorong oleh kehadiran produsen macam Xiaomi dan OnePlus yang menyediakan produk dengan spesifikasi teknis tinggi, modifikasi peranti lunak yang baik, tetapi dijual dengan harga terjangkau.

Menurut analis pasar Paul Alexander dari IDC Indonesia, selama ini merek dari Tiongkok masih terperangkap dengan penilaian "mudah rusak." Dengan kehadiran Xiaomi yang disambut cukup baik oleh pasar, diharapkan penilaian tersebut mulai luntur dan mendorong citra baik untuk merek lain asal Tiongkok.

"Xiaomi bisa membuktikan bahwa ponsel pintar dengan spesifikasi tinggi bisa dibanderol dengan harga terjangkau. Sekarang tinggal mengukur kualitas," ujar Paul usai jumpa pers di Jakarta, Rabu (28/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Paul mengatakan, jika pangsa pasar produsen ponsel pintar asal Tiongkok ditotal, angkanya telah mencapai 30 persen di tahun 2014, dengan Asus sebagai pemain terbesar. IDC memasukkan Asus sebagai produsen asal Tiongkok, walaupun perusahaan ini berbasis di Taiwan.

Baca juga: Indonesia akan Kebanjiran 29,7 Juta Unit Ponsel Pintar

Hingga kuartal ketiga 2014, IDC mencatat Samsung masih menguasai pasar ponsel pintar di Indonesia dengan raihan di atas 20 persen. Posisi kedua dan ketiga ditempati oleh Advan dan Smartfren, namun IDC tidak mengungkap angka pastinya.

Analis berpendapat sejumlah ponsel pintar asal Tiongkok masih menemui kendala pada kualitas perakitan (build quality). "Kita masih menemukan beberapa smartphone asal Tiongkok mengalami panas," ujar Paul.

Masalah ini perlu diselesaikan jika merek asal Tiongkok ingin memperkuat citra mereka dan bersaing dengan produsen besar macam Samsung atau Sony di ruang Android.

Aspek lain yang harus diperhatikan produsen asal Tiongkok, adalah soal layanan purna jual yang dinilai Paul masih sangat minim. Mereka perlu meniru strategi Samsung atau Nokia yang menyediakan banyak pusat layanan purna jual untuk memberi solusi kepada konsumen yang menemui kendala teknis.

"Mereka perlu memperluas jangkauan layanan purna jual, juga mengutamakan kecepatan serta kualitas layanan purna jual itu sendiri," tegas Paul.

Xiaomi resmi masuk pasar Indonesia pada Agustus 2014. Saat ini mereka masih bermain dengan dua produk untuk pasar menengah ke bawah, yaitu Redmi 1s dan Redmi Note. Xiaomi sebelumnya hanya bermain di jalur penjualan online, lalu mereka mendapat dukungan dari distributor untuk menjual di toko retail.

Baca juga: 2014, Pendapatan Xiaomi Tembus Rp 149,8 Triliun

Sementara OnePlus, baru masuk pasar Indonesia pada 27 Januari 2015 melalui produk OnePlus One yang mengincar segmen pasar menengah ke atas. Produk ini bisa menjadi ancaman serius bagi ponsel-ponsel premium.

Paul mengatakan, kedua produsen asal Tiongkok ini punya strategi membangun citra merek dengan cara membangun komunitas. Selain menjadi konsumen, keberadaan komunitas yang kuat dapat berperan sebagai "relawan teknisi" untuk memberi solusi kepada konsumen lain yang mengalami masalah, juga sebagai "alat pemasaran gratis" di mana banyak pengguna yang berbagai cerita pengalaman menggunakan produk serta memberi rekomendasi untuk membeli produk tersebut.

Indonesia masih dipandang sebagai pasar yang seksi oleh perusahaan ponsel pintar, ditambah lagi dengan kecenderungan semakin banyak konsumen yang beralih dari ponsel fitur menuju ponsel pintar. IDC memperkirakan pengiriman ponsel pintar di Indonesia akan mencapai 29,7 juta unit pada 2015 atau tumbuh 20 persen dibandingkan tahun 2014.


(adt/eno)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER