Jakarta, CNN Indonesia -- Popularitas perusahaan teknologi asal Tiongkok terus merambat naik. Ekspansi pasar global yang sudah dilakukan Huawei yang kemudian disusul Xiaomi ternyata diiringi juga dengan beragam kekhawatiran.
Kekhawatiran itu lebih kepada stigma negara Tiongkok yang menerapkan kebijakan tangan besi ke warganya. Sehingga, aksi mata-mata seringkali dilontarkan ke Xiaomi cs bila ingin mengembangkan pasarnya ke negara besar.
Xiaomi misalnya, usai merengkuh kesuksesan perdana di India. Angkatan Udara India, India Air Force (IAF), melarang koleganya untuk menggunakan ponsel Xiaomi yang dikenal murah, namun berkualitas.
Mengutip keterangan perusahaan keamanan F-Secure, IAF mengatakan bahwa informasi yang dikumpulkan Xiaomi melalui servernya dikirimkan kembali ke Tiongkok, dan kemudian diintip oleh Kementerian Komunikasi setempat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini memang langsung dibantah oleh Vice President Xiaomi Hugo Barra. Antarmuka MIUI Xiaomi tak pernah menjadi jembatan untuk mengirimkan data ke pemerintah pusat.
"Kami tidak pernah mengumpulkan data tanpa seizin pelanggan. Sehingga pelanggan Xiaomi dapat menonaktifkan akses ke informasi personal," kata Barra, seperti dikutip Medianama.
Tak ingin menjadi masalah besar di kemudian hari, Xiaomi pun melakukan langkah taktis, seperti rencana untuk memindahkan data center ke luar Tiongkok.
Pengalaman tidak mengenakkan juga dirasakan oleh Huawei. Perusahaan infrastruktur telekomunikasi selalu dituding oleh pemerintah Amerika Serikat sebagai kepanjangan tangan dari Beijing.
Karena seperti diketahui, Huawei mampu memberikan sesuatu yang berbeda dalam infrastruktur telekomunikasi baik dari sisi inovasi maupun harga. Sehingga banyak negara yang kepincut dengan perangkat yang ditawarkan Huawei.
Sama seperti Xiaomi, mereka pun langsung membantahnya. Ren Zhengfei, Chairman Huawei, menolak anggapan negatif dari Negara Paman Sam tersebut.
"Kami tidak pernah berbicara dengan pemerintah kami soal aksi mata-mata ini," katanya.
"Huawei adalah perusahaan Tiongkok, dan kami tidak terhubung dengan Partai Komunis Tiongkok. Kami mencintai negara kami, tapi kami tidak tidak mengatakan demikian (memata-matai). Kami tidak melakukan kompromi dengan negara manapun. Dan selalu menghormati hukum yang berlaku di suatu negara."
Pada akhirnya, kedua perusahaan ini adalah contoh kecil bagaimana perusahaan teknologi asal Tiongkok mampu merengkuh pasar internasional. Kendati mendapatkan tudingan tak baik.
(tyo/eno)