Jakarta, CNN Indonesia -- Tiongkok telah melahirkan banyak perusahaan teknologi ternama. Salah satu bisnis teknologi yang sedang berkembang adalah ponsel pintar, dan beberapa perusahaan Tiongkok telah menempatkan dirinya di kancah global.
Setidaknya ada empat ponsel pintar Tiongkok yang mendapat sambutan baik dari dunia, yaitu Oppo, OnePlus, Meizu, dan Xiaomi. Keempatnya terbilang perusahaan baru dan kini mulai melebarkan sayapnya ke pasar negara berkembang, bahkan negara maju.
Dari ketiga produsen itu, Xiaomi adalah yang paling cepat berkembang. Mereka bahkan menjadi perusahaan rintisan
(startup) dengan valuasi tertinggi. Berikut profil empat perusahaan tersebut:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perusahaan Oppo dimulai pada 2004 di Guangdong dengan nama Oppo Electronics yang membuat produk pemutar kepingan DVD dan Blu-Ray. Kemudian mereka ekspansi di tahun yang sama dengan nama Oppo Digital di Amerika Serikat.
Mereka masuk ke pasar ponsel pada 2008, namun sebatas ponsel fitur. Secara tegas mereka masuk ke pasar ponsel pintar pada 2010 dengan membuat produk untuk segmen pasar kelas bawah hingga premium.
Oppo secara agresif merancang desain fisik ponsel yang memberi kesan premium dan elegan. Tidak tanggung-tanggung, mereka juga memodifikasi sistem operasi Android yang diberi nama ColorOS. Ponsel seri Find menjadi andalan Oppo untuk bersaing dengan kompetitor seperti Samsung Galaxy seri S, Sony Xperia seri Z, dan HTC One.
Oppo mulai masuk pasar Indonesia pada 2013. Kini mereka mengandalkan Oppo Find 7 untuk bersaing di pasar premium, lalu mengandalkan Oppo R5 di pasar menengah ke atas yang mengutamakan sisi elegan dan ukuran yang tipis.
Di tahun 2015 ini, mereka menyiapkan pabrik seluas 27.000 meter persegi untuk ponsel pintar yang berdiri di Tangerang, Banten, yang sebelumnya adalah pabrik Adidas. Ini merupakan pabrik pertama Oppo di luar Tiongkok. Pabrik ini ditargetkan mampu memproduksi 500.000 unit ponsel pintar setiap bulan dari segmen bawah hingga segmen premium. Berbasis di kota Shenzhen, OnePlus mulai membuka pemesanan perdana untuk ponsel seri One pada Oktober 2014. Ia disebut-sebut sebagai pesaing berat ponsel seri Nexus buatan Google. Karena, OnePlus menyediakan peranti keras premium dan sistem operasi Android hasil modifikasi perusahaan Cyanogen yang dinilai lebih tangguh dan lebih mudah dibandingkan Android versi Google.
Mendapatkan OnePlus lebih sulit dibandingkan Xiaomi. Setelah konsumen melakukan pemesanan, hanya mereka yang mendapatkan undangan berupa email saja yang mendapatkan akses untuk mendapatkan produk OnePlus One.
Hal menarik lain dari OnePlus adalah soal harga. Perangkat pertama mereka dijual sekitar Rp 4,5 juta yang tentu lebih murah dibandingkan ponsel keluaran Samsung, HTC, atau Sony.
Perusahaan ini didirkan pada akhir 2013 oleh Pete Lau, seorang veteran bisnis teknologi asal Tiongkok. Visinya adalah menyediakan ponsel pintar berkualitas dengan harga murah karena didorong oleh harga komponen yang makin murah.
Perusahaan ini membagi fokus bisnis menjadi dua unit semiotonom, satu melayani konsumen di Tiongkok dan satu lagi melayani pasar internasional. Seorang bernama Carl Pei, dipercaya memimpin divisi pasar internasional.
Pei berkata, saat ini karyawan untuk ruang global berada di Asia, Eropa, dan Amerika Serikat. Ia mengklaim penjualan ponsel OnePlus One mendapat sambutan baik di pasar Amerika Serikat.
Selain mendapatkan uang dari penjualan ponsel, OnePlus berencana mendapatkan uang dari perusahaan yang ingin aplikasinya terpasang secara bawaan (preinstall) di ponsel OnePlus, atau dari hasil penjualan aksesori. Mereka juga sedang mengembangkan dua sistem operasi Android hasil modifikasi sendiri yang diberi nama OxygenOS dan H2OS. Meizu memulai bisnisnya dengan menjual perangkat pemutar musik lalu menawarkan ponsel pada tahun 2000-an. Perusahaan menjual ponsel M8 untuk bersaing dengan iPhone pada tahun 2007.
Perusahaan ini dipimpin oleh CEO Meizu, Jack Wong, dan berkantor pusat di Guangdong. Sejauh ini mereka fokus memperluas bisnis ke pasar Rusia, Israel, dan sebagian Eropa.
Mx4 adalah ponsel premium terbaru Meizu, dan itu sarat dengan peranti keras premium. Ia didukung oleh prosesor Samsung Exynos 5430, kamera 20,7 megapiksel, kartu SIM ganda 4G LTE, dan fitur sensor sidik jari untuk mengaktifkan layar.
Pada akhir 2014, Wong mengatakan bahwa perusahaan berhasil menjual 1 juta ponsel setiap bulan secara global. Sejak pertama kali meluncurkan ponsel pintar pada Agustus 2011, Xiaomi sukses menarik perhatian konsumen. Mereka fokus melakukan pemasaran di media sosial dan menggunakan jalur online untuk menjual produk. Jumlah unit yang dijual sangat terbatas, sehingga butuh perjuangan untuk mendapatkannya.
Selain membekali peranti keras yang mumpuni, Xiaomi juga melakukan modifikasi sistem operasi Android hingga menyerupai iOS. Sejumlah konsumen yang sudah nyaman menggunakan iOS akan terbiasa dengan sistem operasi Xiaomi yang diberi nama MIUI ini.
Target utama Xiaomi adalah pasar negara berkembang di Asia, termasuk India, Indonesia, Filipina, dan Malaysia. Mereka juga tersedia di Hong Kong, Taiwan, Singapura.
Pada Desember 2014, Xiaomi menjadi perusahaan rintisan paling bernilai di dunia setelah meraih pendanaan sebesar US$ 1,1 miliar yang membuat nilai perusahaan melonjak jadi US$ 45 miliar.
Para investor yang terlibat dalam pendanaan untuk Xiaomi kali ini termasuk perusahaan ekuitas All-Stars Investment, DST Global, Hopu Investment Management, GIC asal Singapura, dan Yunfeng Capital yang tak lain adalah perusahaan ekuitas swasta yang berafiliasi dengan Alibaba Group asal Tiongkok.
Sebelumnya, Xiaomi juga diberi pendanaan oleh investor lain seperti Temasek Holdings, Qiming Venture Partners, Morningside Venture Capital, dan Digital Sky Technologies (DST).