Jakarta, CNN Indonesia -- Sebanyak empat operator seluler di Indonesia memakai kartu SIM buatan Gemalto yang diduga telah disadap oleh badan intelijen National Security Agency (NSA) dari Amerika Serikat dan Government Communications Headquarters (GCHQ) dari Inggris.
Hal ini terungkap dari hasil laporan investigasi internal operator seluler di Indonesia yang ditagih oleh Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia atau BRTI.
Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Komunikasi dan Informatika, Ismail Cawidu mengatakan, Telkomsel, XL Axiata, Indosat, dan Tri, memakai kartu SIM buatan Gemalto. "Ini sesuai laporan masing-masing (operator)," kata Ismail pada Senin (16/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga:
Lima Operator Seluler Mengklaim Bebas dari Penyadapan NSABRTI meminta seluruh operator seluler menyerahkan laporan investigasi terkait isu penyadapan NSA dan GCHQ. Dari tujuh operator seluler, sebanyak lima perusahaan telah menyerahkan hasil investigasi internal. Mereka adalah Telkomsel, XL Axiata, Indosat, Tri, dan Sampoerna Telekomunikasi Indonesia (Ceria)
Sementara itu, Smartfren dan Esia hingga kini belum menyerahkan. “Kita masih tunggu laporan mereka,” tegas Ismail.
Ia melanjutkan, dari hasil investigasi internal, dinyatakan bahwa "tidak menemukan adanya kebocoran pada SIM card mereka."
"Para operator juga menjamin bahwa penyedia SIM card yang mereka gunakan telah memenuhi GSM Security Standard." tulis Ismail dalam siaran pers yang diterima CNN Indonesia.
Guna mengantisipasi isu semacam ini, Kemenkominfo memerintahkan operator seluler untuk menggunakan produk dalam negeri yang bakal diatur dalam regulasi soal Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang rencananya bakal berlaku pada Januari 2017.
Kemenkominfo dan BRTI mengklaim bakal melanjutkan laporan investigasi internal operator seluler. Tidak menutup kemungkinan, kata Ismail, pemerintah bakal membentuk tim atau satgas pengawasan.
"Kami sedang dalam proses penyempurnaan peraturan khususnya yang terkait dengan penertiban registrasi layanan prabayar," jelas Ismail.
Isu penyadapan kartu SIM muncul setelah program enkripsi produsen Gemalto asal Amsterdam, Belanda, disebut berhasil dibobol oleh NSA dan GCHQ pada tahun 2010. Kabar ini datang dari dokumen terbaru yang dirilis pembocor rahasia Edward Snowden yang merupakan mantan karyawan NSA.
Dengan membobol sistem keamanan, maka peretas dapat memantau aktivitas panggilan telepon, pesan singkat, bahkan email para pengguna kartu SIM seluler.
Baca juga:
Carbanak, Jaringan Hacker Pencuri Rp 12,7 Triliun dari BankSelain kartu SIM untuk telepon seluler, Gemalto juga membuat cip untuk kartu kredit.
Perusahaan Gemalto sendiri, yang berbasis di Amsterdam, Belanda, secara terbuka mengaku bahwa sistem mereka mungkin telah diserang oleh NSA dan GHCQ. Walau demikian, Chief Executive Gemalto Oliver Piou, mengatakan serangan mungkin terjadi tetapi itu tidak mencuri kunci enkripsi kartu SIM mereka.
(adt/tyo)