Jakarta, CNN Indonesia -- Tim peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) berhasil menemukan enam kandidat spesies baru hewan dan satu kandidat spesies baru tumbuhan di Gunung Tambora, Nusa Tenggara Barat.
Ketujuh kandidat spesies baru didokumentasikan dari lebih dari 280 spesies satwa dan 250 spesies tumbuhan yang ditemukan di Gunung Tambora selama penelitian 15 hari sejak 16 April lalu.
Cahyo Rahmadi, peneliti dari Pusat Penelitian Biologi LIPI mengatakan penelitian yang diikuti pula tim ekspedisi NKRI dari TNI Angkatan Darat dilakukan di jalur pendakian Kawinda Toi dan melibatkan 48 orang, termasuk 16 peneliti dari LIPI.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keenam calon spesies baru itu adalah dua spesies cicak, yaitu:
Cyrtodactylus sp.1 dan
Cyrtodactylus sp.2; dua spesies
Arachnida yaitu
Stylocellus sp. dan
Sarax sp. atau Kalacemeti; dan dua spesies kupu-kupu malam, yaitu
Ernolatia sp. dan
Xyleutes sp.
Sementara spesies baru tumbuhannya adalah tumbuhan yang hanya punya satu daun dari suku
Gesneriaceae subfamili
Epithemateae dan marga
Monophyllaea.
Khusus untuk cicak, ahli reptilia Awal Riyanto mengatakan keduanya memiliki ciri yang berbeda dari 5 spesies cicak dari famili
Cyrtodactylus yang ada di lesser Sunda.
“Saya yakin ini spesies baru setelah membandingkan dengan kawasan Sunda land dan Australia, kombinasinya tak ada yang sama,” kata Awal kepada CNN Indonesia, di Jakarta, Selasa (12/5).
Sementara dari kelompok kupu-kupu malam, peneliti LIPI Hari Sutrisno mengatakan
Cyrtodactylus sp.1 memiliki ciri tak punya sisik di bagian depan dan belakang sayap.
Adapun
Cyrtodactylus sp.2 memiliki titik atau dot warna hitam di sayap depan. “Enggak ada yang punya dot seperti itu,” kata Hari.
Ciri lain pada kedua spesies, kata Hari, antenanya menyerupai bulu ayam untuk yang jantan. Abdomen alias perutnya pun lebih panjang ketimbang sayap.
Sedangkan dua kandidat spesies baru Arachnida, Cahyo mengatakan, adalah spesies Stylocellus sp. dari ordo Opiliones dan spesies Sarax sp. atau yang juga diberi nama Kalacemeti.
Khusus untuk laba-laba
Stylocellus sp. yang berukuran hanya sekitar 9 milimeter itu, kata Cahyo, berbeda dengan kelompok
Arachnida lain karena laba-laba ini seperti menyatu bagian kepala dan badannya. Laba-laba ini hidup di kayu lapuk dan serasah.
Kakinya pun lebih panjang dari badan. “Kalau yang lain biasanya memiliki tubuh yang proporsional,” kata Cahyo kepada CNN Indonesia. Hewan ini memiliki delapan kaki dan kaki paling depan juga berfungsi sebagai antena.
Selama ini laba-laba ordo Opiliones ditemukan di Jawa, Sulawesi, Kalimantan, dan Manokwari. Penemuan di Tambora adalah yang pertama untuk kawasan Sunda kecil.
Adapun Kalacemeti adalah binatang mirip laba-laba berbentuk fisik yang menakutkan tapi sama sekali tak berbisa. Hewan yang bisa mencapai panjang 2 centimeter dan kaki antara 4-5 cm ini berjalan dengan tiga pasang kaki. Kaki depan juga berfungsi sebagai antena.
Kalacemeti, kata Cahyo, ada sekitar 50 jenis di Indonesia dan sudah 30 yang dideskripsikan. Sedangkan di seluruh dunia jenisnya diperkirakan ada 170.
Yang menarik, Kalacemeti hanya ditemukan di Flores dan kemudian di Tambora. Namun sebaran utamanya sebetulnya ada di benua Amerika bagian selatan. “Masih jadi tanda tanya mengapa bisa terdistribusi sampai ke Flores,” katanya.