Cerita Menegangkan 'Manusia Pertama' di Antariksa

Hani Nur Fajrina | CNN Indonesia
Senin, 11 Mei 2015 20:14 WIB
50 tahun lalu pria asal Rusia dinobatkan sebagai manusia yang pertama kali berjalan di luar angkasa. Banyak kisah menarik yang ia lalui.
Jakarta, CNN Indonesia -- Pria asal Rusia, Alexei Leonov kini memang usianya sudah 80 tahun. Namun, 50 tahun silam ia berhasil menjadi manusia pertama yang 'berjalan' di luar angkasa.

Leonov meluncur meninggalkan Bumi pada 18 Maret 1965 silam, menggunakan kapsul antariksa kecil, Voskhod dan mencetak sejarah menjadi orang pertama yang bisa berjalan-jalan di ruang nol gravitasi atas sana. Padahal, kala itu Uni Soviet dan Amerika Serikat 'berlomba' di industri kerdigantaraan.

Leonov yang terbang ke luar atmosfer Bumi kala itu bersama dengan komandannya, Pavel Belyayev. Setelah mengorbit, ia memulai misi spacewalk-nya. Ia menuturkan, masih ingat betul kesunyian di sekitar ruang hampa tersebut saat ia keluar dari kapsul Vokshod.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sangat sunyi, saya sampai bisa mendengar detak jantung saya," kenang Leonov kepada media Observer, seperti dikutip situs The Guardian.

Ia melanjutkan, "saya dikelilingi oleh bintang dan melayang tanpa banyak kontrol. Saya tak akan pernah melupakan momen itu. Di samping itu, saya juga merasa menopang banyak tanggung jawab. Tentu saja, saya tidak tahu bakal mengalami pengalaman tersulit dalam hidup, yakni kembali ke kapsul antariksa."

Tak ada yang menyangka, misi spacewalk Leonov nyaris berakhir tragedi.

Di tengah-tengah aktivitasnya, bentuk seragam Leonov mulai menggembung dan kainnya pun berubah semakin kaku. Sarung tangannya melonggar dan terbuka, kakinya pun keluar dari sepatu. Sungguh membahayakan.

Lebih parahnya lagi, kapsil Voskhod malah meluncur menuju bayangan Bumi. Dalam waktu lima menit, sang kosmonaut itu menyadari ia tak lama lagi bakal 'tenggelam' dalam kegelapan total.

Leonov mulai mengalami pendarahan dari dalam seragamnya. Perlahan seragam tersebut mengempis. Dari situ, Leonov menyadari tanda-tanda dari penyakit dekompresi.

Catatan kecil, penyakit dekompresi adalah suatu keadaan medis di mana akumulasi nitrogen yang terlarut setelah melakukan aktivitas menyelam membentuk gelembung udara yang menyumbat aliran darah serta sistem saraf.

"Saya bisa merasakan kesemutan di tangan dan kaki saya," kenangnya lagi.

Ia pun menghimpitkan kepalanya yang masih memakai helm, sebagai bentuk dorongan untuk menuju airlock kapsul antariksa dan berupaya mendekatkan diri ke lubang penutup kapsul di belakangnya.

Saat itu, suhu tubuhnya melonjak naik sekembalinya ke wahana antariksa itu. Ia terhuyung lemas di kursinya yang berada di samping Belyayev. Nyatanya, tak sampai di situ penderitaan Leonov.

Ledakan dilepaskan ke airlock yang tak lagi dibutuhkan. Ledakan tersebut menyebabkan Vokshod berputar dan sukses membuat dua awak di dalamnya pusing kepalang. Di saat yang bersamaan, tingkat oksigen di dalam kapal menunjukan skala peringkatan yang bisa memicu kobaran api semakin mengganas dan membakar Leonov dan Belyayev.

Beruntungnya, beberapa jam kemudian tingkat oksigen di dalam Vokshod kembali normal. Keduanya pun berhasil mendarat di Bumi dengan selamat.

"Kami berhasil bertahan hidup," tutur Leonov.

Sayangnya, Belyavev meninggal dunia lima tahun setelah misi tersebut karena penyakit maag.

Sejak misi spacewalk Leonov, ada sekitar 200 astronaut yang berhasil melayang di antariksa melakukan spacewalk.

Dulu spacewalk sering disebut dengan istilah extravehicular activity (EVA), yakni kegiatan apapun yang dilakukan oleh para astronaut atau kosmonaut di luar kapal antariksa.

Di era 1960-an, mereka biasanya melakukan spacewalk atau EVA untuk serangkaian tugas, seperti membetulkan teleskop Hubble hingga mengurut kabel di luar Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).

"Saya tak sanggup membayangkan jika dulunya tak pernah ada yang melakukan EVA, mengingat perkembangan proyek antariksa di masa sekarang ini sangatlah pesat," ujar Leonov.

(eno)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER