Penjelasan Ilmuwan Soal Cuaca Panas Ekstrim di India

Susetyo Dwi Prihadi | CNN Indonesia
Kamis, 28 Mei 2015 09:27 WIB
Ilmuwan memberikan penjelasan mengenai cuaca ekstrim yang terjadi di India dan memakan korban jiwa cukup banyak.
India mengalami musim panas yang ekstrim (REUTERS/Amit Dave)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tidak kurang dari 1.100 jiwa tewas di India tewas karena cuaca panas yang ekstrim terjadi di negeri tersebut. Menurut ilmuwan, meroketnya suhu di India tidak terjadi tiba-tiba, karena sudah ada tanda-tanda sebelumnya.

Para ilmuwan di Departemen Meteorologi India memperingatkan bahwa ternyata suhu tinggi tersebut sudah lebih panas dalam dua dekade terakhir, dan gelombang panas akan terjadi lebih intens, memiliki jangka waktu yang lebih lama dan frekuensi yang lebih besar. Sehingga bukan tidak mungkin akan banyak kematian terjadi.

Seperti diketahui cuaca panas yang merenggut korban jiwa ini sebagian besar disebabkan oleh heatstroke dan dehidrasi ekstrim. Dokter menunjukkan bahwa paparan lama untuk panas ekstrim meningkatkan suhu tubuh yang menyebabkan over-heating sel protein individu dan kemudian berdampak negatif pada otak individu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Cuaca panas di New Delhi telah memakan korban lebih dari 200 orang tewas, sebagian besar dari mereka adalah tunawisma.

Kota yang terkena dampak terburuk adalah Telangana dan Andhra Pradesh. Suhu yang tercatat di Telangana mencapai  48 derajat Celcius, sementara kota Allahabad terletak di persimpangan sungai Ganga dan Yamuna mencapai 47,7 derajat Celcius.

Para peneliti mengatakan suhu telah meningkat dalam kisaran 0,8-1 derajat Celcius dengan peningkatan jumlah hari yang panas di India.

Mereka juga percaya bahwa salah satu alasan utama datangnya gelombang panas ini adalah terjadinya El Nino yang terjadi di pantai Pasifik Amerika Selatan yang melewati India. Anginl El Nino datang dengan kondisi kurang hujan dan sesuai suhu yang lebih tinggi. Demikian yang dikutip dari Mail Online, Kamis (28/5).

Pandangan ini sejalan dengan temuan dari laporan penilaian kelima dari Panel PBB tentang Perubahan Iklim. Laporan terbaru ini telah memperingatkan bahwa tiga dekade terakhir Bumi mengalami suhu terpanas sejak para ilmuwan mulai menyimpan catatan sejak tahun 1850.

Alasan suhu meningkat terutama karena konsentrasi karbon dioksida telah meningkat 40 persen sejak masa pra-industri. Hasilnya adalah bahwa kedua atmosfer dan lautan akan naik.

Mencairnya es di kutub dan meningkatkan deforestasi juga siklus dampak cuaca buruk.

Laporan itu menyatakan bahwa jumlah total karbon yang dipancarkan oleh manusia tidak boleh melebihi 800 gigaton, tetapi pada tahun 2011, 531 gigaton sudah dipancarkan.

Efek dari overdosis ini adalah untuk semua orang untuk pemanasan tanpa henti dari atmosfer dengan permukaan air laut semakin membanjiri dataran pantai.

(tyo/tyo)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER