PEMANASAN GLOBAL

2014 Menjadi Tahun Terpanas untuk Bumi

Aditya Panji | CNN Indonesia
Minggu, 18 Jan 2015 14:07 WIB
Dua lembaga pemerintah AS mengatakan Bumi mengalami suhu terpanas di 2014 dalam 10 tahun terakhir. Konsumsi bahan bakar fosil menyebabkan gas emisi rumah kaca.
Sao Paulo, Brasil, merupakan salah satu kota yang mengalami kekeringan dan kekurangan pasokan air pada Desember 2014. (REUTERS/Nacho Doce)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bumi mengalami suhu terpanas di tahun 2014 setelah ditemukan sejumlah bukti bahwa pemanfaatan bahan bakar fosil menyumbang banyak pada pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara, menurut dua lembaga pemerintah Amerika Serikat.

Studi dari badan antariksa National Aeronautics and Space Administration (NASA) dan badan atmosfer National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), menunjukkan perubahan iklim yang terjadi saat ini memerlukan tindakan segera untuk menekan emisi gas rumah kaca.

Sejak pencatatan suhu panas Bumi dimulai sejak 1997, data menunjukkan bahwa 2014 merupakan yang terpanas dalam 10 tahun terakhir. Bukti yang dirilis NASA dan NOAA ini menepis anggapan bahwa pemanasan global telah berhenti dalam beberapa tahun terakhir.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut NASA dan NOAA, suhu terpanas terjadi di beberapa kawasan di dunia, termasuk di sebagian besar Eropa hingga membentang ke Afrika, Amerika Serikat bagian barat, bagian timur Rusia ke Alaska barat, bagian timur dan barat pantai Australia, dan di tempat lain.

Menurut Gavin Schmidt, direktur Goddard Institute of Space Studies NASA yang berbasis di New York, data menjukkan bahwa gas rumah kaca bertanggungjawab atas sebagian besar tren pemanasan ini.

"Sementara peringkat panas tahunan dapat dipengaruhi oleh pola cuaca yang kacau, tren jangka panjang yang disebabkan perubahan iklim yang sekarang didominasi oleh emisi gas rumah kaca dari perlakuan manusia," kata  Schmidt.

Ia berharap seluruh pemerintah di berbagai negara turut memantau gas rumah kaca "sehingga dapat mengantisipasi capaian panas tertinggi lebih lanjut di tahun mendatang."

Studi PBB menunjukkan saat ini ada tanda-tanda cuaca panas ekstrem dan curah hujan yang tak menentu dan mengganggu pasokan makanan dan air. Permukaan air laut menunjukkan kenaikan, mengancam jutaan orang yang tinggal dekat pantai, seperti es yang mencair dari Greenland ke Antartika.

Tantangan dunia atas pemanasan global akan kembali didiskusikan dalam sebuah konferensi di Paris pada Desember 2015. Sekitar 200 negara akan terlibat dalam konferensi untuk membatasi pemanasan global, dan segera beralih ke energi terbarukan.

Tiongkok dan Amerika Serikat, disebut sebagai negara yang menyumbang gas rumah kaca. Mereka telah berkomitmen untuk mencapai kesepakatan bersama dengan PBB.

Namun, kendala selanjutnya adalah pemanfaatan energi terbarukan yang belum populer di sejumlah negara. Harga minyak dunia yang turun sejak Juli 2014 juga mendorong konsumsi bahan bakar fosil yang makin besar. (adt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER