Jakarta, CNN Indonesia -- Dick Costolo yang menjabat sebagai CEO Twitter dalam beberapa pekan ke depan akan menanggalkan posisi tersebut. Pengunduran dirinya itu bisa dikatakan bukan hal yang mengejutkan, lantaran sudah banyak yang memprediksi ia tak akan bertahan di tahun 2015 ini.
Sebagai pucuk pimpinan tertinggi, Costolo dianggap gagal membuat popularitas Twitter semakin melonjak, malah yang ada harga sahamnya anjlok. Ironisnya, pada Desember 2014 lalu, analis Sun Trust, Robert Peck sempat menyatakan "ada kesempatan bagus bahwa ia (Costolo) tidak akan ada dalam setahun".
Setelah pernyataan tersebut, saham Twitter naik sekitar 4 persen. Diketahui jumlah pengguna Twitter pada Desember lalu sekitar 284 juta orang, dikalahkan oleh media sosial Instagram, yaitu sebanyak 300 juta orang.
Baca juga: Dick Costolo Mundur dari CEO Twitter
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut laporan TechCrunch, jika Costolo melewatkan pertumbuhan jumlah pengguna, protes dari pasar masyarakat akan meledak nantinya.
Sementara Biz Stone, salah satu pendiri jejaring sosial berbasis mikroblogging itu, juga menyatakan ia sadar banyak pihak yang seakan ingin sekali Costolo mundur dari jabatannya.
"Soal pertumbuhan pendapatan, saya lebih suka berpikir jangka panjang. Sebagian orang yang pikirannya terpaku pada jangka per kuartal, langsung menyatakan sang CEO harus dipecat. Itu adalah hal gila," ucap Stone, mengutip situs International Business Times.
Stone bahkan menambahkan, tiap kali diterpa kritik miring dan hal negatif tentang perusahaan, Costolo dinilainya sebagai pribadi yang bermuka tebal alias tak memusingkan banyak hal. "Ia banyak bergurau soal itu. Dick menghadapinya dengan sangat baik," sambung Stone.
Baca juga: Ini Syarat Lowongan CEO Twitter BaruCostolo diangkat sebagai CEO Twitter pada Oktober 2010. Sebelum Costolo, Twitter dipimpin oleh Evan Williams sejak Oktober 2008 dan sebelumnya lagi dipimpin oleh Jack Dorsey di mana keduanya adalah pendiri Twitter.
Pendiri Twitter lainnya, yakni Jack Dorsey, akan menjadi CEO sementara sambil perusahaan tersebut mencari pengganti permanen.
(tyo)