Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan penyedia kecerdasan buatan Narrative Science merilis penelitian terbarunya yang mengatakan bahwa mayoritas para profesional menilai bahwa kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) sebagai sebuah kesempatan dan bukan sebagai ancaman.
Dalam penelitian bertajuk "2015 State of Artificial Intelligence & Big Data in the Enterprise Report", Narrative Science bertanya pada 200 responden termasuk CEO, ilmuwan data, dan manajer, tentang dampak kecerdasan buatan pada dunia usaha.
Meskipun selama ini kecerdasan buatan dianggap sebagai ancaman potensial yang menyingkirkan pekerjaan, namun sebanyak 80 persen responden percaya kecerdasan buatan bisa meningkatkan kinerja dan justru menciptakan lapangan kerja baru.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga:
Orang Jenius Khawatir dengan Kecerdasan Buatan"Berbeda dengan upaya menyingkirkan pekerjaan, organisasi memanfaatkan kecerdasan buatan untuk mesin pembelajaran, komunikasi dengan pelanggan secara otomatis, pelaporan data yang telah diatur, sampai mengambil keputusan bisnis," tulis Narrative Science dalam laporannya.
Meski telah menerapkan kecerdasan buatan, namun banyak responden yang mengartikannya dengan cara yang berbeda
Sebanyak 31 persen responden mengatakan kecerdasan buatan adalah "teknologi yang berpikir dan bertindak seperti manusia," lalu 25 persen melihatnya sebagai teknologi yang dapat belajar dan melakukan yang hal yang lebih baik dari waktu ke waktu, diiikuti oleh teknologi yang dapat memahami bahasa sebesar 7 persen, dan teknologi yang dapat menjawab pertanyaan sebesar 4 persen.
Ketika ditanya tentang manfaat paling penting yang harus disampaikan kecerdasan buatan kepada suatu perusahaan, sebanyak 44 persen mengatakan itu adalah "komunikasi yang menyediakan data yang dapat digunakan untuk membuat keputusan otomatis."
Dari semua eksekutif yang disurvei, 58 persen mengatakan telah menggunakan teknologi big data dalam perusahaan mereka. Temuan menunjukkan organisasi yang telah menggunakan solusi kecerdasan buatan selain teknologi big data paling mampu memaksimalkan analisis data mereka untuk memecahkan masalah.
Organisasi juga menggunakan kecerdasan buatan untuk berbagai keperluan tambahan, misalnya mesin belajar 24 persen, asisten pribadi virtual 15 persen, sistem untuk mendukung pengambilan keputusan 8 persen, laporan tertulis atau komunikasi otomatis 5 persen, aplikasi analisis 5 persen, dan robotika 4 persen.
(adt)