Jakarta, CNN Indonesia -- Sejak awal 2015, Badan Sistem Referensi dan Rotasi Bumi Internasional (International Earth Rotation and Reference Systems Service/IERS) sudah mengumumkan bahwa tahun ini akan memiliki waktu 1 detik lebih lama dari 2014. Fenomena yang dinamakan lompatan detik (leap second) ini bakal terjadi sepekan lagi, yaitu 30 Juni.
Para ilmuwan mengatakan dampak lompatan detik ini adalah hal besar bagi perusahaan yang mengandalkan sistem komputer dalam operasional mereka, walau 'hanya' satu detik. Karena, penambahan waktu ini bisa mengacaukan sistem komputer.
Baca juga:
Lompatan Detik, Makhluk Apakah Ini?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fenomena ini diyakini sepenuhnya berasal dari ilmu penghitungan fisika serta pengamatan astronomi karena Bumi bergerak lebih cepat atau lebih lambat. Bisa disebabkan oleh pasang surut dan perubahan dalam inti Bumi.
Para ahli sepakat bahwa waktu di Bumi harus disesuaikan dengan jam atom sebagai acuan waktu dunia.
Nah, karenanya tambahan detik dianggap dibutuhkan karena rotasi Bumi secara bertahap melambat sekitar dua seperseribu detik per hari, sehingga Bumi harus mengejar ketinggalan dengan waktu jam atom.
"Waktu jadi semakin rumit dan cepat," ujar John Engates selaku Chief Technology Officer di perusahaan komputasi awan basis Texas, Rackspace.
Di sejumlah sistem nanti, waktu lompatan detik akan membuat detik ke-59 bergerak dua kali. Hasilnya, komputer melihat lompatan detik sebagai waktu mundur dan mengakibatkan sistem jadi eror.
Lompatan detik pertama kali ditemukan pada tahun 1972. Saat itu bumi melambat hingga 15 detik dari tahun sebelumnya.
Perdebatan soal lompatan waktu mulai ramai pada tahun 2000 karena hal ini sempat mengganggu urusan teknis dari sebuah layanan skala global. Di tahun 2012, lompatan detik membuat 400 penerbangan Qantas tertunda karena terjadi kekacauan pada sistem komputer operasional. Sejumlah layanan situs web juga terganggu seperti Reddit dan LinkedIn.
(adt)