Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan peranti lunak Uber sudah hadir di Indonesia sejak Agustus 2014. Aplikasi ponsel yang menghubungkan mobil panggilan dengan para pengguna ini mengaku hingga 14 bulan beroperasi mereka belum bisa mendapat keuntungan.
Communication Lead Uber Asia Tenggara dan India, Karun Arya mengatakan, sejauh ini pendapatan yang diraih mitra pengemudi akan sepenuhnya diberikan pengemudi dan pihak Uber belum mengutip biaya apapun.
"Sampai sekarang pembagian pendapatan dengan pengemudi di Indonesia masih 100 persen untuk mereka," ungkap Karun saat dijumpai oleh sejumlah media, termasuk CNN Indonesia di Jakarta, Jumat (6/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, pihak Uber mengklaim juga masih memberi insentif bagi penumpang yang baru pertama kali bergabung di Uber.
"Sebetulnya kami menunggu keputusan pemerintah soal regulasi model bisnis seperti ini. Setelah jelas, baru kami bisa tentukan berapa pembagian keuntungannya," kata Arya melanjutkan.
Uber sebenarnya menerapkan biaya bagi hasil sebesar 80 persen untuk mitra pengemudi dan 20 persen untuk perusahaan Uber. Khusus di sejumlah pasar yang sudah matang seperti Amerika Serikat, perusahaan mendapatkan 25 persen dan si pengemudi 75 persen.
Di Indonesia, Uber telah beroperasi di kota Jakarta, Bandung, dan Bali. Mereka punya rencana ekspansi ke kota besar lain, namun perusahaan masih memantau permintaan dan belum menargetkan secara spesifik kapan akan ekspansi.
Uber telah menguji coba metode pembayaran tunai di Bandung. Jika cara ini dinilai sukses dan berhasil memperluas jumlah pengguna Uber, perusahaan berencana menerapkan hal serupa ke Jakarta dan Bali.
Arya mengklaim saat ini sudah ada 10 ribu pengemudi yang bermitra dengan layanan Uber. Ia optimistis jumlah itu tumbuh 10 kali lipat menjadi 100 ribu pengemudi pada 2016.
(adt)