Jakarta, CNN Indonesia -- Selagi heboh kelompok peretas Anonymous yang baru mengumumkan
pemblokiran 900 akun Twitter yang berkaitan dengan ISIS, ada klaim baru yang datang dari hacker bernama Ghost Security Group (GSG) yang mengaku berkerjasama dengan pemerintah Amerika Serikat.
GSG mengklaim telah berhasil mematikan puluhan ribu akun Twitter yang berhubungan dengan kelompok militan ISIS sejak Januari silam. Pihak GSG juga mengungkapkan, para anggotanya menyamar seakan-akan mereka mengikuti proses perekrutan kelompok militan itu.
"Peran kami melebihi para badan intelijen," ungkap direktur eksekutif GSG yang menolak dicatat namanya, mengutip laporan kantor berita
Reuters.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perlu diketahui, GSG ini adalah organisasi yang sifatnya sukarela dan selama ini mereka memasok data kepada FBI dan badan intelijen lain melalui penasihat terorisme dari Kongres, Michael S. Smith II.
Menurut Smith, upaya penyusupan tim GSG ke dalam proses perekrutan anggota ISIS memberikan informasi berguna bagi pemerintah AS. Aksi ini juga diklaim mendukung pengajuan blokir ke pihak Twitter.
Kemudian menurut para aktivis GSG, meski media sosial kerap digunakan sebagai alat propaganda oleh kelompok militan seperti ISIS, langkah paling mudah juga sebenarnya terletak di peran mereka masing-masing.
Mereka mengatakan, mengajukan keluhan atau permintaan ke Twitter, YouTube, dan Facebook adalah jalan termudah untuk memerangi aksi terorisme itu sendiri. Ketiganya dinilai sudah sangat responsif selama setahun belakangan, namun para raksasa teknologi ini memang enggan membeberkan rincian pemblokiran yang dilakukan.
Diketahui Facebook telah memblokir grup yang berkaitan dengan aksi terorisme di dalam situsnya. YouTube juga sudah menyingkirkan video yang mengandung kekerasan. Pun begitu Twitter yang sudah membantu memblokir akun-akun yang berhubungan dengan aktivitas ISIS.
Pasca serangan bom Paris, kelompok Anonymous kembali dibikin geram. Mereka mengancam ISIS bakal melakukan serangan siber besar-besaran. Sebelumnya mereka melakukan hal yang sama terkait insiden Charlie Hebdo oleh kelompok bersenjata pada Januari lalu.
(eno)