Negeri Sembilan, CNN Indonesia -- Program jahat komputer jenis ransomware yang menyandera dokumen dan meminta tebusan uang ke korban jika mau membebaskan dokumennya, telah mengeksploitasi celah keamanan pada sistem operasi Windows dan Linux. Di tahun 2016, program jahat ransomware diprediksi semakin mengincar pengguna perangkat mobile, terutama ponsel pintar.
Android menjadi target utama serangan ransomware karena sistem operasi ini paling populer di kalangan pengguna ponsel pintar. Karena populasi Android yang terus tumbuh, maka nasibnya akan sama seperti Windows yang jadi target serangan.
Ransomware di Android pada tahun 2016 ini diprediksi akan terus tumbuh jumlahnya, bahkan jadi tren dalam isu keamanan siber.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Varian pertama program jahat ransomware yang benar-benar mengunci dokumen pengguna Android, ditemukan pada tahun 2014. Modusnya, malware ini menyamar sebagai aplikasi
codec untuk memutar video porno.
"Akan lebih banyak serangan ke platform
non-Windows," kata peneliti keamanan siber dari Kaspersky, Vitaly Kamluk dalam acara Kaspersky Cyber Security Summit Asia Pasifik 2015 di Negeri Sembilan, Malaysia, Kamis (19/11).
Di tahun 2015 ini, Global Research and Analysis Team (GReAT) dari Kaspersky, pertama kali menemukan varian pertama ransomeware yang menyerang sistem operasi Linux.
Kamluk berkata bukan tidak mungkin sistem operasi Apple seperti Mac OS X akan jadi sasaran tembak pada tahun 2016. Kamluk menilai para penjahat maya melihat pengguna perangkat Apple lebih makmur, sehingga lebih rela membayar uang tebusan demi mendapatkan kode deskripsi untuk membebaskan dokumennya.
Menurut catatan, tebusan yang diminta oleh penjahat siber kepada korban ransomware, dimulai dari US$ 15 sampai US$ 5.5000 untuk kalangan korporasi. Kebanyakan meminta tebusan dibayar dalam bentuk Bitcoin, agar identitas para penjahat tetap anonim.
CNN Indonesia sempat mewawancarai Agus Wiyono, seorang warga Bekasi, Jawa Barat, yang komputer Windows-nya terjangkit ransomware jenis Locker (versi 5.46). Agus, yang sehari-hari bekerja sebagai desainer grafis, tak bisa membuka sejumlah dokumen penting Adobe InDesign, Photoshop, dan Microsoft Word, yang disimpan di komputernya.
Baca juga:
Virus Penyandera Data Komputer Makan Korban di IndonesiaSelain perangkat komputer pribadi dan perangkat mobile, Kamluk memprediksi ransomware di masa depan juga akan menyerang perangkat pintar yang terhubung dengan Internet, seperti kulkas atau lampu yang terhubung dengan Internet.
Locker merupakan jenis ransomware yang sudah banyak beredar. Tetapi menurut catatan Kaspersky, lima tahun belakangan ini ransomware jenis Cryptors adalah yang paling dominan menyerang komputer pengguna.
Kaspersky mengatakan, banyak ransomware yang disebar dengan metode pengelabuan. Para penjahat mengirim email kepada calon korban yang berisi sebuah lampiran yang sebenarnya adalah jebakan.
Jika calon korban mengklik tautan, atau membuka dokumen, atau menginstal peranti lunak pada lampiran itu, maka statusnya resmi berubah menjadi 'korban' ransomware.
Para ahli keamanan siber tak pernah merekomendasikan korban ransomware untuk memberi tebusan demi menyelamatkan dokumennya yang telah disandera.
Mereka menyarankan agar korban melakukan memasang dan melakukan pembaruan program antivirus. Kaspersky mengklaim, mereka telah merilis lebih dari 14 ribu kode untuk membukan kunci enkripsi.
Kamluk pun menyarankan agar pengguna komputer dan Internet lebih meningkatkan kesadarannya atas ancaman siber. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah melakukan pencadangan atau backup dokumen penting secara rutin dan menyimpan data itu dalam media yang offline, misalnya dalam kepingan CD atau DVD.
(adt/tyo)