ISIS Buka Kanal Telegram untuk Simpatisan di Indonesia

Marry Marsela | CNN Indonesia
Jumat, 20 Nov 2015 11:46 WIB
Sebuah kanal baru berbahasa Inggris bernama 'Trendit' memiliki sekitar 500 pengikut,  ditujukan untuk menjangkau para simpatisan ISIS di Indonesia.
Ilustrasi. (REUTERS/Dado Ruvic)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kendati Telegram memblokir 78 kanal ISIS yang beberapa di antara diperkirakan memiliki sekitar 16.000 pengikut, ternyata hal ini tidak menciutkan nyali mereka.

Kini diketahui ada sebuah kanal baru berbahasa Inggris bernama 'Trendit' yang memiliki sekitar 500 pengikut,  kanal ini ditujukan untuk menjangkau para simpatisan ISIS yang masih aktif di Indonesia.

"Meskipun kanal ISIS telah diblokir oleh Telegram, namun mereka akan segera menyadari hal tersebut dan mengatur pembuatan kanal-kanal baru," ungkap Veryan Khan, direktur editorial The Terrorism Research & Analysis Consortium. (Ikuti Fokus: Gaduh soal ISIS di Dunia Maya)

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengutip dari Fox News, Khan mengatakan bahwa hanya dalam selang waktu 5 menit, ISIS berhasil kembali online. Salah seorang anggota ISIS menyebarkan pesan kepada pengikutnya di Telegram yang berbunyi:

"Mereka mulai menyatakan perang dengan #IslamicState. Berhati-hatilah dan mulai dari sekarang segala sesuatu tidak ada yang aman untuk digunakan. Mereka dapat menyebarkan informasi kita, jadi tetap gunakan jaringan virtual pribadi (VPN) dan berhati-hatilah. Semoga Alla melindungi kalian. Dan kita akan segera membuat kanal pengganti yang baru dan harap diingat kita akan memposting tautannya di sini."

Khan menyatakan kekhawatirannya bahwa ISIS yang terlihat secara terbuka merekrut pengikut melalui Telegram kini akan meningkatkan kewaspadaannya serta mulai melancarkan komunikasi 'bawah tanah' yang bahkan akan menjadi lebih sulit dideteksi.

"Mereka bisa saja sepenuhnya menjadi 'tidak terlihat' sama sekali. Dan akan menjadi lebih menakutkan bila kita sama sekali tidak bisa memantau mereka, daripada bisa melihat apa yang mereka lakukan," jelas Khan.

Menurut Laith Alkhouri, Direktur Riset Flashpoint Global Partners, Telegram memang sedang menjadi hal yang hangat dibicarakan di antara para pelaku jihad. ISIS menggunakan Telegram untuk menyebarluaskan propaganda serta kebrutalannya kepada dunia, melakukan transaksi finansial rahasia, merekruit anggota, merancang suatu penyerangan, dan berkomunikasi dengan jaringan simpatisannya di seluruh dunia.
Mengutip dari Reuters, kelompok ISIS mengaku telah menggunakan aplikasi ini dan bertanggung jawab terhadap serangan di Paris pada 13 November yang menewaskan 129 orang, serta pengeboman pesawat Rusia di Mesir bulan lalu yang mengakibatkan tewasnya 224 korban jiwa.

Perang virtual antara Telegram dan ISIS memang sepertinya akan berlanjut. Pada Kamis (19/11) lalu, Telegram kembali melaporkan bahwa perusahaannya telah memblokir 164 kanal lainnya yang digunakan ISIS untuk menyebarluaskan propagandanya.

Namun sepertinya fenomena keberadaan ISIS ini tepat digambarkan dengan peribahasa 'mati satu tumbuh seribu', di mana setiap ada bagian dari kelompok ini yang 'mati', seakan di belahan dunia lainnya pengikutnya bisa saja langsung bertambah berkali-kali lipat dengan begitu cepat.

"Permasalahan dari pemblokiran grup Telegram, seperti halnya pemblokiran akun Facebook dan Twitter ini hanya akan menjadi permainan bagi para simpatisan ISIS untuk melihat seberapa cepat mereka dapat membuat akun baru lainnnya," kata Sidney Jones, peneliti dari kelompok think-thank Institute for Policy Analysis of Conflict dari Jakarta. (tyo)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER